Biografi Ibnu Khaldun: Konteks Sosial Pemikiran (Bagian 1)

KolomBiografi Ibnu Khaldun: Konteks Sosial Pemikiran (Bagian 1)

Sejarah Afrika Utara nyaris sepenuhnya merupakan sejarah dinasti-dinasti yang saling berperang tanpa henti. Dinasti-dinasti itu didirikan berdasarkan dukungan militer suku-suku dan kadang-kadang berdasarkan semangat pembaruan agama. Ibnu Khaldun sangat mengenal sejarah pembentukan dan kejatuhan negara-negara di Afrika Utara, termasuk pergantian tiga dinasti di Maroko, yaitu al-Murabitun (1040-1147 M), al-Muwahhidun (112-1269), dan Mariniyun (1215-1465).

Dinasti-dinasti ini didirikan oleh suku-suku Berber: suku Sanhaja untuk Dinasti al-Murabitun, Masmuda untuk Dinasti al-Muwahhidun, dan Zanata untuk Dinasti Mariniyun. Penguasa-penguasa Hafisiyun semula adalah gubernur-gubernur al-Muwahhidun yang berkuasa di Ifriqiyyah. Dinasti Hafsiyun menyatakan kemerdekaannya dari Dinasti al-Muwahhidun pada 1229, dan dinasti itu runtuh pada 1574. Ibnu Khaldun hidup pada masa pemerintahan Mariniyun dan Hafsiyun. Dia merupakan saksi atas pelbagai peristiwa ekonomi dan politik dalam dinasti-dinasti tersebut yang bertanggung jawab atas kebangkitan dan kejatuhan Dinasti al-Murabitun dan al-Muwahhidun.

Di samping faktor politik di sekitar hubungan hadharah (masyarakat menetap) dan badawah (nomaden) yang menentukan sejarah, ada faktor-faktor tambahan yang berperan pada masa Ibnu Khaldun yang belum muncul pada masa-masa sebelumnya. Ada kemerosotan perdagangan emas antara Afrika Utara dan Sudan Barat dan ada Wabah Sampar. Ada isyarat dari Ibnu Khaldun tentang sifat perubahan-perubahan ini pada masanya.

Apapun yang dipikirkan oleh Ibnu Khaldun tentang keadaan ekonomi pada masanya atau kerusakan akibat Wabah Sampar, ia mungkin tidak menganggapnya sebagai faktor yang merusak kerangka umumnya untuk penelitian tentang kebangkitan dan kejatuhan negara. Ia memusatkan perhatiannya pada apa yang dianggapnya sebagai aspek-aspek universal dari pergantian dinasti. Masih dapat diperdebatkan, apakah perubahan-perubahan yang dimaksudnya –kemudian disebut krisis abad ke-8 H/ ke-14 M- akan mengubah kerangka teoritis Ibnu Khaldun.

Baca Juga  Bahaya Populisme Islam

Yang perlu diperhatikan adalah tergugahnya Ibnu Khaldun untuk mempelajari kebangkitan dan kejatuhan negara secara distematis dan berbagai aspek sosial mereka dengan apa yang dianggapnya sebagai pergolakan penting yang diakibatkan oleh Wabah Sampar itu. Walau ini mungkin merupakan faktor yang mendorongnya membuat teori tentang kebangkitan dan kehatuhan negara dalam bukunya, Muqaddimah, wabah sampar itu sendiri tidak diperhitungkan dalam teorinya.

Apa yang diperhitungkan dalam teorinya adalah abstraksi yang diturunkan dari pemahamannya yang tajam ihwal sejarah dinamika hubungan antara masyarakat-menetap dan masyarakat nomaden, serta dampaknya terhadap kebangkitan dan kejatuhan negara.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.