Prof Quraish Shihab: Sikap Moderat Tampung Semua Perbedaan

BeritaProf Quraish Shihab: Sikap Moderat Tampung Semua Perbedaan

ISLAMRAMAH.CO, Sikap dan tindakan moderat makin menemukan relevansinya di era saat ini. Pasalnya, kecenderungan seseorang atau kelompok, terutama dalam beragama, tengah mengalami ketidakseimbangan dalam mengamalkan atau mempraktikkan ajaran-ajaran agama. Islam sebagai agama yang moderat telah memberikan garis-garis moderat (wasathiyah) bagi umatnya, yakni tidak terlalu ekstrem kanan ataupun tidak juga cenderung esktrem kiri. Islam menekankan sikap moderat agar semua perbedaan yang ada bisa diterima dengan arif dan bijaksana, dan bukan dengan konfliktual, apalagi menebar ancaman.

Dalam kaitannya dengan hal itu, pakar tafsir terkemuka dunia, Prof Dr Quraish Shihab menekankan akan pentingnya sikap moderat di tengah-tengh kehidupan yang beragam. Terutama di Indonesia, di mana masyarakatnya terdiri dari begitu dahsyatnya perbedaan-perbedaan yang ada, baik perbedaan keyakinan, budaya, tradisi hingga bahasa. Maka, sikap moderat di Indonesia menjadi keniscayaan agar perbedaan yang ada tetap lestari keberadaannya dan tidak ambyar karena sebab-sebab ketidaksediaan menerima perbedaan itu sendiri.

Menurut Quraish Shihab, sikap moderat akan dengan sendirinya terdpat dalam diri seseorang yang berpengetahuan luas. Dengan pengerahuan, semua perbedaan bisa menjadi kewajaran bagi kehidupan sosial-agama dalam bermasyarakat. “Tanpa mengetahui itu, tidak akan bisa (menerapkan moderasi). Semua (perbedaan) bisa ditampung oleh wasathiyah,” kata Prof Quraish pada acara Shihab & Shihab di Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan, Sabtu (30/1).

Pendiri Pusat Studi Al-Quran itu mengibaratkan orang yang tidak moderat seperti sebagai orang yang tidak pernah puas dengan kondisi yang ada. Bahkan menurutnya, godaan-godaan syetan bisa membayangi orang-orang yang tidak menerapkan prinsip-prinsip moderat dalam kehidupannya. “Boleh jadi dia (setan) berkata begini, ’50 ribu, waduh terlalu sedikit, tambah, dong’. Bisa jadi juga ngurangi, ‘terlalu banyak (50 ribu itu). Itu syetan begitu. Jadi harus hati-hati. Kalau tidak Anda tidak bisa menerapkan wasathiyah,” pungkas alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo Mesir tersebut.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.