Sambutan Istimewa Allah pada yang Mendekati-Nya

KhazanahHadisSambutan Istimewa Allah pada yang Mendekati-Nya

Cara Allah mencintai kita selalu di luar sangka. Terbuka, tidak ada pamrih, dan pasti memberi yang terbaik bagi hamba-Nya. Seringkali kita teringat untuk mendekat pada Tuhan hanya di momen-momen kritis putus asa, sedang dalam masalah, atau berbagai titik terendah lain. Meski para hamba-Nya hanya datang mengetuk di waktu butuh, Allah akan tetap tulus menerima yang berkunjung. Dia senang ketika hamba-Nya memohon, berdoa, dalam situasi apapun ia.

Allah berfirman sangat indah dalam salah satu hadis qudsi yang disepakati riwayatnya oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Bunyi hadis itu adalah sebagai berikut:

عن أنس بن مالك وأبي هريرة -رضي الله عنهما- عن النبي -صلى الله عليه وسلم- فيما يرويه عن ربه -عز وجل- قال: «إذا تَقَرَّبَ العبدُ إليَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إليه ذِرَاعًا، وإذا تَقَرَّبَ إليَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وإذا أتاني يمشي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

Yang artinya, Dari Anas bin Malik dan Abu Hurairah radiyallahu ‘anhuma dari Nabi SAW, sebagaimana yang diriwayatkan dari Tuhannya, Dia berfirman, “Jika seorang hamba mendekati-Ku sejengkal, niscaya Aku mendekati-Nya satu hasta. Jika dia mendekati-Ku satu hasta, niscaya Aku mendekati-Nya satu depa. Jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan kaki, niscaya Aku mendatanginya dengan berlari kecil.”

Melalui hadis ini kita diperlihatkan bagaimana Allah selalu antusias dalam menyambut seorang hamba. Kita dijamu dengan istimewa, lebih dari ekspektasi matematis yang terjangkau logika manusia. Allah dengan segala kuasa dan sifat kebesaran-Nya, tidak malu menunjukkan energi kasih lebih dari yang kita sampaikan kepada-Nya. Kita berjalan menuju Dia, Allah mendatangi dengan berlari. Semua serba lebih istimewa.

Di antara cara mendekat adalah dengan berperilaku taat. Ketika kita melakukan ketaatan sekalipun tak seberapa, selama dijalankan dengan ikhlas, Allah akan mengganjar dan memberi penghormatan yang berlipat ganda. Tiap kali ketaatan seseorang bertambah, yang disertai dengan rasa lapang dalam menjalankannya, bertambah juga karunia dan rahmat Allah pada orang tersebut.

Selain kondisi reguler, Allah pun sangat terbuka dan gembira menerima proposal tobat seorang anak manusia. Artinya, kondisi kotor hamba yang berliput dosa bukan penghalang dan tak akan menodai Allah yang ia dekati. Jangan sungkan kembali, meminta pengampunan, karena rahmat dan maaf Allah tak terbatas, jauh lebih besar dari murka-Nya. Hal ini dikuatkan oleh sabda Nabi yang menyatakan, Sesungguhnya Allah sangat bahagia dengan taubat seorang hamba melebihi kebahagiaan salah seorang di antara kalian yang menemukan hewan tunggangannya yang hilang di padang pasir (Muttafaq ‘alaih).

Baca Juga  Gus Muwafiq: Menjadi Ulama itu Berat

Hewan tunggangan bagi musafir padang pasir adalah harta yang sangat berharga. Segala rupa perbekalan selama perjalanan berupa makanan, minuman, biasanya ada di hewan tersebut. Manakala itu hilang pasti akan menimbulkan kecewa berat bagi si musafir. Setara dengan keputusasaan yang mendalam itu, rasa gembira luar biasa akan dirasakannya ketika hewan tunggangan dan apa yang ada padanya tersebut kembali ke pangkuan. Demikianlah ilustrasi manusiawi yang menggambarkan bagaimana kegembiraan Allah saat ada hamba-Nya yang bertobat, kembali menyeru-Nya.

Atas dasar itu semua, maka tak ada alasan untuk kita tidak berbaik sangka pada-Nya. Ini adalah bagian dari etika hamba pada Tuhan. Selain itu, apa yang kita persepsikan atas Allah dan segala ketentuan-Nya, itulah yang akan terjadi pada diri kita. Dengan kata lain, berprasangka buruk pada Tuhan sama halnya rancangan ketetapan buruk bagi diri kita sendiri. Allah berfirman dalam hadis qudsi, Aku akan memperlakukan hamba-Ku sesuai dengan sangkaannya terhadap diri-Ku. Aku akan bersamanya apabila ia mengingat-Ku. Jika hamba-Ku mengingat-Ku pada dirinya, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam satu kumpulan, maka Aku akan mengingatnya dalam kumpulan yang lebih baik daripadanya.

Di luar itu semua, bagaimana cara Allah menyambut hamba-Nya yang datang, membawa pesan manusiawi agar kita memperlakukan secara baik orang yang datang yang menyampaikan penghormatan, dengan memberikan sambutan yang sama bajik bahkan melampaui. Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya (QS. An-Nisa: 86). Allah mengajarkan etika sosial melalui firman qudsinya. Mempraktikkan adab sosial itu adalah sebentuk replikasi seorang hamba mencontoh akhlak (sifat Allah) dalam rangka membentuk kepribadian terpuji. Dikatakan oleh Rasulullah, Berakhlaklah seperti akhlak Allah. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.