Ibnu Athaillah: Perbedaan Harapan dan Angan-angan

KhazanahHikmahIbnu Athaillah: Perbedaan Harapan dan Angan-angan

Harapan menjadi alasan manusia untuk tetap hidup. Namun, tidak semua orang benar-benar dapat mewujudkan harapan tersebut, baik karena sudah menjadi takdirnya atau tidak ada usaha untuk mewujudkannya. Ini yang akan membedakan antara harapan dan angan-angan. Mungkinkah seseorang sedang berharap atau sekadar berangan-angan.

Menurut Ibnu Atha’illah, harapan mesti disertai amal. Jika tidak, maka ia hanyalah angan-angan. Dalam syarahnya di kitab Al-Hikam, Syekh Abdullah Asy-Syarqawi Al-Khalwati (2019), harapan yang sesungguhnya ialah harapan yang memotivasi seseorang untuk bersungguh-sungguh dalam bekerja dan beramal. Biasnya, orang yang berharap sesuatu, ia akan mencarinya. Orang yang takut terhadap sesuatu, ia akan menghindarinya.

Jika harapan tidak dibarengi amal, bahkan pelakunya malas dan enggan bekerja, serta justru mendorong kepada maksiat dan dosa, menurut para ulama, itu hanyalah angan-angan, bukan harapan sesungguhnya. Ia bukanlah harapan, melainkan ketertipuan.

Rasulullah SAW bersabda, Orang yang baik ialah orang yang menghinakan dirinya sendiri dan beramal untuk masa setelah kematian, sedangkan orang yang buruk adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berharap dari Allah dengan harapan-harapan palsu (HR. At-Tirmidzi).

Memang sudah seharusnya apa yang menjadi harapan itu didukung dengan tindakan nyata, baik kemaslahatan untuk diri sendiri maupun orang lain. Untuk memperoleh dari yang diharapkan, dibutuhkan tekad yang kuat. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah pada Allah (QS. Ali Imrah: 159). Oleh karena itu, amal dalam harapan itu satu kesatuan yang melekat, ibarat perangko. Tanpanya, semua hanya kepalsuan. Terlebih, kata-kata harapan tersebut diumbar kepada mereka yang sangat membutuhkan perannya, tentu sangat mengecewakan bila yang diucapkannya tidak ditindaklanjuti dengan perbuatan.

Pada akhirnya, hidup adalah pilihan. Mungkinkah kita menjadi manusia yang hidup dalam harapan yang sebenarnya atau hidup terjebak dalam angan-angan, yang mana ketika kesadaran mengetuk, penyesalan atau kekecewaan yang muncul.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.