ISLAMRAMAH.CO – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siraj mengingatkan agar umat Islam tetap memegang prinsip Nabi Muhammad SAW yang selalu disampaikan setiap khutbah Jum’at. Yaitu tidak boleh ada permusuhan karena perbedaan, kecuali kepada orang zalim atau melanggar hukum. Seruan tersebut ia sampaikan saat menerima kunjungan Pengurus Wilayah NU (PWNU) Kalimantan Selatan di Gedung PBNU Jakarta, Selasa (10/4).
Menurut Kiai Said, sejak dulu para ulama di Nusantara mengajarkan nilai-nilai toleransi dan perdamaian di antara anak bangsa. Solidaritas di antara anak bangsa itu tidak hanya melekat pada ranah agama semata, melainkan pada persaudaraan dalam ranah kebangsaan dan kemanusiaan.
“Prinsip NU itu tawassuth dan tasamuh, moderat dan toleran. Kemudian Tri Ukhuwah: Ukhuwah Islamiyah, Wathaniyah dan Insaniyah. Kalau jumpa orang Arab, itu saudara saya. Jumpa dengan orang Batak, Dayak, Jawa, itu saudara saya,” ujar Kiai Said.
Kiai asal Cirebon tersebut mengatakan di Timur Tengah, banyak orang pintar tapi kehidupannya terpecah belah dan tidak mampu membangun kebersamaan. Sementara di Indonesia, meskipun orang pintar relatif sedikit, tapi mampu membangun perdamaian. Itu semua karena Muslim di Indonesia secara umum memegang prinsip persaudaraan antara agama, antar anak bangsa dan antar sesama manusia.
Oleh karena itu, menurut Kiai Said, Indonesia semestinya menjadi rujukan dalam membangun agama dan negara. Islam Nusantara sudah sejatinya menjadi model keberagamaan dan kebangsaan global karena mampu menyintesiskan antara ajaran-ajaran agama dengan prinsip-prinsip bernegara.
“Kita bisa hidup bersama, membangun negara dan agama. Jadi, itu harus menjadi rujukan. Yakni, Islam Nusantara. Islam yang menghormati perbedaan dan menghargai budaya, selama tidak melanggar sariat Islam,” pungkasnya.