Al-Quran Menghargai Suara Perempuan

KhazanahHikmahAl-Quran Menghargai Suara Perempuan

Perempuan tidak perlu merasa ragu untuk berbicara mengungkapkan pendapat dan opininya. Masyarakat Muslim harus memberikan respon terbaik bagi perempuan yang telah berani bersuara untuk mengutarakan pengalamannya, traumanya, kebenaran yang terpendam, ataupun segala kegelisahannya. Di dalam al-Quran, banyak ayat-ayat yang menerangkan dan menonjolkan wanita-wanita yang bersuara dan berbicara. Al-Quran menghargai suara perempuan dengan mengutip perkataannya dan meresponsnya.

Beberapa tokoh perempuan al-Quran, mengartikulasikan pengalaman dan pendapat mereka dengan jelas dan efektif, bahkan dalam situasi sulit. Di antaranya Maryam (19:20), ibu Nabi Musa (28:11), kakak Nabi Musa (28:11), Ratu Saba (27: 32,34-35), dan isteri Fir’aun (28:9). Al-Quran banyak menghadirkan studi kasus mengenai kebutuhan, keamanan, atau kesejahteraan perempuan, yang mendapat perhatian dari Allah SWT. Hal demikian semestinya berimplikasi pada kesadaran kita agar memberikan perhatian serius dan tanggapan terbaik pada keluhan atau suara perempuan di sekitar kita.

Banyak ayat yang menunjukkan bahwa Allah SWT mendengar dan merespon kata-kata wanita yang dianiaya. Misalnya al-Mujadalah ayat 1, sebuah ayat yang merekam kasus seorang wanita yang dinistakan oleh suaminya, dan dalam kesusahannya itu ia mengadu kepada Nabi Muhammad SAW. Allah SWT menjawab dan menenangkan hati wanita itu, dengan menyatakan bahwa Allah mendengarkan semua keluhannya dan memahami kegelisahannya. Kemudian turunlah ayat ini bersama tiga ayat selanjutnya yang berisi solusi bagi perbaikan nasib wanita itu. 

Dalam ayat-ayat di awal surat yang artinya wanita yang menggugat (Al-Mujadalah), menganiaya istri dengan perkataan zihar itu dikutuk sebagai fitnah dan tidak senonoh. Menurut tradisi yang berlaku pada waktu itu, zihar mengakibatkan ikatan pernikahan putus untuk selama-lamanya. Hal itulah yang membuat seorang wanita mengajukan gugatan kepada Rasullah SAW, sebab ia merasa tradisi semacam itu dapat merugikan dirinya. Pada akhirnya, Allah SWT mendengar dan memberikan alternatif untuk taubat dan resolusi antara pasangan (Q 58:2-4). 

Respons yang baik dan tepat akan melahirkan norma-norma baru, yang berfungsi untuk mengoreksi atau mereformasi praktik atau kebiasaan sosial yang tidak menguntungkan perempuan secara umum, bukan hanya yang ‘speak up’ saja. Maka dari itu, kebijakan atau hukum yang turun dalam menanggapi dan menyelesaikan problem wanita dalam surat al-Mujadalah, pada akhirnya menjadi kebijakan alternatif yang lebih adil dan diterapkan bagi kaum Muslim sampai hari ini.

Baca Juga  Doa Nabi Ibrahim AS agar Bisa Ziarah ke Tanah Haramain

Dari sini kita dapat menarik sedikit kesimpulan bahwa, apapun tanggapan yang hendak kita berikan pada wanita yang ‘speak up’, setidaknya harus berorientasi pada 3 hal positif, yaitu dukungan untuk memperbaiki kondisinya, jaminan keamanannya, dan pemberian solusi. Fakta bahwa doa dan masalah wanita didengar dan direspons langsung oleh Allah SWT, mengisyaratkan apresiasi, perlindungan, dan kesejahteraan yang hakiki bagi seorang wanita. 

Al-Quran menguatkan siapapun yang menghadapi penindasan, meyakinkan mereka bahwa Tuhan juga mendengar tangisan mereka, mengutuk para penindas, mendorong orang-orang yang lurus untuk mendukung pihak yang rentan dan tertindas, serta memberikan solusi untuk melawan penindasan. Inilah model tanggapan yang ideal untuk merespon seseorang yang berterus terang terhadap kondisinya yang tidak menyenangkan, khususnya terkait kekerasan.

Dalam ayat lainnya, Allah SWT juga mendengar doa istri Fir’aun yang dianiaya (QS. Tahrim:11). Asiyah sangat khas karena membuat permintaan unik yang menjadi satu-satunya di dalam al-Quran. Ia tidak hanya meminta keselamatan, tetapi juga sebuah ‘rumah’ yang dekat dengan Allah SWT di surga. Di sini, rumah atau tempat tinggal merupakan simbol dari kebutuhan dasar berupa keselamatan, keamanan, dan kebebasan dari penindasan.

Dengan menyoroti kasus perempuan yang teraniaya dalam rumah tangga, ayat ini mewakili sentimen kerentanan wanita pada umumnya. Allah SWT menjawab keluhan mereka, Al-Quran menyuarakan kisah mereka, dan sepanjang zaman, para pembaca al-Quran juga terus membaca dan turut merasakan kondisi sulit mereka. Inilah motivasi kuat agar kita berempati, mendengarkan, dan memberikan perhatian serius pada setiap wanita-wanita yang bersuara mengungkapkan pendapatnya di lingkungan kita.

Al-QUran menghargai suara perempuan. Siapapun yang berani melangkah ke depan publik untuk mengutarakan kondisi yang buruk atau tidak adil, patut diapresiasi. Sebab, ia sebenarnya telah menyuarakan banyak suara-suara lainnya yang terpendam. Sebisa mungkin kita harus mendukung dan membantunya untuk mendapat keadilan dan meningkatkan kondisinya menjadi lebih baik, inilah cara terbaik merespons ‘Speak Up’.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait