Terperosok Tren Media Sosial

KhazanahHikmahTerperosok Tren Media Sosial

Nyaris tak ada manusia yang tidak menggunakan media sosial zaman kini. Tren media sosial terus membawa pengaruh besar bagi masyarakat di era digital yang membuat sebagian warganet kehilangan identitas. Tak percaya diri, jika tidak mengikuti tren yang sedang marak. Tanpa memahami literasi digital yang baik, rasa insecurity akan menjadi problem yang merambah pada aspek kehidupan lainnya.

Dunia maya memang sudah tak lagi terpisahkan dengan dunia nyata sekarang. Meski begitu, ia hanya bagian dari sedikit sisi lain dari banyak aspek kehidupan yang sekadar mempertontonkan hal-hal sesaat di balik layar kamera. Sebenarnya, sudah banyak yang memahami bagaimana kinerja media sosial, hanya saja mereka tetap tak memedulikan itu dan memaksa untuk terlibat dalam tren.

Seorang warganet harus cerdas dan berprinsip dalam menggunakan media sosial. Upayakan apa yang dilihat, tidak sepenuhnya memengaruhi aspek kehidupan, selain untuk meningkatkan kualitas kemampuan diri. Tetap jujur dan menerima apa yang dimiliki. Kurangi segala hal yang membuat ketidaknyamanan akibat media sosial, ada keunikan dalam setiap diri manusia, maka tak harus sama dengan tren.  

Sikap mengikuti tren, secara aspek psikologis konon dapat memicu ketidakpercayaan diri dan menarik dari lingkungan sosial. Berdasarkan data dari United Kingdom’s Royal Society of Public Health, yang dikutip jurnal Detoksifikasi Instagram Sebagai Upaya Penyelesaian Kecemasan Komunikasi Pengguna, menerbitkan hasil riset yang telah dilaksanakan kepada 1479 orang dari usia 14 hingga 25 tahun di berbagai wilayah Inggris Raya menyimpulkan, bahwa aplikasi instagram aplikasi media sosial yang paling berpotensi memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental dan jiwa pengguna dibanding media sosial lainnya.

Schoenebeck Yardi dalam temuan penelitiannya yang berjudul Giving Up Twitter: How and Why We Take Breaks From Social Media, ada kekhawatiran bagi pengguna karena terlalu banyak menghabiskan waktunya bermain media sosial, ketimbang melakukan kegiatan keseharian lainnya. Kekhawatiran tersebut memunculkan problem internal yang perlu adanya detoksifikasi atau penetralan akibat pengaruh buruk dari media sosial yang kurang bisa bersaing atau menyesuaikan diri dengan tren-tren yang ada. 

Baca Juga  Mengatasi Kemiskinan dengan Terapan Nilai Sufisme

Adapun upaya detoksifikasi ini akan membantu pengguna yang terperosok dalam tren media sosial tersadarkan dari pengaruh buruk yang sudah seharusnya memerlukan penanganan. Detoksifikasi merupakan efek dari edukasi akan kesadaran pengguna media sosial dengan melakukan terapi sederhana. Yakni, menonaktifkan notifikasi media sosial, deactive akun atau beristirahat menggunakan media sosial, dan menguninstall aplikasi dalam jangka waktu tertentu. 

Langkah-langkah tersebut cukup memulihkan mental pengguna saat kembali menggunakan media sosial. Ada sudut pandang berbeda, setelah beristirahat dari segala masifnya tren-tren yang bertebaran di media sosial. Hal ini menumbuhkan rasa syukur terhadap apa yang dimiliki, kepercayaan diri meningkat, dan melihat segala hal melalui versi sendiri, tidak terbawa arus oleh pendapat atau tren orang lain. 

Demikian gunanya seseorang harus beristirahat dalam menggunakan media sosial, terutama mereka yang fanatik terhadap tren model pakaian, traveling, dan sebagainya. Adakalanya kita melihat hal tersebut agar tidak dikatakan kuno, sehingga bisa menyesuaikan dengan zaman. Namun, tidak dibenarkan pula jika harus selalu mengikuti setiap perubahan di era digital yang penuh dengan kecepatan tren. Kalau tidak segera dikendalikan, maka kita sendiri yang akan kewalahan, bahkan untuk mengikuti hal-hal yang tidak perlu, seperti tren filter foto atau video untuk dijadikan reels, hanya kegelisahan yang kita diperoleh dari aktivitas tersebut.

Arahkan diri kita sebaik mungkin agar tidak terperosok dalam tren media sosial. Gunakan media sosial pada hal yang bermanfaat dan pengembangan kualitas branding personal, bukan sekadar memperlihatkan strata sosial agar tak ketinggalan zaman yang justru menceburkan pada ketidaksehatan mental dan terbuangnya waktu untuk kegiatan yang berkualitas.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.