Selama kurang lebih 95 tahun, NU berperan aktif dalam membumikan Islam di Indonesia. Tidak heran, NU telah menjadi sebuah organisasi yang besar dan sangat dihormati. Hal ini tentu menjadikan NU sebagai pusat perhatian, karena kekaguman maupun ingin mengambil manfaat dan berkah para Kyai. KH. Miftachul Akhyar, dalam khutbah iftitahnya di acara Penutupan MUNAS dan KONBES NU 2021, mengingatkan pula bahwa NU juga mendapat perhatian yang bertujuan untuk mengganggu, mengkerdilkan, dan menghambat.
Kyai yang menjabat sebagai Rais ‘Aam PBNU tersebut, mengingatkan agar Nahdliyin waspada terhadap perhatian yang bertujuan mengganggu dan merusak persatuan. Beliau mengharapkan agar masyarakat mampu bersikap skeptis pada berbagai fitnah dan kebohongan. “apalagi di era-era yang hoax sudah menjadi sebuah referensi bagi mereka, su’udzon ini harus menjadi senjata pada saat-saat ini”
Ketua MUI tersebut menggunakan istilah su’udzhan hasanah untuk menekankan pentingnya waspada dan sifat skeptis demi menjaga diri dari bahaya hoax dan fitnah. “memang su’udzan disebutkan sebagian daripada perbuatan dosa, Inna ba’dho dzann ismun. Tapi itu dzhan kepada orang-orang yang telah nyata kebaikannya. Namun, pada orang-orang yang bertopeng, orang-orang yang punya kepentingan-kepentingan mendadak atau lima tahun sekali, ini yang perlu Kita waspadai.”
Semua itu diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesungguhan dalam menjaga persatuan. NU telah membuktikan kemampuan mengedepankan sebuah persatuan. Hal ini dapat dilihat melalui penyelenggaraan MUNAS dan KONBES, yang banyak diwarnai dialektika, diskusi serta keanekaragaman pandangan dan pendapat. Bagi KH. Miftah, forum ini menjunjung tinggi prinsip persatuan, “al-itihad fil ittifaq atau al-ittihad fil ikhtilaf. Jadi, bersatu dalam sebuah kesepakatan atau bersatu dalam perbedaan. Tapi tetap pada intinya ialah bersatu”
Persatuan yang dikelola dengan baik, pada akhirnya akan menumbuhkan persaudaraan yang kuat dan besar. Bagi Kyai Miftah, hal inilah yang digambarkan dalam surat al-Fath ayat 29, “seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya…”. Itulah harapan sejat di saat amanah untuk memakmurkan manusia ada di di tangan kita ini.