Ucapan Selamat Natal, Bentuk Akhlak Pancasila

KolomUcapan Selamat Natal, Bentuk Akhlak Pancasila

Setiap menjelang perayaan Hari Raya Natal, umat Muslim selalu dibenturkan dengan perdebatan halal dan haram. Bahkan, seorang Muslim yang mengucapkan selamat natal, kerap kali dinilai kafir. Padahal, selama ini, kita hidup berdampingan dengan berbagai macam agama. Saling menyampaikan ucapan selamat pada perayaan hari raya masing-masing agama, merupakan bentuk saling menghormati antar sesama pemeluk agama, dan itu sebagai bentuk akhlak Pancasila.

Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Hal ini ditandai dengan banyaknya etnis, ras, suku, agama, bahasa, budaya, dan adat istiadat. Untuk persoalan agama, secara konstitusi, negara mewajibkan warganya untuk memeluk satu dari agama-agama yang diakui eksistensinya sebagaimana tercantum dalam pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD NRI 1945. Negara memberi kebebasan kepada warganya untuk memilih salah satu agama yang telah ada di Indonesia yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Selain memberikan kebebasan, negara juga menjamin warganya dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing.

Kemajemukan ini harus dipandang sebagai salah satu alat untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, yaitu dengan selalu mengembangkan sikap toleran, saling menghargai satu dengan lainnya. Sebab, keberagaman merupakan sumber kekayaan budaya bangsa. Perbedaan-perbedaan yang ada merupakan realita yang harus didayagunakan untuk memajukan negara dan mewujudkan cita-citanya.  

Bangsa ini memiliki Pancasila, yang di dalamnya terdapat nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi, dan keadilan sosial. Nilai-nilai tersebut yang kemudian dijadikan sebagai landasan bersikap dan berperilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Sebab, Pancasila menjadi acuan nilai bagi kerukunan dan toleransi antar pemeluk agama. Mengingat bangsa ini memiliki keragaman agama dan budaya, Pancasila adalah jalan kunci bagi terbangunnya stabilitas nasional.

Akhlak Pancasila merupakan akhlak terpuji yang terkandung dalam Pancasila, salah satunya sikap toleran antar umat beragama. Yang berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain. Dalam masyarakat berdasarkan Pancasila, bertakwa kepada Tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masig ialah mutlak. Semua agama menghargai manusia. Maka dari itu, semua umat beragama juga wajib untuk saling menghargai. Dengan begitu, antar umat beragama yang berbeda mampu membina kerukunan hidup.

Baca Juga  Teladan Bung Karno Menempa Milenial

Bung Karno dalam pidatonya, dengan tegas mengatakan, marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam, maupun Kristen, dengan cara berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat menghormati satu sama lain. Nabi Muhammad SAW telah beri bukti yang cukup tentang verdraagzaamheid, tentang hormat menghormati. Nabi Isa pun telah menunjukkan verdraagzaamheid itu. Marilah kita di dalam Indonesia merdeka yang kita susun ini sesuai dengan itu, menyatakan bahwa prinsip kelima negara kita ialah Ketuhanan yang berkebudayaan, Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, Ketuhanan yang hormat menghormati satu sama lain.

Negara ini merupakan negara berketuhanan. Bukan berdasar pada satu agama tertentu. Indonesia adalah representasi nilai dari keragaman agama. Melalui sila pertama, ditegaskan bahwa keragaman agama adalah kekuatan kebangsaan. Toleransi antar umat beragama menjadi pilar penting dalam membangun kerukunan nasional. Selain itu, juga sebagai perwujudan atas penghargaan kepada semua agama. Kemudian, sila kedua menegaskan bahwa berketuhanan harus diiringi dengan kemanusiaan. Artinya, berketuhanan yang menjalankan visi kemanusiaan dengan keadilan dan beradab.

Mengucapkan selamat Hari Raya Natal merupakan bentuk sikap toleransi antar umat beragama. Toleransi antar umat beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu akan bercampur dengan ajaran agama orang lain. Disadari bahwa agama telah menembus batas-batas kesukuan, kedaerahan, dan bahkan batas-batas kebangsaan. Terlihat bahwa agama mempunyai potensi mempersatukan bangsa. Agama ialah pembawa kedamaian yang dapat menyokong pembangunan.

Hal ini dapat terjadi, apabila terbinanya sikap toleransi atau sikap berlapang dada dari masyarakat. Sebab, dalam masyarakat bangsa yang memeluk bermacam-macam agama, setiap waktu dapat terjadi pertentangan, konflik yang jelas mengganggu ketahanan nasional.

Dengan demikian, dalam membangun kesadaran toleransi beragama, harus diwujudkan dalam bentuk implementasi akhlak Pancasila agar umat Muslim yang mengucapkan selamat natal, tak lagi menjadi perdebatan. Sebab, ucapan ini merupakan bentuk rasa penghormatan dan penghargaan sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Maka dari itu, mari kita tunjukkan akhlak Pancasila dalam bentuk ucapan selamat Hari Raya Natal bagi saudara-saudara kita yang merayakan.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.