Al-Fatihah, Pembuka Hati yang Abadi

KhazanahHikmahAl-Fatihah, Pembuka Hati yang Abadi

Surah al-Fatihah tersusun dari tujuh ayat pendek, dan berfungsi sebagai ringkasan pokok-pokok spiritualitas Islam. Surah yang turun sangat awal di Mekkah tersebut memiliki nama lain, seperti umm al-kitab, yang memiliki arti induk atau esensi Kitab. Ketujuh ayat yang sering diulang-ulang dalam keseharian Muslim ini mengandung semacam doa pengakuan. Lebih dari itu, melalui al-Fatihah, Allah SWT membuka hati kita pada hubungan yang diinginkan-Nya, yaitu kedekatan antara manusia dengan Tuhannya yang membahagiakan.

Al-Fatihah memiliki tiga bagian berlapis. Bagian pertama mengungkapkan sifat esensial Allah. Bagian tengah menyangkut hubungan antara Tuhan dan manusia. Sedangkan yang terakhir menyentuh inti kemanusiaan manusia. 

Kita perlu menyadari hubungan penting antara menyembah Tuhan dan mengenal-Nya. Empat ayat pertama surat al-Fatihah mengajarkan kepada kita untuk mengenal-Nya, tentang siapa Tuhan yang kita sembah itu. Allah mengenalkan Nama-Nya agar hati hamba-Nya menjadi cinta, berharap, takut, dan kagum kepada-Nya. 

Dalam ayat awal, Allah menggambarkan Diri-Nya sebagai rabb, ‘Tuhan’ yang mengandung arti Penguasa, Pelindung, Penjaga, Pengasuh. Merenungi pemeliharaan dan kebaikan Allah kepada kita, sebagai Rabb akan memelihara rasa cinta yang abadi kepada Allah di dalam hati kita.

Allah kemudian mengungkapkan bahwa Dia, dengan sifat-Nya, adalah al-Rahman, Yang Maha Penyayang, dan al-Rahim, Yang Maha Pengasih. Mengenal Allah sebagai al-Rahman dan al-Rahim, mengundang optimisme. Mengenal kedua sifat itu akan menanamkan harapan (raja’) kepada ampunan, rahmat, belas kasih Allah SWT, untuk menerima apa yang kita persembahkan kepada-Nya sebagai makhluk yang membutuhkan, rapuh dan tidak sempurna. 

Nama lainnya kita jumpai dalam ayah ke-4 surah al-Fatihah, yaitu al-Malik, Penguasa, Raja, Pemilik segalanya, terutama Hari Penghakiman yang dahsyat. Segala sesuatu, kita semua, pada akhirnya akan kembali kepada-Nya untuk dihakimi, dibalas dan diberikan tempat terakhir yang pantas. Keyakinan mendefinisikan siapa kita, perbuatan menentukan apa yang kita perjuangkan, semua akan dinilai oleh Tuhan kita, sebagai Raja Hari Penghakiman. Oleh karena itu, mengenal Allah sebagai al-Malik berarti waspada, sekaligus khawatir. Ini adalah alasan bagi hati untuk dipenuhi dengan rasa takut (khauf) tentang perhitungan akhir dan nasib akhir seseorang.

Baca Juga  Ngaji Maraqi Al-‘Ubudiyah: Isyarat Dalam Basmalah

Setelah menerangkan nama dan sifatnya yang luar biasa untuk dikenal, dalam ayat kelima lah, baru kemudian Tuhan mengajarkan kita untuk menyatakan satu-satunya pengabdian dan penyembahan kita hanya kepada-Nya. Melalui susunan dan urutan kunci ini, seolah-olah Al-Quran mengatakan, ‘Kamu tidak bisa menyembah siapa yang tidak kamu kenal.’ Hanya setelah kita disadarkan tentang keempat nama Allah ini, setelah menanamkan rasa cinta, takut, dan harapan kepada Allah dalam hati, barulah kami dituntun untuk menyatakan, “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan” (QS. Al-Fatihah: 5).

Dengan kata lain, perintah untuk menyembah Tuhan datang setelah hati menjadi akrab dengan-Nya, tidak lain agar Dia benar-benar disembah dengan hati yang tulus dan menjadi objek penghormatan dan penyerahan diri dengan penuh kasih.

Surah ini diakhiri dengan mengajarkan kita untuk menyuarakan harapan universal, dengan meminta untuk dibimbing ke Jalan yang Lurus, jalan hamba Allah. Memohon akar manusia dibantu menjauhi jalan kesesatan dan kebinasaan. Jalan Lurus adalah jalan yang paling lurus bagi kita dalam konteks dan kondisi kita, yang mengarah pada keridhaan Tuhan (ridha). Dan sebagaimana Dia telah membimbing kita ke Jalan Islam yang Lurus, kita memohon agar Dia terus membimbing kita di Jalan yang Lurus. 

Dengan demikian, al-Fatihah bagaikan air yang  turun dari atas sebagai berkah dan naik kembali ke langit bagai uap yang membawa doa, rasa syukur, dan pujian penuh kasih kita yang naik kepada Tuhan Semesta Alam. Surah al-Fatihah adalah pembuka hati abadi, tanpa batas waktu, dan tidak pernah membosankan untuk terus dibaca berulang-lang dalam keseharian kita. Membaca al-Fatihah beberapa kali dalam sehari adalah kebutuhan kita untuk terus membuka hati, yang kadangkala tertutup, pada rasa kemuliaan dan keagungan Tuhan yang kita sembah.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.