Pesan Nasionalisme Jengish Khan

KolomPesan Nasionalisme Jengish Khan

Saat mendengar nama Jengish Khan, kebanyakan orang mengingatnya sebagai pembantai yang kejam. Namun siapa sangka, sang penakluk terbesar sepanjang sejarah ini memiliki banyak sisi positif yang bisa diteladani. Salah satunya adalah sikap nasionalis Jengish Khan. Berperang kesana kemari bukanlah untuk kepentingannya sendiri. Tapi untuk kepentingan bangsanya, yaitu bangsa Mongol. Ia mati-matian memertahankan kehormatan dan harga diri Tanah Airnya.

Jengish Khan merupakan sebuah gelar yang berarti “penguasa semesta”. Disematkan karena prestasinya sebagai penakluk besar dan berhasil menyatukan suku-suku bangsa Mongol yang semula tercerai berai. Sedangkan nama aslinya adalah Temujin. Lahir di tahun 1162 dan wafat pada 1227. Ia adalah anak seorang kepala suku yang sejak kecil bersanding dengan keras dan pahitnya hidup.

Saat ia berusia sembilan tahun, ayahnya meninggal karena diracun. Semestinya Temujin menjadi penerus sang ayah sebagai pemimpin suku. Namun, salah seorang staf ayahnya memberontak dan merebut posisi tersebut. Temujin dan keluarganya pun dikucilkan dan diusir. Ia harus menjalani kehidupan yang keras. Berkelana di tengah gurun yang ganas. Berburu untuk memenuhi kebutuhan makan. Ia pernah diculik, disiksa, dan dijadikan budak hingga nyaris tewas.

Temujin kemudian berhasil kabur dari penjara. Melihat kondisi suku-suku bangsanya yang kacau karena saling memerangi, ia prihatin dan bertekad ingin menyatukan mereka. Petuah sang ibu juga sangat memengaruhinya. Ibunya mengatakan, apabila ingin kuat, suku-suku Mongol harus bersatu, bukan saling menyerang.

Momen tersebut menjadi titik di mana ia menghimpun pasukan, melakukan balas dendam, dan melancarkan ekspansi fenomenalnya. Ia berhasil membentuk imperium Mongol yang begitu luas dan tangguh. Eropa dan Asia terhubung di bawah kekaisaran Mongol. Pencapaian ini disebut sebagai Pax Mongolica, yakni masa ketika wilayah Eurasia menyatu di bawah kekuasaan Mongol.  

Bagi rakyat Mongol, Jengish Khan adalah bapak bangsa mereka. Di tangannya Mongol bersatu, makmur, dan memiliki kehidupan yang maju. John Man, seorang sejarawan Inggris yang mengkaji tentang Mongolia, menyebut bahwa secara garis besar, masyarakat Mongolia adalah orang-orang yang gigih. Tahan pada kesulitan dan cobaan untuk mencapai tujuannya. Mereka juga teguh menjaga kehormatan dan harga diri bangsanya.

Terdapat ungkapan terkenal dari Jengish Khan, “Kalau aku mati, biarlah aku mati, namun jangan biarkan negaraku mati”. Prinsip ini menunjukkan besarnya loyalitas dan cinta Jengish Khan pada Tanah Airnya. Nyawa pun ia pertaruhkan demi keberlangsungan negerinya. Kita bisa meniru sikapnya yang tidak egois dalam berjuang hanya untuk kesenangannya, melainkan demi kejayaan bangsa. Kharisma dan keterampilannya memimpin pasukan membuat banyak orang secara sukarela mengikutinya.

Baca Juga  Meluruskan Penyimpangan Makna Ghuroba

Jengish Khan adalah sosok pemimpin jenius. Lahir dari pengalaman matang juga kerasnya kehidupan. Sebab itu, ia paham betul apa yang bisa menguatkan atau menghancurkan suatu bangsa. Ia pernah berpesan, bahwa bangsa Mongol akan mampu memertahankan kekaisaran besar yang ia tinggalkan, selama masih ada persatuan di antara mereka. Musuh tak akan bisa merobohkan benteng persaudaraan yang kokoh. Namun, jika mereka saling sikut dan berselisih, semuanya pasti akan lenyap.

Keberhasilan sebagai bangsa, tergantung apakah kita bersatu atau tidak. Apakah masih ada kesadaran untuk hidup berdampingan dengan damai atau tidak. Berbagai perbedaan di antara anak bangsa sudah pasti adanya. Hanya jangan sampai menganggap saudara yang berbeda sebagai musuh dan perlu dijatuhkan. Perbedaan itu menguatkan. Perbedaan memancarkan beragam instrumen yang saling melengkapi dan menjadi aset kekayaan.

Perselisihan internal seringkali menjadi variabel utama kehancuran suatu bangsa. Sejarah dinasti-dinasti silam menjadi bukti hal tersebut. Karenanya, dalam kehidupan bersama kita butuh persatuan dan toleransi.

Jengish Khan sendiri adalah penguasa yang toleran. Ia tidak pernah memaksakan keyakinan masyarakat di daerah-daerah taklukannya. Kebebasan beragama dan berbudaya ia hormati dan junjung tinggi. Perempuan juga dihormati dalam tradisi Mongol.

Beberapa hal dari Jengish Khan memang tak relevan dan tak bisa ditiru, seperti kebrutalan dan kekejamannya. Namun, di balik itu semua selalu ada sisi positif yang bisa diteladani. Seorang pemimpin besar tidak mungkin terlahir begitu saja. Untuk mencapai kebijaksanaan, kematangan, dan prestasi gemilangnya, ia pasti telah ditempa berbagai uji kelayakan dan cobaan hidup.

Nasionalisme Jengish Khan terbingkai melalu nasihat dan sikapnya. John Man dalam Jengish Khan, Legenda Sang Penakluk dari Mongolia menegaskan, bahwa segala yang dilakukan Jengish Khan ialah demi kesatuan dan kemakmuran bangsa Mongol. Nasionalismenya mengantarkan Mongol menjadi bangsa tersohor dan terkuat di masanya. Ia seorang nasionalis sejati yang kebijaksanaannya layak diteladani. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.