ISLAMRAMAH.CO, Setiap memasuki bulan Desember, ingatan kolektif seolah kembali pada jejak hidup KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Setiap bulan Desember selalu marak pelaksanaan haul atau peringatan wafatnya Gus Dur di sejumlah daerah di Tanah Air. Gus Dur tidak hanya menjadi panutan bagi warga Nahdliyin saja, tetapi Gus Dur juga telah menorehkan sejarah bagi bangsa ini yang tidak mungkin terlupakan jasa-jasanya.
Menjelang peringatan haul Gus Dur yang ke-10, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj mengatakan, Gus Dur adalah guru bagi kehidupannya. Dari Gus Dur lah Kiai Said mengenal ilmu-ilmu Islam dan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, bahkan dari Gus Dur pula Kiai Said belajar memahami situasi dan kondisi di tengah-tengah masyarakat.
“Mengenai ilmul ahwal, saya dapatkan dari almarhum Gus Dur. Dalam arti Gus Durlah yang menempatkan saya menjadi orang, menjadikan saya menjadi seorang yang mengerti tentang situasi dan kondisi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita,” kata Kiai Said di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (26/12).
Menurut Kiai Said, Gus Dur juga kerap
memberikan contoh berdebat yang baik baik dengan tidak menggunakan cara-cara
yang emosional. Gus Dur senantiasa menekankan agar menyampaikan pemikiran
kepada orang lain hendaknya dengan argumentasi yang baik, yang bisa dipahami
oleh beragam kalangan, baik kalangan terdidik, kalangan elite bahkan kalangan
bawah sekalipun.
“Maka Gus Dur menegur saya, ‘bukan begitu
caranya berdialog, caranya berdiskusi dengan orang lain. Tidak bermartabat
diskusi dengan emosional. Diskusi yang bermartabat adalah diskusi yang adu
argumentasi, baik argumentasi yang jangka panjang, (yaitu) dipahami oleh
seluruh masyarakat maupun yang spesifik, dipahami oleh orang-orang
tertentu’,” tutur Pengasuh Pesantren Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan
tersebut.