Kesalahan Fatal Ustadz Akhir Zaman

KolomKesalahan Fatal Ustadz Akhir Zaman

Ustadz Akhir Zaman kembali membual. Bukan hanya tentang kriminalisasi ulama yang dianggap sebagai tanda Kiamat kian dekat, tetapi juga kampanye anti-vaksin Covid-19. Ia menyebut vaksin sebagai salah satu cara kelompok elit untuk menguasai manusia. Anehnya lagi, ia mengklaim, bahwa di dalamnya terdapat microchip yang dapat mengontrol manusia. Bahkan, new normal dimaknai new order, yaitu tatanan dunia baru yang dikuasai segelintir elit.

Pertama, kriminalisasi ulama yang dicap sebagai bukti kiamat kian dekat merujuk pada hadis Nabi SAW:

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ

Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, melainkan Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama [HR Bukhari, Muslim, & Tirmidzi].

Imam Badruddin al-Aini dalam ‘Umdatu al-Qari menjelaskan, makna qabdhu al-ulama dalam hadis tersebut adalah mautu ahlihi (meninggalnya ahli ilmu). Imam al-Mubarakfuri dalam Tuhfatu al-Ahwadzi dan Imam al-Nawawi dalam Shahih al-Bukhari juga menyatakan hal serupa.

Sebaliknya, salah satu ustadz Akhir Zaman yang aktif berdakwah di media sosial, ustadz Zulkifli Ali menyampaikan, bahwa qabdh al-ulama dalam hadis tersebut adalah ulama yang wafat dan ulama benar yang ditangkap-tangkapi dan dibungkam mulutnya. Ia tidak bisa lagi berdakwah, berfatwa, dan tidak dapat menjelaskan halal-haram.

Tak ayal, penafsiran sembarang yang disampaikannya kepada publik tentang kriminalisasi ulama itu keliru dan sangat fatal jika dipercayai masyarakat luas. Sebab bukan sekadar pemahaman yang menyimpang, tetapi dapat pula mengancam persatuan dan menumbuhkan rasa benci terhadap pemerintah, bahkan presiden negeri kita.

Faktanya, ulama yang ditangkap oleh pihak berwenang adalah ulama yang jelas-jelas telah melanggar hukum. Dapat kita saksikan bersama, ulama yang betul-betul baik dan tidak melanggar hukum, bebas berbicara, menulis, dan berdakwah kepada khalayak. Kriminalisasi ulama itu hoaks dan kita harus menyangkalnya.

Kesalahan ustadz Akhir Zaman dalam dakwahnya ini bukan yang pertama. Sebelumnya, isu Dajjal, UFO, WTC 11/9, Imam Mahdi, Dukhon, dan lain sebagainya telah terbukti keliru. Hoaks dan ujaran kebencian menjadi senjata andalannya demi meraih perhatian dan ketertarikan publik.

Baca Juga  Meningkatkan Kecerdasan Sosial

Memang betul, beriman kepada Hari Kiamat itu salah satu rukun Iman yang tercantum dalam hadis Jibril yang panjang dan terkenal tentang Islam dan Iman. Saat Jibril bertanya kepada Rasulullah SAW tentang Iman, beliau bersabda, Iman adalah engkau beriman (percaya) kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan engkau percaya kepada takdir Allah yang baik dan buruk [HR Bukhari].

Meski demikian, bukan berarti kita bebas menafsirkan setiap fenomena yang terjadi di sekitar kita sebagai bukti atau tanda Hari Kiamat kian dekat. Ramalan ustadz Akhir Zaman tentang Kiamat yang akan terjadi pada 15 Ramadhan lalu misalnya. Bertolak belakang dengan ayat-ayat al-Quran yang menyatakan, bahwa hanya Allah yang mengetahui kapan Kiamat terjadi [Q.S. al-Araf (7): 187], [Q.S. Yusuf (12): 107], [Q.S. Taha (20): 15], [Q.S. Luqman: 34], dan lain-lain.

Selanjutnya, ceramah seputar vaksin Covid-19. Secara terang-terangan dan lantang ia mengampanyekan anti-vaksin, secara terang-terangan pula ia menampakkan kebodohannya kepada publik. Semua perkataannya tentang vaksin hanyalah asumsi dan tak memiliki bukti. Justru, data-data konkret seputar vaksin Covid-19 tidak mengamini setiap ceramah anti-vaksinnya.

Rasa curiga terhadap vaksin ini, bukan yang pertama kali disuarakan kepada khalayak. konspirasi vaksin yang di dalamnya terdapat microchip sebelumnya telah disampaikan oleh sejumlah pengguna akun di media sosial. Alasannya, Bill And Melinda Gates Fondation yang mendanai penelitian vaksin Covid-19 bertujuan untuk menguasai dunia. Dengan ini terbukti, bahwa ustadz Akhir Zaman telah termakan konspirasi vaksin dari para pengguna media sosial, tanpa mempertimbangkan data yang akurat. Padahal, mengkritik juga diperlukan data dan bukti, bukan sekadar asumsi.

Dengan demikian, kesalahan fatal ustadz Akhir Zaman yang terus-menerus berulang seharusnya membuat kita lebih selektif dalam memilih ustadz panutan. Bahkan, sebaiknya kita menghindari diri dari ceramah-ceramah bohongnya. Tak lain, agar kita selamat dari keresahan, kegelisahan, dan kebohongan yang hanya akan menjerumuskan kita ke dalam keburukan serta penderitaan.[]

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.