Universalitas Sedekah

KhazanahHadisUniversalitas Sedekah

Bersedekah adalah menanam benih kebaikan. Menjadi pahala bagi kita sekaligus berkat bagi orang lain. Sering kali sedekah hanya diasosiasikan dengan nominal. Padahal tak semua orang beruntung memiliki uang lebih untuk didermakan. Di sinilah Islam tampil sebagai agama yang murah hati. Prinsipnya tak memberatkan, tapi memberi opsi untuk memudahkan. Sedekah menjadi mudah dengan bermodal apa saja, mulai dari senyum hingga kalimat thayyibah.

Rasulullah SAW pernah didatangi sekelompok sahabat beliau yang mengadukan kegelisahannya. Dalam matematika mereka, seorang Muslim yang kaya dianggap beruntung karena mendapatkan privilege, di mana dengan hartanya ia bisa mendulang pahala lebih banyak. “Wahai Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat dan juga berpuasa seperti kami berpuasa. Tapi mereka bisa bersedekah dengan kelebihan hartanya”, keluh mereka.

Nabi pun menimpali dengan jawaban detail yang menenangkan. Bukankah Allah telah menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah? Sesungguhnya tiap tasbih adalah sedekah, tiap takbir adalah sedekah, tiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah. Menyuruh kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah seekah, serta mendatangi istrimu adalah sedekah (HR. Muslim).

Rasa penasaran mereka berlanjut. Mereka heran mengapa berhubungan seksual dengan istri bisa dikategorikan sedekah. Nabi pun menjelaskan, Bagaimana pendapat kalian seandainya hal tersebut disalurkan di jalan yang haram. Bukankah akan mendapat dosa? Demikian halnya jika hal itu dilakukan pada jalan yang halal, maka akan menjadi pahala.

Penuturan Nabi tersebut adalah terjemah konkret dari ajaran Islam yang fleksibel dan adil. Sedekah tidak terpaku pada nominal angka atau materi tertentu. Bersedekah artinya mengusahakan apa yang kita mampu beri, menyampaikan kebaikan dan kemanfaatan. Tolok ukurnya dikembalikan pada masing-masing, sehingga semua orang berkesempatan untuk melakukannya.

Sesederhana mengucapkan kalimat thayyibah seperti tahmid, takbir pun tergolong sedekah. Karena membacanya akan menghasilkan pahala dan mendatangkan manfaat bagi diri kita sendiri. Dengan kata lain, sedekah dengan lafaz-lafaz mulia tersebut bukan berarti kita bersedekah kepada Tuhan Yang Maha Kaya. Tapi berkah kalimat itu semata-mata akan kembali pada kita.

Baca Juga  Rasulullah SAW, Teladan dalam Keluarga

Telah masyhur pula di tengah kita, bahwa senyum adalah sedekah. Secara lengkap Nabi bersabada, Senyummu di hadapan saudaramu adalah bernilai sedekah bagimu (HR. Al-Tirmidzi). Memasang ekspresi ramah dengan garis senyum di wajah akan memberikan kenyamanan dan rasa senang bagi orang lain, serta membangun suasana yang akrab.

Di lain hadis diuraikan lebih luas macam sedekah, Nabi bersabda, bahwa Tiap persendian manusia ada sedekahnya setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya. Kamu mendamaikan di antara dua orang adalah sedekah. Kamu membantu seseorang untuk menaikkannya di atas kendaraannya atau mengangkatkan barangnya di atasnya adalah sedekah. Kalimat yang baik adalah sedekah. Pada tiap-tiap langkah yang kamu tempuh menuju shalat adalah sedekah. Dan kamu membuang gangguan dari jalan adalah sedekah (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis ini sudah sangat gamblang memvisualkan ragam sedekah dengan gambaran yang cukup acak. Tiap persendian ada sedekahnya dapat dipahami dari menelaah pernyataan bahwa kelak di akhirat tiap anggota badan kita akan dimintai pertanggungjawabannya. Karena pertanggungjawaban itu adalah konsekuensi dari apa yang kita lakukan dan peroleh.

Riwayat tersebut menonjolkan aspek sedekah sebagai ajaran Islam yang berdimensi sosial-keumatan. Meski hakikatnya perilaku kebaikan yang ditujukan untuk orang lain juga akan kembali pada diri kita sendiri. Selaras dengan penggalan ayat 272 surat al-Baqarah yang berbunyi, Apapun harta yang kamu infakkan, maka (kebaikannya) untuk dirimu sendiri.

Sedekah itu sangat variatif dan universal. Pada prinsipnya, sedekah adalah praktik kebaikan untuk menyampaikan manfaat dan kelapangan. Kita tak perlu merasa terbatasi atau ragu untuk bersedekah, karena jalannya terbentang lebar dan murah. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.