Ziarah Imam al-Ghazali

KolomZiarah Imam al-Ghazali

Ziarah ke Iran selalu istimewa. Selain berziarah ke makam para wali yang mereka dikenal sebagai Imam Ahlul Bait, kita juga bisa berziarah ke para Iman dari kalangan Ahlussunnah.

Sejak di pesantren saya sudah diajarkan kota kelahiran Imam al-Ghazali, yaitu Thus di Khurasan. Saya sendiri tidak pernah membayangkan bisa menginjakkan kaki di Thus. Sebuah keajaiban tersendiri, anak kampung pulau garam yang dulunya mengaji kitab Ihya’ Ulumuddin dan al-Bidayah wa al-Nihayah, bisa menghirup udara segar di Thus.

Konon, kota Thus dikenal sebagai salah satu kota metropolis berdekatan dengan Naisabur. Keilmuan Imam al-Ghazali ditempa di Thus, lalu belajar ke Imam al-Juwaini yang dikenal dengan “Imam al-Haramaian”. Kitab Ihya’ Ulumuddin akhirnya bisa dirampungkan di kota kelahiran sosok ensiklopedis ini.

Ya, Imam al-Ghazali memang dikenal sebagai sosok ensiklopedis, karena ia menulis filsafat, akidah, dan tasawuf. Kabarnya ada 69 karya Imam al-Ghazali. Hidupnya dihibahkan untuk belajar, mengajar, dan menulis, sehingga karya-karyanya banyak dibaca di seantero dunia Islam, termasuk kalangan pesantren.

Apresiasi saya pada pemerintah Iran, yang notabene menganut Syiah Imam 12. Sampai saat ini, Iran terus melestarikan makam Imam al-Ghazali. Selain di tempat ini, masih ada tempat lain yang diduga sebagai makam Imam al-Ghazali. Iran terus melakukan penelitian untuk memastikan makam yang sebenarnya.

Tapi apapun, komitmen Iran ini harus diapresiasi karena jalan menuju persaudaraan Sunni-Syiah ini, diantaranya bisa dimulai dari Imam al-Ghazali yang mengenalkan kita pentingnya tasawuf, yang di Iran dikenal dengan ‘irfan.

Zuhairi Misrawi
Zuhairi Misrawihttp://IslamRamah.co
Intelektual Muda Nahdlatul Ulama, Ketua Moderate Muslim Society (MMS), Jakarta
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.