Bung Hatta Cendekiawan Sederhana

KolomBung Hatta Cendekiawan Sederhana

Bukit Tinggi terkenal dengan Ngarai Sianok, Lubang Jepang dan juga Jam Gadang yang menjadi ikon wisata dari Ranah Minang. Akan tetapi ketenaran itu tak kalah pentingnya dengan seorang tokoh yang pernah lahir di Tanah ini, Muhammad Hatta. Ia adalah seorang bapak bangsa yang lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukit Tinggi.

Sejarah menyebutkan, pria berkacamata tersebut merupakan salah satu sosok penting dalam kemerdekaan Indonesia. Duetnya dengan Bung Karno, membuat ia punya banyak julukan, seperti founding father, Sang Proklamator dan Pahlawan Bangsa. Dalam naskah Proklamasi kemerdekaan Indonesia, nama Muhammad Hatta ada di dalam teks tersebut.

Semasa hidupnya, Bung Hatta terkenal sebagai cendekiawan Islam yang berpikir moderat, sederhana, dan konsisten dalam pemikirannya. Tak heran, sejak di usia belasan tahun sekitar tahun 1918, ia sudah menjadi anggota Sarekat Usaha pimpinan Taher Marah Sutan. Setamatnya dari MULO atau setingkat sekolah lanjutan tingkat pertama. Hatta yang saat itu berusia 17 tahun langsung melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dagang Prins Hendrik School (PHS) di Jakarta pada tahun 1919. Hingga akhirnya, pria kelahiran kota kecil di dataran tinggi Agam itu melanjutkan pendidikan ke Handels Hoge School di Negeri Belanda melalui beasiswa dari Yayasan Van Deventer.

Berbagai kiprah dan pemikiran Hatta di panggung politik masih terekam oleh sejarah. Bung Hatta seorang cerdik cendekia. Itulah istilah yang dapat disematkan pada Wakil Presiden pertama negeri ini. Saat menjadi mahasiswa, ia telah aktif dalam organisasi Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda. Bahkan, bersama ketiga rekannya, Hatta sempat menghadapi gugatan hukum Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, pada 8 Maret 1928. Kala itu, ia dituduh oleh belanda dengan akal liciknya sebagai seorang komunis dan menghasut rakyat agar memberontak. Sayangnya, gugatan tersebut tak terbukti secara hukum.

Sepulangnya dari Belanda, Bung Hatta menjadi seorang tokoh pergerakan kebangsaan. Bersama Sjahrir, ia membenahi Partai Sosialis Indonesia (PSI) dengan mengubahnya menjadi Pendidikan Nasional Indonesia. Ketika itu, Hatta berpandangan bahwa selain semangat revolusioner, PSI harus menyiapkan atau membentuk kader-kader yang memiliki jiwa nasionalis. Sehingga regenerasi perjuangan tak terputus saat para pemimpin pergerakan menjalani pembuangan oleh para penjajah. Lantaran sepak terjangnya, Pemerintah Kolonial akhirnya membuang Bung Hatta ke Boven Digul, Papua, dan Banda Neira, Maluku.

Baca Juga  Membudayakan Musyawarah

Bung Hatta merupakan sebuah spirit yang memberikan dampak yang luar biasa bagi negeri tercinta. Nasionalisme Bung Hatta telah melahirkan demokrasi kerakyatan untuk membangun generasi dalam gerak laku yang berbeda. Orientasi nasionalisme Bung Hatta masih pada tujuan yang sama, yaitu kesejahteraan Bangsa Indonesia.

Dalam kehidupannya, selain cerdas Bung Hatta juga merupakan tokoh yang sederhana. Ia merupakan negarawan sejati yang hidupnya penuh dengan kesederhanaan meski memangku jabatan sebagai Wakil Presiden. Kesederhanaan Hatta kelewatan. ”Hatta adakah negarawan sejati,” tulis Selo dikutip dalam buku Keteladanan Bung Hatta, M Sayuti Dt Rajo Pangulu, 2020. Hal ini dapat dilihat dari keinginannya untuk membeli sepasang sepatu merek Bally buatan Inggris yang sangat didambakannya. Untuk dapat mewujudkannya, Bung Hatta menabung uang sedikit demi sedikit. Namun, meskipun uang yang ditabung sudah terkumpul, ia terpaksa mengambilnya karena ada kebutuhan rumah tangga yang mendesak. Karena kebutuhannya tersebut, sampai akhir hayatnya niat untuk membeli sepatu tersebut tidak pernah terlaksana.  

Tak lama setelah wafatnya pada 14 Maret 1980, keluarga Bung Hatta menemukan lipatan guntingan iklan lama dalam dompetnya. Iklan itu adalah iklan sepatu merek Bally, sepatu yang mendunia kualitasnya, dan mahal harganya.

Dari titik inilah, cerita kecil tentang kecerdasan dan kesederhanaan Bung Hatta dapat menjadi teladan. Sosok dan pemikirannya jarang kita jumpai lagi pada tokoh nasional lain. Memberi tanpa pamrih dan rela berkorban untuk rakyat. Kesederhanannya membuat ia menjadi seorang yang memiliki ideologi anti korupsi. Ia lebih mendahulukan kepentingan rakyat dibanding kepentingan pribadi. Itulah Bung Hatta seorang negarawan sejati yang dimiliki bangsa Indonesia.

Artikel Populer
Artikel Terkait