Gus Nadir: Huzaemah Ulama Perempuan Paripurna

BeritaGus Nadir: Huzaemah Ulama Perempuan Paripurna

Kabar wafatnya Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo menjadi duka kita bersama. Banyak tokoh yang memberikan testimoni dan kesaksian. Di antaranya Gus Nadir, panggilan akrab Nadirsyah Hosen, menyatakan bahwa almarhumah merupakan sosok ulama perempuan paripurna.

“Tidak mudah menjadi sosok Huzaemah yang menarik dan mendebarkan, ia datang dari Sulawesi bukan dari Pulau Jawa, tetapi ia bisa kita kenal tangguh saat ini. Meski Huzaemah lahir dari orang tua yang alim, tetapi untuk masuk dalam jajaran organisasi dan intelektual Indonesia lazimnya harus memiliki sanad keilmuan dan nasab pesantren (priayi) dan ia sendiri produk asli al-Khairat”. Hal tersebut disampaikan dalam acara Takziah dan Doa Bersama untuk Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, yang diselenggarakan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

Gus Nadir menambahkan, sebagaimana diketahui pada tahun 80 atau 90-an UIN Jakarta tengah demam dengan tenaga pendidik lulusan Barat, ketimbang alumni Timur Tengah. Sebab alumni Timur Tengah memang kuat dalam hafalan, tetapi lemah dalam analisis. “Namun, di sini sosok Huzaemah mampu bersaing dan beradaptasi dengan cepat dalam situasi yang ditekuninya, sehingga laju karirnya pun cepat dan luas menembus organisasi besar MUI, PBNU, dan universitas”, ujar Guru Besar Hukum Monash University.

Almarhumah Huzaemah juga dikenal sebagai pribadi yang menyenangkan dan sukses. Sebagai bukti eksperimen Gus Nadir mencoba mensurvei beberapa mahasiswa yang ditempa oleh Prof. Huzaemah, bahwa menjadi perempuan yang sukses itu tidak harus galak, tegas seperti halnya laki-laki, tetapi Huzaemah tidak demikian. Ia tetap dengan karakter lembut, humoris, dan tidak pernah membenci. Itu sebabnya, ia dapat menyesuaikan dirinya dengan baik di lingkungannya.

“Almarhumah bukan sosok yang ambisius dalam mengejar popularitas dan jabatan. Ketekunan Huzaemah dalam penguasaan ilmu membuat sosoknya dicari banyak orang. Biarkan orang mencari anda karena kepercayaan diri terhadap penguasaan ilmu, tidak usah mengejar jabatan, tetapi jadikan diri anda dicari oleh orang lain karena emas akan tetap menjadi emas. Itulah teladan yang ditinggalkan untuk kita semua dari profesor huzaemah”, pungkas Gus Nadir dalam ceramahnya.

Artikel Populer
Artikel Terkait