Ngaji Al-Muqaddimah: Sebuah Pengantar Singkat

KhazanahNgaji Al-Muqaddimah: Sebuah Pengantar Singkat

ISLAMRAMAH.CO – Ilmu sejarah merupakan salah satu bidang keilmuan hadir dan berkembang di tengah-tengah masyarakat sejak dahulu kala. Banyak kalangan ingin mendalaminya. Di situ ada perseteruan di antara para raja dan menteri. Semua kalangan mempunyai kesempatan yang sama untuk mempelajarinya, baik orang yang berilmu maupun orang yang tidak berilmu.

Di dalam studi sejarah terdapat analisis, pendalaman, dan penalaran atas seluruh fakta. Prinsip-prinsipnya sangat detail, bagaimana sebuah peristiwa terjadi dan sebab-sebab peristiwa terjadi. Karenanya mempelajari sejarah kita akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, dan karenanya sejarah patut diperhitungkan.

Kita bisa menemukan para sejarawan dalam Islam telah bekerja dan berkarya dengan hebat. Mereka mencatat, mengumpulkan, dan menulis peristiwa-peristiwa penting. Meskipun ada juga yang kekanak-kanakan dalam menulis sejarah karena menulis berdasarkan data-data yang tidak benar, semacam hoaks. Mereka tidak mendalami sebab-sebab yang memunculkan begitu banyak peristiwa. Mereka tidak melakukan investigasi dan verifikasi data dan fakta.

Di dalam tradisi Islam, kita mendapatkan sosok-sosok sejarawan yang sangat fenomenal, seperti Ibnu Ishaq, al-Tabari, Ibnu al-Kalbi, Muhammad bin Umar al-Waqidi, Saif bin Umar al-Asadi, dan lain-lain. Meskipun pada sosok al-Waqidi dan al-Mas’udi ada beberapa informasi sejarah yang tidak valid, tapi secara umum publik dapat menerima karya-karya mereka. Seorang sejarawan yang kritis dapat menjadi cermin bagi dirinya dalam mendeteksi informasi-informasi palsu dan hoaks dalam menulis sejarah.

Pada umumnya, sejarah yang ditulis perihal dua negeri dalam sejarah awal Islam, soal penguasa dan hal-hal yang terjadi di dalamnya. Bahkan di antara mereka ada yang menulis tentang agama dan keyakinan yang dianut, seperti al-Mas’udi dan yang lain.

Namun para sejarawan setelahnya memilih untuk menulis sejarah negaranya, seperti Ibnu Hayyan, para sejarawan Andalusia, dan Dinasti Umayyah, termasuk Ibnu Raqiq di Qayrawan.

Baca Juga  Pendidikan Dalam Pemikiran KH. Ahmad Dahlan

Para sejarawan penerus mereka hanya peniru, muqallid, tidak punya kecerdasan akal dan ketekunan, karena hanya mengulang-ngulang apa yang ditulis para pendahulunya. Bahkan, di antara mereka hanya meringkas dari sejarah terdahulu.

Maka dari itu, hati saya terketuk untuk menulis sebuah buku sejarah untuk menyingkap hal-hal yang tak terungkap dalam peristiwa-peristiwa terdahulu. Saya mengurainya secara detail dalam bab-bab khusus. Saya juga menjelaskan tentang sebab-sebab dan akar-akar tumbuhnya peradaban sebuah masyarakat. Saya menjelaskan sosiologi Arab dan Barbar yang sangat populer di wilayah Arab bagian Barat. Saya menulisnya dalam satu pengantar (al-muqaddimah) dan tiga buku.

Dalam al-Muqaddimah, saya menjelaskan tentang keutamaan ilmu sejarah dan menguraikan mazhab-mazhab yang dianut para sejarawan, termasuk upaya kritis atas karya-karya para sejarawan. Dalam buku pertama, saya menjelaskan tentang peradaban dan konstruksi sosial masyarakat. Pada buku kedua, saya menjelaskan tentang informasi orang-orang Arab, termasuk kisah negeri mereka. Buku ketiga, saya menjelaskan tentang orang-orang Barbar.
Dalam perjalanan ke wilayah Arab bagian Timur, saya menambahkan beberapa hal yang tidak disebut para sejarawan sebelumnya.

Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldunhttp://IslamRamah.co
Ibn Khaldun (/ˈɪbən kælˈduːn/; Arabic: أبو زيد عبد الرحمن بن محمد بن خلدون الحضرمي‎, Abū Zayd ‘Abd ar-Raḥmān ibn Muḥammad ibn Khaldūn al-Ḥaḍramī; 27 May 1332 – 17 March 1406) was an Arab historiographer and historian.[8] He is claimed as a forerunner of the modern disciplines of historiography, sociology, economics, and demography
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.