Anjuran Al-Quran Meneliti Berita

RecommendedAnjuran Al-Quran Meneliti Berita

Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu” QS. Al-Hujurat: 6

Ayat ini merupakan salah satu dasar yang ditetapkan agama dalam kehidupan sosial. Sekaligus, merupakan tuntunan yang sangat logis bagi penerimaan dan penyebaran suatu berita. Kehidupan manusia dan interaksinya haruslah didasarkan hal-hal yang diketahui dan jelas. 

Dari sini, terlihat perlunya memilah informasi apakah itu penting atau tidak. Dan memilah pula pembawa informasi apakah dapat dipercaya atau tidak. Orang beriman tidak dituntut untuk menyelidiki kebenaran informasi dari siapa pun yang tidak penting, bahkan didengarkan tidak wajar, karena jika demikian akan banyak energi dan waktu yang dihamburkan untuk hal-hal yang tidak penting

Manusia sendiri tidak dapat menjangkau seluruh informasi. Karena itu, ia membutuhkan pihak lain. Pihak lain itu ada yang jujur dan memiliki integritas sehingga hanya menyampaikan hal-hal yang benar, ٍdan ada pula sebaliknya. Karena itu pula berita harus disaring, jangan sampai seseorang melangkah tidak dengan jelas atau dalam bahasa ayat di atas bi jahalah

Dengan kata lain, ayat ini menuntut kita untuk menjadikan langkah kita berdasarkan pengetahuan, sebagai lawan dari jahalah yang berarti kebodohan. Di samping melakukannya berdasar pertimbangan logis dan nilai-nilai yang ditetapkan Allah swt. 

Penekanan pada kata fasiq bukan pada semua penyampai berita, karena ayat ini turun di tengah masyarakat muslim yang cukup bersih. Sehingga, bila semua penyampai berita harus diselidiki kebenaran informasinya, maka ini akan menimbulkan keraguan di tengah masyarakat muslim dan pada gilirannya akan melumpuhkan masyarakat. 

Baca Juga  Kepribadian Ulul Albab dalam Al-Quran

Namun demikian, perlu dicatat bahwa apabila dalam suatu masyarakat sulit dilacak sumber pertama dari satu berita, sehingga tidak diketahui apakah penyebarnya fasik atau bukan, maka ketika itu berita apapun yang penting tidak boleh begitu saja diterima. Begitupun sebaliknya, apabila dalam masyarakat telah sedemikian banyak orang-orang yang fasik, maka jangan asal percaya berita penting.

Perlu dicatat bahwa banyaknya orang yang mengedarkan informasi atau isu bukan jaminan kebenaran informasi itu. Banyak faktor yang harus diperhatikan. Dahulu, ketika ulama menyeleksi informasi para perawi hadits-hadits Nabi SAW, salah satu yang diperbincangkan adalah penerimaan riwayat yang disampaikan oleh sejumlah orang yang dinilai mustahil sepakat berbohong, atau yang diistilahkan dengan mutawatir. Ini diakui oleh semua pakar, hanya jika jumlah yang banyak itu harus memenuhi syarat-syarat. 

Boleh jadi orang banyak itu tidak mengerti persoalan, boleh jadi juga mereka telah memiliki asumsi dasar yang keliru. Di sini, sebanyak apa pun yang menyampaikannya tidak menjamin jaminan kebenarannya. Jadi, telitilah berita sebelum mempercayainya.

Sumber: Tafsir Al-Misbah

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.