Ilmu pengetahuan modern banyak menaruh perhatian pada kebijaksanaan psikologis yang ditemukan dalam tradisi timur kuno, seperti Buddhisme, Konfusianisme, Taoisme, dan Hinduisme. Filosofi spiritual memiliki efek pada kesejahteraan umum individu. Amat disayangkan, di era modern, tradisi Islam cenderung dibicarakan semata-mata dari segi dogma, menekankan doktrin politik, ritual, dan hukumnya, dan mengabaikan dimensi spiritual dan moralnya yang mendalam.
Padahal, secara historis sebagaimana diakui para ulama, Islam memberikan perhatian yang besar pada dimensi spiritual dan psikologis tentang perkembangan manusia. Tidak diragukan lagi, tradisi spiritualitas Islam sangat kaya dengan wawasan untuk menjaga dan merawat kesejahteraan mental manusia,untuk melindungi diri dari berbagai bahaya gangguan psikologis dan melestarikan ketenangan batin yang merupakan ciri orang beriman. Hal itu penting untuk kita gali guna menghadapi tantangan psikologis di era modern saat ini.
Terlepas dari kemajuan ilmiah dan kemajuan medis yang luar biasa yang telah dicapai dalam beberapa abad terakhir, tampaknya ada penurunan kesehatan mental, dan depresi telah meningkat secara dramatis. Dilansir dari website Sehat Negeriku Kementerian Kesehatan, sistem Registrasi Sampel yang dilakukan Badan Litbangkes tahun 2016, mencatat data bunuh diri per tahun sebanyak 1.800. Jumlah ini setara dengan 5 orang bunuh diri setiap hari. Terlebih lagi 47,7% korban bunuh diri merupakan usia anak remaja dan usia produktif. Dr. Celestinus Eigya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa, pernah memberitahukan bahwa sekitar 20% populasi di Indonesia berpotensi memiliki masalah gangguan jiwa.
Kekuatan tekanan psikologis di dunia kita jauh jauh lebih banyak dan lebih aktif. Untuk itu, kita tidak dapat melepaskan tradisi menjaga keseimbangan emosional yang telah dilestarikan oleh leluhur kita terdahulu. Mengejar keseimbangan emosional dan menghilangkan kecemasan memang universal dan berlanjut sepanjang zaman peradaban manusia hingga saat ini. Ibn Hazm (w. 456 AH), ulama Islam Andalusia yang terkenal pernah berkata, “Saya mencari tujuan bersama di antara umat manusia, yang semua akan setuju untuk berjuang dengan hebat. Saya belum menemukan apa pun selain ‘menaklukkan kecemasan’ (hamm).” (Akhlaq wa as-Sir, h. 76)
Untuk itulah penting sekali menggali nilai luar biasa yang dibawa spiritualitas untuk mengatur ketidakseimbangan emosional, yang akan akan berdampak langsung pada kesejahteraan mental kita. Orang sering percaya pada kebahagiaan sementara yang diperoleh melalui hiburan, kekayaan, dan kepemilikan. Akan tetapi, kebahagian terbuka bagi kita secara individu dan kolektif yang melepaskan diri dari hamm (kecemasan). Hal itu amat mungkin jika kita mengenali dengan jelas, sumber kecemasan dan kesedihan kita yang sebenarnya. Dan beranjak menghadapi ketidakpastian dunia dengan keyakinan dan kepastian yang diberikan oleh Allah SWT.
Ibn Hazm juga pernah menulis, Ketika engkau berpikir secara mendalam tentang semua urusan (dunia ini), kau akan bingung. Perenunganmu pasti akan mengarah pada pemahaman bahwa segala sesuatu dalam kehidupan duniawi ini bersifat sementara.
Oleh karena itu, seseorang harus menyadari bahwa tujuan yang sebenarnya terletak pada hanya beramal untuk akhirat (yang abadi). Ini karena pada akhir semua impian dan aspirasi mu di dunia ini, membawa kemungkinan dari huzn (kesedihan) – Entah karena cita-citamu diambil darimu, atau engkau dipaksa untuk melepaskan tujuanmu (kedua jalur akan mengarah pada kesedihan) .
Tidak ada jalan keluar dari kedua tujuan ini kecuali dengan berjuang menuju Allah. Dalam hal ini, seseorang mencapai kebahagiaan dalam hidup ini dan untuk selamanya. Hamm (kecemasan) mereka jauh lebih sedikit dibandingkan dengan hamm orang-orang pada umumnya. Mereka dihormati oleh teman dan musuh. Dan untuk keabadian mereka adalah surga. (Akhlaq wa as-Sir, h. 75)
Ibnu Hazm memberikan kebijaksanaan untuk memahami bahwa sifat temporal dunia ini pasti akan membawa seseorang ke dalam krisis eksistensial. Maka dari itu, mencari makna adalah jalan keluar kita dari jurang maut kejatuhan mental. Ini adalah usaha spiritual yang berpusat pada menemukan apa yang membuat hidup kita berharga untuk dijalani.
Kecerdasan spiritual pada dasarnya adalah kemampuan seseorang untuk memproses dunia di sekitarnya dan menemukan makna dan maknanya. Dalam tradisi Islam, proses ini melibatkan perenungan terhadap ayat (tanda-tanda) Tuhan yang ada di dunia dan menggali pengetahuan untuk memperoleh petunjuk bagaimana bertindak, berpikir, dan merasakan. Mengabstraksi makna dari dunia adalah salah satu fitur inti dari spiritualitas.
Orang yang memiliki kecerdasan spiritual, pikirannya terus-menerus mengabstraksi arti dan makna positif dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Ini memicu keadaan spiritual yang positif seperti inspirasi, optimisme, rasa syukur, dan ketekunan. Orang dengan tingkat kecerdasan spiritual yang lebih rendah akan mengabstraksikan makna-makna palsu dari dunia di sekitarnya atau gagal mengenali ayat Tuhan sama sekali. Ini akan memicu keadaan seperti kemarahan, kecemburuan, kesombongan, dan kesombongan.
Singkatnya, spiritualitas dan pencarian makna hidup sangat penting dalam memberikan perawatan kesehatan mental yang optimal. Spiritualitas adalah komponen penting dalam penyembuhan dan perlindungan pikiran. Tradisi spiritual Islam berisi berbagai macam praktik dan keyakinan yang dapat dianalisis untuk manfaat terapi kesejahteraan mental.