Sejarah Baru Nahdliyin, Perempuan dalam Struktur PBNU

BeritaSejarah Baru Nahdliyin, Perempuan dalam Struktur PBNU

Jakarta, (12/01)- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) resmi mengesahkan nama-nama yang mengisi struktur organisasi Nahdlatul Ulama (NU) untuk masa khidmat 2022-2027. Untuk pertama kalinya dalam sejarah NU, nama-nama sejumlah tokoh perempuan tercantum dalam jajaran PBNU. Di antaranya ialah Nyai Hj. Nafisah Sahal Mahfudz, Nyai Hj. Shinta Nuriyah, Nyai Hj. Machfudhoh Aly Ubaid Hj. Nafisah Ali Maksum, Hj. Badriyah Fayumi, Hj. Ida Fatimah Zainal, Hj, Dr. Faizah Ali Sibromalisi, Hj. Khofifah Indar, Hj. Alissa Wahid, dan Ai Rahmawati.

Selama ini, sejak awal berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926, struktur kepengurusan PBNU belum pernah diisi oleh perempuan. NU hanya membangun organisasi sayap otonom bagi para anggota wanita. Masing-masing organisasi perempuan dalam tubuh NU ini memiliki kekhasan dan agendanya sendiri. Ada Muslimat NU dikenal sebagai organisasi wanita NU, Fatayat sebagai organisasi remaja putri NU, dan IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama NU) sebagai organisasi mahasiswi NU.

Meski dikenal luas sebagai organisasi Islam moderat, NU masih berakar pada norma patriarki tradisional yang kuat, yang tidak pernah mengangkat perempuan ke dalam jajaran Mustasyar, Syuriyah, Tanfidziyah, maupun sekretaris di tingkat kepemimpinan tertingginya. Baru setelah 96 tahun berdirinya, akhirnya NU merealisasikan perwakilan perempuan di tingkat PBNU.

Kehadiran nama-nama perempuan dalam PBNU adalah sejarah baru kaum Nahdliyin. Perwakilan perempuan di tingkat kepengurusan tertinggi NU merupakan komitmen luar biasa NU untuk menegakkan organisasinya. Serta untuk menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat di era kesetaraan ini. Dengan semangat revitalisasi, NU melepas dan merevisi tradisi yang sudah tidak relevan, demi menyongsong abad ke-2 NU yang lebih bersinar. 

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.