Syeikh Abdul Ghani al-Bimawi: Leluhur Ulama Nusantara di Tanah Haramain

KolomSyeikh Abdul Ghani al-Bimawi: Leluhur Ulama Nusantara di Tanah Haramain

ISLAMRAMAH.CO, Syeikh Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail bin Abdul Karim atau akrab dipanggil Syeikh Abdul Ghani al-Bimawi merupakan seorang ulama ternama asal Bima, Nusa Tenggara Barat. Ia termasuk leluhur sekaligus guru bagi ulama-ulama Nusantara yang belajar di Haramain (Mekkah dan Madinah).

Belum ditemukan secara pasti kapan tanggal kelahirannya. Ia memiliki garis keturunan dari pembesar Islam di Nusantara. Kakek buyutnya, Syeikh Abdul Karim merupakan pendakwah Islam terkenal di Mekkah yang lahir di Baghdad.

Sejak kecil, Syeikh Abdul Ghani merantau ke Mekkah untuk memperdalam ilmu-ilmu agama. Ia belajar kepada ulama-ulama masyhur seperti al-Allamah As-Sayyid Muhammad al-Marzuqi dan saudaranya Sayyid Ahmad al-Marzuqi (penulis kitab Aqidatul Awam), Muhammad Sa’id al-Qudsi (mufti Mazhab Syafi’i), dan al-Allamah Utsman Ad-Dimyathi.

Nama Syeikh Abdul Ghani sendiri sangat masyhur di dunia Islam, terutama hingga paruh abad k-19. Keluasan ilmunya menjadikannya sebagai tempat berguru bagi ulama-ulama asal Nusantara yang datang ke Mekkah. Beberapa di antara murid-muridnya adalah Syeikh Khatib bin Abdul Ghaffar As-Sambasi dan Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani. Ia juga produktif mengajar, beribadah dan menulis.

Syeikh Abdul Ghani sempat pulang ke Dompo, Bima pada tahun 1857 di masa pemerintahan Sultan Hasanuddin yang bergelar Mawa’a Adi (Sang Pembawa Keadilan) dan tinggal beberapa waktu di sana. Ia sempat membangun sebuah masjid yang diberi nama Masjid Syeikh Abdul Ghani sesuai Namanya. Masjid ini beratap susun tiga yang merupakan corak bangunan dari pengaruh Hindu. Dindingnya terbuat dari kayu jati dan lantainya dari batu. Masjid ini terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu hingga dibongkar pada tahun 1962.

Beberapa waktu tinggal di Dompu, Syaikh Abdul Ghani kembali lagi ke Mekkah. Sayangnya, ia tidak banyak meninggalkan catatan sejarah. Namun ia meninggalkan banyak keturunan yang amat dihormati, mereka dipanggil Ruma Sehe. Rumah adalah sebuah kata yang berarti plural dapat pula bermakna pemilik (owner), Tuhan (God) atau tuan (mister). Sedangkan Sehe adalah kata serapan dari Bahasa Arab, Syeikh yang bermakna kakek atau orang yang Sudha tua.

Baca Juga  Titik Temu Islam dan Nasionalisme

Dalam khazanah Islam, kata Syeikh kemudian menjadi gelar bagi seseorang ulama yang memiliki ilmu sangat tinggi dan luas dalam bidang agama. Ruma Sahe dapat pula berarti tuan Syeikh atau gusti Syeikh. Ruma adalah sebutan bagi para raja di Dompu dan keturunannya, setara dengan sebutan gusti bagi Raja di Jawa. Sementara Syeikh Abdul Ghani adalah keturunan dari Abdul Karim dengan seorang putri sultan Dompu.

Syeikh Abdul Ghani wafat pada tahun 1270-an H atau dasawarsa terakhir pada abad ke-19 Masehi. Beliau dimakamkan di Ma’la bersama sejumlah ulama-ulama besar dan sahabat-sahabat Nabi.

Artikel Populer
Artikel Terkait