Quraish Shihab: Menjadi Manusia Utama

BeritaQuraish Shihab: Menjadi Manusia Utama

Manusia utama adalah hasil dari kepribadian yang dikelola dengan kebaikan akhlak. Ulama-ulama Islam serta para filsuf telah meluangkan perhatian tersendiri untuk mengkaji filsafat akhlak. Dalam temuan mereka, ada empat hal yang mesti menyatu pada diri tiap insan agar ia dinilai memiliki kebaikan dan akhlak luhur. Dalam penjelasan Quraish Shihab di laman media sosialnya, empat hal tersebut merupakan potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan hendaknya manusia mengembangkannya. Semakin berhasil seseorang mengembangkannya, makin tinggi nilai keluhuran budinya, kian tinggi pula nilai kebaikannya.

Yang pertama adalah berilmu. Semua manusia Tuhan ciptakan dengan membawa potensi berilmu. Manusia lahir tak tahu apa-apa. Lalu Allah anugerahkan penglihatan, pendengaran, hati, dan akal agar digunakan untuk meraih pengetahuan. Nabi Adam merupakan manusia pertama yang diajari segala rupa pengetahuan, seperti yang dikisahkan dalam al-Quran. Ilmu Allah yang ditransmisikan melalui Nabi Adam itu pun berkembang begitu luas. Maka dari itu, prioritas menjadi penting. Ilmu yang paling penting kita kuasai adalah ilmu yang tak akan menjadi baik tugas dan kewajiban kita kecuali dengan mengetahuinya. Jangan sampai tak punya pengetahuan yang menyangkut kewajiban kita.

Ketika seseorang berilmu maka akan lahir hikmah. Yaitu kemampuan menempatkan sesuatu di tempatnya yang wajar. Dengan kata lain hikmah akan melahirkan keadilan. Hikmah juga berarti ilmu amaliah dan amal ilmiah. Artinya, seorang berilmu yang mengamalkan ilmunya, serta mendasari perbuatan yang dilakukan dengan ilmu.

Kedua, potensi syahwat. Kita semua diberi syahwat atau kesenangan pada hal-hal duniawi yang indah. Manusia dibuat suka pada harta, laki-laki, perempuan, seks, dan semisalnya. Apabila dorongan untuk memenuhi tuntutan syahwat sesuai dengan tuntunan agama, maka itu Tuhan yang menghiaskan pada kita. Jika tidak sesuai, maka dari setan. Manusia dijadikan senang pada hal-hal seperti itu agar kita membangun peradaban sehingga kehidupan manusia berlanjut. Tanpa adanya dorongan dalam diri manusia, kebenaran ilmu, seni kehidupan, serta akhlak kebaikan tak akan bisa diraih secara sempurna.

Baca Juga  Fenomena Tren Hijrah Kaum Urban

Ketiga, potensi amarah atau emosi. Kemampuan ini harus diolah secara cermat. Apabila emosi diletakkan pada tempatnya, dengan kadar yang sesuai, dan pada waktu yang tepat, maka itu dinamakan keberanian. Jika kadarnya berlebihan dan tak diletakkan pada tempatnya, maka itu disebut kecerobohan. Dan kalau kadarnya minus, itu dinamakan pengecut.

Terakhir adalah potensi untuk bersikap adil. Adil merupakan potensi terbesar yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Adil bukan berarti sama. Tapi adil berarti keseimbangan. Kemampuan bersikap adil adalah komposisi dari pengendalian tiga potensi di atas. Orang yang adil sudah barang tentu ia berilmu dan bisa mengontrol gejolak syahwat serta emosi dirinya.

Manusia utama adalah seseorang yang melatih dirinya dengan kebaikan akhlak. Untuk itu, empat formula di atas harus menyatu dan dikelola dengan seksama. Potensi yang ditelantarkan hanya akan menurunkan nilai dan derajat kita sebagai manusia. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.