Manusia Kaum Mustad’afin

KhazanahHikmahManusia Kaum Mustad’afin

ISLAMRAMAH.CO, Setiap manusia, sejak dulu hingga sekarang bahkan di masa mendatang adalah kaum mustad’afin, yaitu orang-orang yang lemah. Manusia tidak akan pernah luput dari berbagai kelemahan yang menyertainya. Anak kecil lemah, orang renta lemah, bahkan pemuda yang secara fisik kuat pun memiliki sisi kelemahan, baik lemah pengalaman, intelektual, materi, atau lemah dalam sisi lainnya.

Orang fakir lemah karena kefakirannya. Namun demikian, jika dicermati orang kaya pun lemah. Boleh jadi lemah karena kesehatannya, lemah kecintaan orang lain terhadap dirinya, atau lemah keimanannya. Dengan demikian, manusia tidak akan pernah lepas dari salah satu kelemahannya. Allah Swt. menyatakan dalam Al-Quran, Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah. (QS. Al-Nisa’ [4]: 28).

Manusia diciptakan dari satu kelemahan beralih ke kelemahan lain. Kelemahan itu terlihat jelas sejak awal perjalanan hidupnya. Nabi Adam as, meski memiliki derajat dan kedudukan mulia, dikatakan dalam Al-Quran, Sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, namun ia lupakan perintah itu, dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (QS. Thaha [20]: 115).

Pernyataan Allah tentang kelemahan Nabi Adam as itu mengindikasikan bahwa bukan mustahil kelemahan itu terjadi pada keturunannya. Nabi Musa sewaktu berbincang dengan Nabi Muhammad menegaskan bahwa umat Islam itu lemah. Begitu mengetahui Allah mewajibkan shalat lima puluh waktu dalam sehari semalam kepada umat Rasulullah Saw, Nabi Musa menyarankan:

“Wahai Muhammad, demi Allah! Aku menginginkan untuk kaumku Bani Israil lebih sedikit dari itu. Sebab, mereka lemah sehingga akan meninggalkannya. Sementara umatmu lebih lemah lagi, baik perawakan, hati, fisik, penglihatan, maupun pendengarannya. Jadi kembalilah kepada Tuhanmu agar diringankan.”

Itu semua menunjukkan, bahwa kelemahan merupakan hal yang wajar dalam diri manusia. Rasulullah Saw sangat memperhatikan orang-orang lemah. Sebab, kelemahan biasanya melahirkan satu titik penyakit dalam jiwa seseorang, sementara Rasulullah Saw adalah pribadi penyayang kepada orang-orang mukmin dan mengasihi kelemahan mereka.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.