Teduh Toleransi di Klenteng Kim Tek Ie

Dunia IslamTeduh Toleransi di Klenteng Kim Tek Ie

Buka bersama menjadi salah satu ornamen khas Ramadhan yang lazimnya dilakukan masyarakat Muslim. Pemandangan berbeda hadir dari kawasan Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat, tepatnya di Klenteng Kim Tek Ie atau Vihara Dharma Bhakti. Salah satu klenteng tertua di Jakarta tersebut menggelar buka puasa bersama dengan menyediakan ratusan porsi makanan berat serta takjil.

Perasaan teduh teriring, ketika menyaksikan hangat Ramadhan di Klenteng Kim Tek Ie. Klenteng tersebut menjadi saksi kerukunan antarumat beragama yang terjaga oleh sikap toleran satu sama lain. Jarak berupa keyakinan ataupun ras tak mendistorsi persaudaraan di antara mereka.

Gelaran buka bersama tersebut sudah berjalan sejak 2018, dan baru diadakan lagi setelah dua tahun vakum akibat pandemi. Para relawan, warga Tionghoa yang umumnya umat Budha bahu membahu menyiapkan menu berbuka untuk masyarakat Muslim yang tengah beribadah di bulan Ramadhan. Sumber dananya adalah murni hasil dari swadaya jemaat Vihara Dharma Bhakti yang kebanyakan merupakan pedagang di Tanah Abang, Cipulir, juga Jatinegara.

Melansir dari Harian Kompas, Kamis (7/4/2022), di area klenteng sudah nampak tersaji piring-piring berisi nasi kuning dengan ragam lauk pauknya. Selain itu, tersedia juga menu takjil, seperti es buah, teh hangat, juga air putih. Antusiasme tinggi nampak dari antrean warga yang cukup sesak di sekitar Klenteng Kim Tek Ie. Pihak klenteng menyediakan sekitar 200 sampai 400 paket makanan gratis setiap hari selama Ramadhan.

Pencetus acara buka bersama ini adalah seorang mualaf berdarah Tionghoa bernama Muhammad Yusuf Hamka. Mualaf Tionghoa tersebut dikenal sebagai pemilik Warung Podjok Halal yang berlokasi di Jakarta Utara. Warungnya menjaja beragam makanan termasuk nasi kuning yang dijual murah untuk kaum duafa. Sebab itu pula, nasi kuning menjadi menu yang disajikan dalam buka bersama di klenteng tersebut. Konon, karena nasi kuning juga memiliki makna mendalamnya tersendiri, yakni harapan akan datangnya kemakmuran dan keberkahan.

Baca Juga  Khilafah Bukan Sistem Pemerintahan

Tak hanya umat Muslim yang diperkenankan mengambil paket makanan tersebut. Mereka yang bukan Muslim atau yang sedang tak berpuasa juga boleh turut serta menyantap hidangan yang disajikan. Para pejalan yang sekadar lewat pun dipersilahkan makan secara cuma-cuma. Dalam pandangan umat Budha, agenda semacam ini merupakan realisasi dari ajaran cinta kasih yang dilakukan melalui pelayanan kepada siapapun tanpa kecuali.

Praktik berbagi merupakan material utama dari terwujudnya kasih sayang yang dapat menguatkan kedekatan satu pihak yang memberi dengan yang diberi. Sebagaimana sabda Rasulullah, Saling memberilah kalian, maka kalian akan saling mencintai. Dengan berbekal kasih, sinisme maupun rasa tidak suka pada pihak yang berbeda bisa ditekan bahkan berubah menjadi penerimaan dan rangkulan. Akan mengerucut kemudian pada prinsip toleransi yang mewujud.

Masyarakat yang toleran adalah mereka yang mau berpikir terbuka, mengetuk nurani, dan melakukan komunikasi. Menurut mazhab filsafat Stocisme, toleransi merujuk pada pengendalian diri agar gejolak emosi yang muncul saat menghadapi entitas yang berbeda atau pandangan yang berlainan tidak menyebabkan kerusakan. Kata kunci toleransi adalah empati. Karena dengan mengidentifikasi diri akan mengantarkan pada pemahaman akan keterbatasan pemahaman manusia. Kita pun akan segan dan merasa hina jika bersikap intoleran.

Ramadhan telah menjadi medium pengikat jalinan persaudaraan umat Muslim dengan warga Tionghoa. Perbedaan yang dirawat dengan kerendahan hati terbukti membuahkan kebijaksanaan dalam kerangka toleransi. Masyarakat Budha-Tionghoa dan umat Muslim Petak Sembilan terbukti sama-sama memiliki komitmen moral serta kesadaran untuk saling menghormati. Mereka pun berkarya membangun harmoni toleransi di tengah jajaran piring berisi nasi kuning dan kehangatan deretan gelas teh di tiap penghujung hari bulan Ramadhan. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.