Investasi Nabi atas Umat Manusia

KhazanahInvestasi Nabi atas Umat Manusia

Sepanjang hidup, Nabi mengabdikan seluruh dirinya untuk membimbing umat manusia. Rasulullah menjalankan misinya dengan prinsip cinta. Sudut pandang yang beliau bangun atas manusia adalah penghargaan dan apresiasi. Umat manusia dinilai sebagai sumber daya yang sangat hebat. Kita sering mendengar bukan, bahwa manusia adalah makhluk paling sempurna karena dikarunia akal pikiran. Melalui ajaran Islam, manusia dengan potensinya, dituntun dan diberdayakan oleh Rasulullah. Jiwa, raga, serta harta sepenuhnya beliau investasikan untuk misi tersebut.

Setelah menerima risalah dan menyebarkannya, Nabi pun mencurahkan dirinya untuk mendidik dan mengajar banyak orang. Pendidikan menjadi fokus utama untuk menyampaikan ajaran Islam agar manusia berperilaku baik, mengenalkan mereka pada Allah supaya pondasi keimanan lebih dahulu kokoh. Generasi Muslim unggul kemudian lahir melalui proses pendidikan langsung dari tangan Nabi.

Ajaran Islam yang santun dan menjunjung nilai kemanusiaan, berbeda jauh dari tradisi Arab jahiliah, membuat para sahabat antusias dalam mengikuti Nabi. Saking antusias dalam meniru dan mengikuti beliau, ranah privasi Nabi kadang terganggu. Hingga turun beberapa ayat dari surat al-Hujurat dan al-Ahzab, sebagai teguran dan pengingat untuk menjaga privasinya. Misalkan tidak memanggil Nabi saat sedang bersama keluarganya atau tidak terlalu lama tinggal ketika berkunjung ke rumah beliau.

Pendidikan dan perkembangan intelektual masyarakat mendapat perhatian besar Nabi. Nampak dari kebijakan beliau menyangkut tawanan perang Badar. Para tawanan diminta untuk mengajarkan cara membaca dan menulis sebagai syarat penebusan. Tiap satu orang tawanan mesti mengajar sepuluh anak kaum Muslim. Ini adalah strategi cerdik Nabi untuk mendorong keilmuan umat Muslim. Sebab, ilmu pengetahuan adalah senjata utama kehidupan. Tanpanya, langkah kita akan gontai, tak terarah, dan bisa merugikan banyak pihak.

Dalam skala pengabdian yang lebih luas, Nabi berupaya memperbaiki persepsi dan pemahaman masyarakat tentang martabat manusia. Sebelum kedatangan Rasulullah, masyarakat Arab dipenuhi dengan praktik jahiliah, seperti kebiasaan perang antarkabilah, kapitalisme ekonomi, membunuh anak perempuan hidup-hidup, dan lain sebagainya. Nabi menghapus riba guna melindungi orang miskin dari eksploitasi orang kaya. Demi menjaga hidup manusia, Nabi pun mengakhiri siklus balas dendam yang menjadi kebiasaan masyarakat Arab jahiliah.

Dalam seni kehidupan sosial-keagamaan, Nabi mengajarkan bagaimana menakar prioritas untuk mencapai kebijaksanaan. Ketika ada seorang Arab Badui kencing di masjid, Rasulullah melarang para sahabat menghardik Badui tersebut. Nabi tak ingin membuatnya merasa terusik, takut, dan menyebabkannya sulit kencing. Terlebih jika gegabah mengusirnya, air kencing itu justru bisa tercecer kemana-mana. Kata Nabi, Jangan ganggu orang yang sedang kencing itu (HR. Thabrani).

Baca Juga  Aisyiyah dan Suara Muslimah Berkemajuan

Setelah selesai, Nabi menghampiri Badui tersebut dan dengan lembut memberi tahunya untuk menjaga kesucian masjid. Rasulullah tetap bersikap penuh kasih sekalipun Badui itu mengotori rumah Allah. Kisah ini mengajarkan kebijaksanaan membaca situasi dalam kaitannya dengan urusan keagamaan. Nabi lebih memprioritaskan kenyamanan psikologis dan fisik manusia. Dalam istilah Syekh Ali Jum’ah dikatakan bahwa pesujud lebih patut diprioritaskan atas masjid (al-sajid qabla al-masajid).

Selain tenaga, pikiran, dan segenap jiwanya, Nabi juga tak perhitungan dalam mendermakan uang untuk perkembangan umat. Beliau tak pernah menimbun kekayaan. Suatu ketika, Rasulullah tiba-tiba pulang saat hendak mengimami shalat di masjid. Ketika ditanya kenapa mendadak pulang, ternyata beliau teringat ada beberapa dirham yang hendak beliau sedekahkan sebelum berdiri menghadap Allah untuk shalat. Kisah ini bahkan terjadi saat Nabi tengah menghadapi sakit sebelum wafatnya. Sedekah secara rutin menjadi amalan yang ditekankan Nabi, sebagai bentuk investasi pada manusia.

Pengabdian Rasulullah adalah investasi luar biasa bagi umat manusia. Nabi melihat potensi luar biasa pada manusia, sehingga kita dididik dan diarahkan untuk mengembangkan karunia tersebut. Al-Baqarah [2] ayat 30 merupakan petunjuk bahwa manusia memang mendapat mandat untuk mengelola bumi, membangun kehidupan sesuai haluan yang diajarkan Nabi. Karenanya kita perlu menakar ulang prioritas, mengingat banyak manusia yang terjerumus pada perlombaan menimbun uang, kekuasaan, status sosial yang jauh dari ajaran Rasulullah. Kita juga mesti lebih menghargai nilai manusia sebagai sumber daya yang bernilai agar tak ada nafsu menindas dan bisa tetap saling menghargai.

Risalah Nabi pun memperlihatkan pandangan antroposentris, di mana menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan hakikatnya adalah manifestasi dari perintah Tuhan. Fakta bahwa Allah mempercayakan pengembangan bumi kepada manusia, membuktikan bahwa hal-hal terkait kemanusiaan adalah salah satu nada dasar dalam ajaran agama Islam. Dan bahwa, kemanusiaan itu sebelum keberagamaan. Ini semua dalam rangka menuju perkanan Tuhan yang dilandaskan pada keimanan. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.