Sejarah Bung Karno Pilih Indonesia Jadi Negara Non-Blok

KolomSejarah Bung Karno Pilih Indonesia Jadi Negara Non-Blok

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkap dirinya sudah tidak lagi mendesak menjadi bagian keanggotaan NATO untuk Ukraina. Pernyataan ini cukup signifikan untuk melerai penyerangan yang dilakukan Rusia kepada Ukraina yang ditengarai pro-Barat.

Terjadinya perang di Ukraina saat ini tak lepas dari sejarah masa lalu. Perang dingin usai Perang Dunia II antara Blok Barat dan Timur sejatinya belum berakhir, karena jejaknya masih bisa dirasakan hingga kini. Demikian mengapa politik dunia tidak seharusnya didominasi oleh salah satu blok. Negara-negara kecil dan baru merdeka menjadi sasaran perseteruan negara blok yang tidak mengamini adanya perdamaian dunia, kecuali atas kepentingan pribadi.  

Pada era 1950-1960an, ketegangan situasi politik global usai Perang Dunia II antara Blok Barat (Amerika) dan Blok Timur (Uni Soviet/Rusia) yang tak kunjung surut, sejumlah tokoh berinisiatif mendirikan negara Non-Blok. Awal istilah Non-Blok ini dicetuskan oleh Perdana Menteri India, yaitu Jawaharlal Nehru dalam pidatonya pada 1954 di Colombo, Sri Lanka. Kemudian muncul pelopor negara lainnya yang tergabung mendukung gerakan tersebut, seperti Gamal Abdul Naseer (Mesir), Sukarno (Indonesia), Kwame Nkrumah (Ghana) dan Joseph Brizh Tito (Yugoslavia) yang disepakati sebagai para pendiri Gerakan Non-Blok (GNB).

Kita tentu mengetahui, negara Blok Barat dan Timur merupakan organisasi yang digerakan beberapa negara berpengaruh besar dalam memainkan percaturan politik global. Maka dari itu, negara-negara kecil dan baru merdeka ini butuh pijakan agar tidak terombang-ambing oleh percaturan kedua blok tersebut.

Sebenarnya, GNB muncul setelah dibentuknya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Afrika atau Konferensi Asia-Afrika (KKA) yang diadakan di Bandung pada tahun 1955. Namun, karena negara Yugoslavia ingin bergabung, sementara ia berada di luar dari teritorial Asia maupun Afrika, syahdan lahir istilah Gerakan Non-Blok (GNB) sebagai suatu organisasi internasional yang terdiri dari 120 negara yang menganggap diri mereka tidak beraliansi dengan kekuatan besar apapun.

GNB resmi dibentuk pada tahun 1961. Dilansir dari kemlu.go.id, mulanya gerakan ini bertujuan mendiskusikan permasalahan yang terjadi akibat ketegangan yang disebabkan Blok Barat dan Blok Timur. Prinsipnya masih senada dengan yang disepakati dalam KTT Asia-Afrika yang disebut Dasasila Bandung. Yakni, mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak terlibat dalam konfrontasi ideologi Blok Barat (Liberalisme-Demokrasi-Kapitalisme) aliansi di bawah pengaruh Inggris, Amerika dan Blok Timur (Sosialis-komunis) yang dipimpin Rusia.

Prinsip lainnya yaitu bertujuan untuk menghormati hak-hak dasar manusia yang termuat dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa, mengakui persamaan bangsa yang kecil dan besar, tidak mendukung apartheid, tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam persoalan dalam negeri negara lain, dan tidak menggunakan peraturan dari pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus dari salah satu negara besar serta tidak melakukannya pada negara lain.

Baca Juga  Kepemimpinan Perempuan dalam Al-Quran

Dalam hal ini Bung Karno menjadi salah satu tokoh yang lantang menolak setiap bentuk yang menjurus pada imperialisme dan kolonialisme. Itu sebabnya, ketika ada pilihan untuk tidak terlibat dalam polarisasi blok, Indonesia menyatakan dirinya sebagai negara yang baru merdeka, tidak ingin terlibat dalam blok tertentu. Selama ini Amerika yang lekat dengan karakter kolonialnya kerap mengintervensi negara lain melalui tangan keduanya. Blok Timur atau Rusia pada momentumnya menjalin hubungan baik dengan Indonesia, akan tetapi tetap konsisten berada di garis GNB.

Selain itu, jika ditelisik lebih dalam sikap GNB merupakan sikap idealisme dalam bernegara yang mandiri dan berperadaban, bukan sebagai bangsa boneka. Oleh karena itu, setiap pemimpin negara harus bisa menentukan nasib negaranya sendiri yang diintervensi oleh bangsa manapun. Penghapusan apartheid, rasisme, dan pengangkatan senjata atau peperangan yang memusnahkan banyak nyawa adalah impian bagi warga dunia yang ingin hidup dalam kedamaian.

Semangat perjuangan Bung Karno dalam mewujudkan rasa kemanusiaan dan keprihatinan yang menimpa bangsa yang termarginalkan, terekam dalam beberapa pidatonya yang dilestarikan oleh UNESCO sebagai arsip Memory of The World (Mow) atau Ingatan Kolektif Dunia. Pertama, pidato Bung Karno berjudul Unity in Diversity Asia Africa pada saat Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955 di Bandung. Kedua, pidato berjudul To Build The World a New pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1960. Ketiga, pidato berjudul New Emerging Forces pada KTT Non Blok di Beograd, Serbia, 1961. Pidato tersebut diajukan oleh Megawati Soekarno Peotri pada 2018 pada UNESCO dan diterima karena sangat fenomenal dan dinilai mampu memberikan kesadaran dan mengubah haluan percaturan politik dunia.

Peran Indonesia sangat sentral dalam GNB, selain Bung Karno menjadi bagian pelopor. Dalam Gerakan Non-Blok, Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan Pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika pada 1955 di Bandung yang dihadiri negara-negara netral. Pada 1992, Soeharto ditunjuk menjadi pemimpin GNB, dan citra negara kita lekat dikenal baik dalam menjunjung tinggi perdamaian dan politik luar negeri bebas aktif serta menentang kekerasan internasional.

Sosok Bung Karno memang sangat menginspirasi bukan saja bagi Indonesia, tapi dunia. Bung Karno adalah sosok yang langka, sulit dicari dan takkan tergantikan. Meski begitu, semangat perjuangannya yang masih bisa dirasakan hingga kini mestinya mendorong kita untuk meneladani sebagai bangsa yang percaya diri, mandiri, tidak mengemis kepada bangsa lain yang dinilai lebih kuat. Tetap berupaya menjalin solidaritas, membangun pertahanan, peradaban, dan perubahan yang mampu memberikan kedamaian bagi masyarakat dunia. 

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.