Agama Memerdekakan, Bukan Membelenggu

KolomAgama Memerdekakan, Bukan Membelenggu

Agama merupakan salah satu topik yang sangat sentral bagi masyarakat negeri kita. Semua hal yang berbau agama sangat laku di tengah masyarakat. Tidak heran, Ajaran agama telah menjadi tema penting yang juga rentan menjadi sensitif. Namun, budaya dan model pengajaran agama yang telah berkembang saat ini, kini menghadapi satu masalah serius yang belum terpecahkan, yakni fanatisme agama yang begitu membelenggu. Berkembangnya corak pemahaman agama yang fanatik melalui saluran pendidikan seperti majelis, ormas, dan media sosial, telah membuat wajah agama menjadi sistem pengekang.

Fenomena fanatisme lahir dari ajaran agama yang direduksi menjadi sebuah ideologi. Pengikutnya tidak diharuskan berpikir, tetapi diharuskan mengikuti apa saja yang dikatakan panutannya, hingga tercipta fanatisme. Masyarakatnya buta dan dapat dikontrol dengan mudah seperti mesin otomatis. Hal demikian tidak dapat dibenarkan, Islam menjunjung tinggi kesadaran akal sebagai dasar tindakan manusia. Ziauddin Sardar dalam bukunya Islam, Postmodernism and Other Futures, mengatakan bahwa Islam adalah ajakan untuk berpikir dan menganalisis, bukan meniru dan mengikuti emosional.

Idealnya, pengetahuan agama Islam berfungsi membebaskan dan memerdekaan masyarakat dari berbagai jebakan ideologis, karena jelas  merugikan tatanan sosial dan spriritualitas individu Muslim sendiri. Professor Farid Wadjdi, sebagai mana dikutip Bung Karno, mengatakan “Agama Islam hanyalah dapat berkembang betul, bila mada umat Islam memperhatikan benar-benar akan tiga buah sendi-sendinya, kemerdekaan roh, kemerdekaan akal, kemerdekaan pengetahuan.” (Bung Karno, Islam, Pancasila & NKRI, h. 79)

Jelas bahwa Agama adalah tentang ‘memerdekaan’. Untuk itu peran guru, pengajar agama, para pendakwah, sangat sentral dalam memecahkan masalah fanatisme dan ekstremisme beragama, yang begitu menjerat sebagian umat Islam di negeri ini. Kegiatan pengajaran agama yang selama ini hanya memosisikan murid menjadi penerima pasif, daripada pencari kebenaran yang aktif, perlu direkonstruksi. Hilangnya budaya critical-thinking dari ruang kelas pelajaran agama dan majelis, mengakibatkan pendidikan agama menjadi kurang relevan bagi pengalaman empiris. Inilah suatu tanda bahwa Islam telah menjadi ideologi yang baku dari pada agama yang memiliki spirit pembebasan.

Sejarah pendidikan Islam, sebagaimana yang kita sadari, telah didominasi oleh arus pemikiran yang umumnya tidak memberikan ruang bagi pemikiran yang bebas dan terbuka. Mazhab pemikiran yang membawa semangat rasionalisme selalu dipinggirkan dalam panggung sejarah keIslaman. Sejarah ini telah mendapat perhatian untuk segera diakhiri.

Di era keterbukaan saat ini, seorang guru atau pengajar agama idealnya dapat menyuguhkan ide bahwa agama menumbuhkan kesadaran kritis terhadap bentuk penyimpangan, penyelewengan, dan penindasan. Guru adalah agen pembentuk moral dan spiritual individu, berkontribusi langsung pada proses transformasi tatanan sosial agar menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, guru agama memang selayaknya mengambil dan mengajarkan peran kritis. Di dalam Teacher education, critical pedagogy, and standards, Lynne A. Bercaw mengatakan bahwa agar guru menjadi agen perubahan reformasi untuk menjadikan sekolah sebagai ranah publik, mereka harus mengambil sikap kritis, sebagai intelektual transformatif yang menggabungkan refleksi ilmiah dan praktik dalam layanan mendidik siswa, menjadi warga negara yang aktif dan bijaksana.

Baca Juga  Manifesto Islam Ramah

Pemikiran dan perilaku keagamaan tidak akan membebaskan, jika ajaran agama itu sendiri bersifat membelenggu pemeluknya. Agama semestinya mempunyai kekuatan kritik, bukan berpihak pada sikap yang anti-kritik. Guru yang emansipatoris akan mendorong sikap kritis terhadap sesuatu yang sudah baku, serta terus berusaha secara konstan menjelajahi kemungkinan baru. Emansipatoris pada dasarnya berkaitan dengan penafsiran agama maupun realitas secara kritis.

Sebenarnya, sejarah juga mencatat bahwa sebelum pembakuan empat mazhab hukum fikih terbesar pada periode Muslim klasik, ada kebebasan berpikir hukum pada abad ke-7 ke-8. Dalam rentang waktu itu, sejumlah besar legal-opini berkembang secara regional, seperti di Irak, Suriah dan Mesir, Sumber hukum Islam beradaptasi dan membentuk pola-pola yang khas sesuai konteksnya masing-masing. Perkembangan pemikiran hukum yang berbeda ini, menurut Fazlur Rahman dalam bukunya yang berjudul Islam, hal ini disebabkan oleh berbagai cara untuk menafsirkan al-Quran dalam cahaya hukum adat setempat, serta berbagai cara penalaran dan pendapat pribadi yang digunakan untuk memahami tradisi Nabi.

Jadi sebenarnya, kemampuan sebuah agama untuk hidup dan berkembang di tengah masyarakat, lebih disebabkan oleh kelenturan dan harmoni ajarannya dalam menghadapi realitas masyarakat yang terus berubah, bukan karena pembelaan pemeluknya secara fanatik dan ekstem. Hamba Allah adalah makhluk spiritual yang tidak terlepas dari statusnya sebagai makhluk rasional. Saya pribadi berkesimpulan bahwa tindakan rasional juga berarti bersikap spiritual.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan Islam harus didasarkan pada pandangan kritis yang mempromosikan pengetahuan emansipatoris. Tugas utama seorang guru pendidikan Islam sangat mulia, yakni menyelesaikan krisis peradaban dengan mencerahkan pemikiran umat Islam, menyadaran kembali tentang potensi kritis pikiran dan akal manusia. Jadi, seorang Muslim dapat mengetahui apa yang sebenarnya Ilahiyah dan tidak Ilahiyah. Ilmu pengetahuan Islam berfungsi bukan hanya untuk ritual keagamaan, tetapi juga untuk menciptakan kemaslahatan umat manusia. Mari menyongsong semangat baru dalam mendorong keaktifan berpikir dan dialog yang dinamis, agar aktifitas tersebut kembali membudaya di tengah masyarakat Muslim kita.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.