Ngaji Maraqi Al-‘Ubudiyah: Memelihara Persahabatan (Bagian 4)

KhazanahNgaji Maraqi Al-‘Ubudiyah: Memelihara Persahabatan (Bagian 4)

ISLAMRAMAH.CO, Tiga belas, mendoakan teman saat berpisah dengannya, baik semasa hidupnya maupun setelah ia meninggal dunia. Berdoalah untuk temanmu sebagaimana engkau berdoa untuk dirimu sendiri. Janganlah membedakan antara dirimu dengan dirinya karena berdoa untuk seorang teman berarti berdoa untuk dirimu sendiri. Rasulullah Saw bersabda, “Apabila seseorang berdoa untuk saudaranya dalam keadaan sendiri, malaikat berkata: ‘Dan bagimu seperti itu.” Dalam redaksi lain: Allah berfirman: “Aku memulainya denganmu.”

Empat belas, dalam hadis disebutkan, “Dikabulkannya doa seseorang bagi saudaranya tidak seperti dikabulkannya doa bagi dirinya sendiri.” Lima belas, dalam riwayat lain, Rasulullah Saw bersabda, “Dan doa seseorang bagi saudaranya pada saat sendirian tidak ditolak.” Enam belas, apabila temanmu meninggal dunia, tetaplah mencintai anak, kerabat, dan para sahabatnya karena cinta itu ditujukan untuk akhirat. Jika kecintaan tersebut putus dengan kematian temanmu, maka sia-sialah amal dan usahamu.

Tujuh belas, tidak membebaninya dengan sesuatu yang memberatkan, seperti meminta kedudukan atau harta yang dapat menimbulkan kejemuan dan berakibat pada perpecahan. Janganlah membuatnya merasa rendah diri (karena tidak bisa memenuhi permintaanmu), tetapi tunjukkanlah bahwa engkau hanya mengharap ridha Allah dengan kecintaanmu terhadapnya.

Sikap semacam ini agar engkau mendapatkan berkah dari doa-doanya dan merasa senang ketika berjumpa dengannya demi memelihara agama dan mendekatkan diri kepada Allah dalam menunaikan hak-hak persahabatan. Tampakkanlah kegembiraanmu jika ada sesuatu yang menggembirakan temanmum tunjukkanlah kesedihanmu atas musibah yang ia alami, dan cintailah temanmu secara tulus lahir dan batin.

Karena persahabatan yang tulus menuntut adanya kesesuaian sikapmu dengan apa yang ada di dalam hatimu, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, baik sendiri maupun bersama orang banyak. Barangsiapa tidak tulus dalam persahabatannya, berarti ia orang munafik. Apabila batin menyembunyikan dengki dan dendam maka memutus hubungan persaudaraan dengannya adalah lebih baik.

Baca Juga  Akhlak Imam Syafi'i Terhadap Guru

Delapan belas, orang bijak berkata, “Teguran secara langsung lebih baik daripada dendam yang tersembunyi.” Sembilan belas, dalam kondisi demikian, apabila seseorang ingin mengetahui kecintaan temannya, hendaklah ia melihat kecintaannya sendiri kepada temannya, sebagaimana dikatakan oleh salah seorang penyair:

Tanyakanlah pada hatimu tentang kecintaan orang lain, karena hati adalah saksi yang tidak bisa disuap, janganlah bertanya pada mata tentang kecintaan itu, karena ia akan menunjukkan sesuatu yang lain, dari yang tersembunyi dalam hati.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.