Rahasia Keagungan Kandungan Al-Quran

KhazanahHikmahRahasia Keagungan Kandungan Al-Quran

Dampak transformatif mendalam al-Quran terhadap jiwa manusia tidak diragukan lagi. Bahkan para penentangnya yang paling berambisi pun dapat sangat terpengaruh oleh keindahan al-Quran. Salah satu contohnya adalah ‘Utbah bin Rabi’ah, seorang tokoh yang datang untuk menentang dakwah Nabi SAW, ketika mendengar Nabi SAW membacakan al-Qur’an, terdorong untuk mengaku, “Saya telah mendengar ucapan yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Oleh Tuhan! Ini bukan puisi, sihir, atau peramal…” 

Keagungan ini juga dirasakan oleh Goethe, seorang penyair, novelis, negarawan, dan cendekiawan Jerman abad ke-19, yang menulis dalam bukunya West-Ostlicher Divan tentang bagaimana al-Quran, setelah pada awalnya menimbulkan keheranan dan ketakutan, lalu segera menarik, menggugah, dan akhirnya menegakkan rasa hormat orang-orang. “Gayanya, sesuai dengan isi dan tujuannya. Lantang, agung, menggetarkan, dan selamanya benar-benar mulia. Dengan demikian, kitab ini akan terus menggerakkan selama berabad-abad, dengan pengaruhnya yang amat kuat.” (Shalabi, Islam: Religion of Life, H. 25-6)

Sebenarnya, apa isi kandungan utama al-Quran sehingga menjadi bacaan yang mulia dan begitu membuat jiwa seseorang bergetar dan merasakan keagungan ilahi? Sebagian besar muslim awam mungkin berpikir bahwa al-Quran penuh berisi perintah dan larangan, serta aturan-aturan peribadatan yang harus dijalankan setiap pemeluk agama Islam. Padahal Isi kandungan al-Quran amat luas, yang sebagian besarnya ialah wawasan dan ilmu pengetahuan. Tema-tema utama al-Quran sangat terpadu meliputi setiap topik yang kita butuhkan untuk menjalani kehidupan.

Pertama, pengetahuan tentang Tuhan dan kesatuan ilahi-Nya. Banyak sekali ayat al-Quran yang menjelaskan tentang Allah SWT tuhan yang kita sembah, misalnya dalam QS. Al-Baqarah ayat 255. Meskipun Tuhan tidak dapat dilihat, kita dapat merasakan pengaruh-Nya dan dapat mengenal-Nya melalui nama dan sifat-sifat-Nya yang dijelaskan dalam Al-Qur’an. 

Tema utamanya lainnya adalah narasi kenabian atau kisah-kisah tokoh luar biasa. Yaitu bagaimana para nabi dan pesan-pesan mereka tentang tauhid, diaplikasikan pada berbagai umat-umat terdahulu. Misalnya Dakwah Nabi Isa dalam QS. Al-Shad ayat 6, atau kisah kekuatan Maryam ketika mengandung dan melahirkan secara sendirian dalam QS. Maryam ayat 22-23. Melalui kisah para Nabi dan figur-figur teladan dalam Al-Quran, kita akan memperoleh banyak sekali pelajaran hidup, akhlak, dan kekuatan iman.

Baca Juga  Kerajaan vs Khilafah

Selanjutnya, Al-Quran juga memuat tentang hubungan manusia dengan Penciptanya, tujuan keberadaannya, kewajibannya di bumi. serta membantunya memahami dilema eksistensial hidup, mati, penderitaan, dan kehilangan. Misalnya tujuan hidup manusia untuk beribadah dan melaksanakan tanggung jawabnya kepada Allah SWT yang disebutkan dalam QS. adz-Dzariyat ayat 56. Serta  misi manusia untuk mengelola dan melestarikan bumi seperti yang diterangkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 30. 

Al-Quran juga memberikan wawasan tentang akhirat, kelangsungan keberadaan manusia setelah kematian di mana manusia akan dihadapkan dengan semua yang telah dilakukannya di bumi, baik atau buruk, dan pembalasan perbuatannya baik di surga atau di neraka. Contohnya, tentang siklus kehidupan manusia di dunia yang sementara, akan berlanjut di akhirat yang lebih kekal, dalam QS. Al-Hadid ayat 20.

Syair atau ungkapan indah tentang fenomena kosmis juga banyak terdapat dalam al-Quran, yang disebut dengan ayat-ayat al-Kauniyah. Kitabullah yang mulia ini  mendiskusikan alam dan berbagai fenomena kosmik, menawarkannya sebagai bukti adanya Tuhan yang baik, Mahakuasa, dan Mahatahu. Al-Qur’an melihat seluruh alam semesta sebagai permadani tanda-tanda, masing-masing menunjuk kepada Tuhan. Seperti QS. Al-Anbiya ayat 30 yang memberikan isyarat tentang teori penciptaan bumi dan air sebagai inti kehidupan di bumi.

Al-Quran juga tentunya memuat ayat-ayat legislatif. Ayat hukum memberikan ajaran dan arahan spiritual, etika, sosial dan yuridis yang berfungsi untuk membimbing dan mengatur kehidupan pribadi dan publik manusia. Dari ayat-ayat legislatif inilah hukum Islam praktis, moralitas dan spiritualitasnya kemudian berkembang. Contohnya, QS. Al-Maidah ayat 3 yang menerangkan tentang makanan yang tidak layak untuk dimakan. 

Bagi umat Islam, terlepas dari keindahan komposisi dan iramanya, al-Quran adalah gudang ajaran yang diwahyukan Allah SWT, peta jalan untuk perjalanan melalui kehidupan, dan sumber kebenaran abadi untuk direnungkan. Al-Quran terus menerus menyiramkan rasa kemuliaan ilahi. Kehormatan, status, keutamaan, dan keunggulan umat Islam tidak dapat dipisahkan dari al-Quran.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait