Ngaji Ihya’ Ulumuddin: Keutamaan Mengajarkan Ilmu

KhazanahNgaji Ihya’ Ulumuddin: Keutamaan Mengajarkan Ilmu

Di dalam al-Quran banyak sekali ayat yang menegaskan perihal pentingnya mengajarkan ilmu kepada orang lain, baik perseorangan maupun kelompok. Di dalam surat al-Taubah ayat 122, Allah SWT berfirman, Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Maka, mengapa tidak (ada yang) pergi dari setiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk memberikan peringatan kepada kaum mereka, apabila mereka telah kembali kepada mereka supaya mereka berhati-hati. Yang dimaksud dengan memberi peringatan”, termasuk di dalamnya mengajar dan memberi petunjuk.

Bahkan kalau mencermati beberapa ayat al-Quran yang lain kita mendapatkan larangan bagi seseorang untuk untuk menyembunyikan ilmunya. Al-Quran menyebut orang yang menyembunyikan ilmu, hati orang tersebut sesungguhnya telah berdosa. Dan barang siapa menyembunyikannya, maka sesungguhnya hati orang itu berdosa (QS. al-Baqarah: 283).

Maka dari itu, al-Quran secara eksplisit mengajak kita untuk senantiasa mengajak orang lain ke jalan Allah SWT. Jalan dakwah pada hakikatnya jalan ilmu, jalan mengajarkan ilmu. Allah berfirman, Serukanlah ke jalan Allah SWT dengan hikmah, nasehat yang santun, dan berdebatlah dengan mereka menggunakan cara-cara yang lebih elegan (QS. al-Nahl: 125).

Di dalam hadis juga dijelaskan kemuliaan orang-orang yang mengajarkan ilmu. Rasulullah SAW bersabda, Bagiku, kalian wahai ulama laksana sebagian malaikatku, maka berikanlah syafaat, niscaya kalian masuk surgi. Betapa mulianya orang yang mengajarkan ilmu, karena pada akhirat nanti mereka akan diganjar dengan surga. Sebaliknya, seseorang yang berilmu tapi menyembunyikan ilmu, maka orang tersebut akan disikasi dengan api neraka. Rasulullah bersabda, Barang siapa yang mempunyai ilmu tapi ia menyembunyikan ilmunya, maka Allah SWT akan menyiksanya nanti dengan api neraka di Hari Akhir.

Di dalam hadis lain disebutkan, ilmu akan sirna bersamaan dengan wafatnya para ulama. Jika tidak ada seorang ulama yang mengajarkan ilmu, maka yang tersisa hanya para penguasa yang haus kekuasaan. Jika mereka ditanya tentang sebuah persoalan, maka mereka berfatwa tanpa berdasarkan ilmu, akhirnya mereka tersesat dan menyesatkan orang lain.

Baca Juga  Menyegarkan Mimbar Khotbah

 

 

Imam Al-Ghazali
Imam Al-Ghazalihttp://IslamRamah.co
Al-Ghazali (/ˈɡɑːzˌɑːli/;[14] full name Abū Ḥāmid Muḥammad ibn Muḥammad al-Ghazālī أبو حامد محمد بن محمد الغزالي; latinized Algazelus or Algazel, c. 1058 – 19 December 1111) was a medieval Muslim theologian, jurist, philosopher, and mystic[15][16] of Persian origin
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.