Kepribadian Ulul Albab dalam Al-Quran

KhazanahHikmahKepribadian Ulul Albab dalam Al-Quran

Kita memiliki generasi milenial yang unik. Pesatnya perkembangan teknologi komunikas membuat generasi muda, di harapkan, menjadi lebih kreatif, inovatif, dan cerdas. Namun, dengan adanya berbagai kemudahan untuk memperoleh informasi secara instan, kita tetap harus mengandalkan kecerdasan akal-budi kita secara maksimal. Jangan sampai kita menjadi generasi muda yang terseret badai komunikasi dan terombang-ambing tanpa prinsip dan jati diri yang jelas.

Generasi milenial dapat mengambil inspirasi dari karakteristik kepribadian Ulul Albab atau orang-orang yang berakal sehat dari dalam al-Quran. Ulul Albab merupakan salah satu panggilan al-Quran terhadap orang-orang yang cerdas dan memanfaatkan akal pikirannya dengan baik. 

Ulul Albab adalah salah satu dari empat konsep kecerdasan manusia yang ada di dalam al-Quran. Tiga lainnya ialah Ulul Ilmi, Ulin Nuha, dan Ulil Abshar. Istilah Ulul Albab Dalam Al Quran ditemukan berulang-ulang sebanyak 16 kali. Di dalam al-Quran, kata Ulul Albab sering diterjemahkan sebagai “orang-orang yang berakal”.

Orang-orang berakal seperti apa? Karakteristiknya bagaimana? Siapa itu orang-orang berakal? Nah, masing-masing ayat di dalam al-Quran yang memuat istilah ‘Ulul Albab’ tersebut, menghimpun makna yang berbeda namun saling berkaitan. Memahami satu per satu ayat-ayatnya akan memperjelas makna universal dari karakteristik Ulul Albab yang ingin kita capai. 

Dikutip dari Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah-Surah Al-Qur’an karya M. Quraish Shihab, Karakter Ulul Albab atau orang-orang yang berpikir dapat merujuk ke dalam beberapa konteks. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 179, konteksnya berhubungan dengan sikap takwa. Masih berhubungan dengan makna tersebut, di dalam ayat 269 surat yang sama, kecerdasan Ulil Albab dikaitkan dengan kemampuan memahami syariat agama dan al-Quran. Sebab, kata ‘Hikmah’ dalam ayat tersebut merupakan kemampuan memahami rahasia-rahasia syariat agama. Hikmah juga dapat diartikan sebagai pengetahuan amaliah dan ilmiah.

Kemudian di dalam Surat Ali Imran ayat 190 juga disebutkan kata Ulil Albab. Merujuk pada ayat selanjutnya, Ulul Albab dalam konteks ayat ini memiliki dua ciri pokok, yaitu tafakkur dan zikir. Keduanya menghasilkan natijah atau hasil pengamatan yang tersusun dalam pikiran, hingga ke pengalaman dan pemanfaatannya dalam kehidpuan sehari-hari.

Baca Juga  Semangat Kemanusiaan di Hari Idul Adha

Berikutnya, kata Ulil Albab yang disebutkan Al-Maidah ayat 100. Dalam ayat ini, ciri-ciri Ulul Albab ditandai dengan orang-orang yang pikirannya tidak diselubungi oleh kerancuan, sekaligus bertakwa sehingga dapat memperoleh keberuntungan, terhindar dari penyesalan dan siksa. Selaras dengan makna Uli al-Albab di surat ar-Ra’d ayat 19, yaitu orang-orang yang pikirannya tidak rancu dan orang yang dapat menyadari perumpamaan dan pelajaran menggunakan akal budinya yang jernih.

Sedangkan di dalam Surah Yusuf ayat 111, Ulil Albab menurut Quraish Shihab adalah orang-orang yang berakal yang bersedia untuk beriman. Hal itu, senada dengan panggilan “orang-orang yang berakal” Dalam Surat Ibrahim ayat 52 dan surat Shad ayat 43, Uli al-Albab adalah orang-orang yang dapat mengambil pelajaran dan tuntunan dari kandungan Alquran. Semuanya hanya dapat dipetik manfaatnya oleh orang-orang yang bersedia beriman.

Jadi, secara garis besarnya, pada Surat  al-Zumar ayat 9 dan 18,  Surat an-Nahl ayat 53-54, dan Surat Ath-Thalaq ayat 10, kepribadian  Ulul Albab dicirikan oleh karakter seseorang yang terikat dengan nilai-nilai keimanan, serta kemampuan untuk memahami segala bentuk hikmah maupun pelajaran yang ditampilkan Allah SWT pada sejarah, ciptaannya, dan ayat-ayat yang mengindikasikan kemahakuasaan Allah. 

Komplit bukan? jelas sekali bahwa Ulul Albab adalah kepribadian cerdas yang mampu menggunakan potensi akalnya dengan baik, melalui zikir, fikr, dan amal. Jadi, kepribadian Ulul Albab dapat direalisasikan dengan mengasah kemampuan mengingat, terutama mengingat Allah SWT, kemudian berpikir kritis, mengambil pelajaran dari pengalaman, serta beramal dan berkontribusi secara positif pada kehidupan dengan sebaik-baiknya. Begitulah cara agar anak muda semakin produktif, kreatif dan inovatif, sehingga tidak mudah terseret dan diombang-ambing oleh zaman yang terkadang menghanyutkan pikiran kita.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.