Meneladani Keilmuan Imam Ali bin Abi Thalib

KhazanahMeneladani Keilmuan Imam Ali bin Abi Thalib

Ketika Rasulullah SAW resmi diutus untuk mensyiarkan Islam, tercatat beberapa orang terdekat Nabi lantas mengimani ajaran yang beliau bawa. Imam Ali bin Abi Thalib yang telah menahun tinggal bersama Nabi, dinobatkan sebagai golongan anak kecil pertama yang beriman kepada Islam. Sebelum itu, telah banyak pertanyaan yang dilontarkan Imam Ali kepada Rasulullah SAW seputar Islam. Daya kritis dan bibit keunggulan nalarnya, bahkan telah terlihat semenjak kecil. Berilmu, kemudian menjadi karakter yang melekat kuat pada figur misan Nabi ini.

Imam Ali merupakan sosok universal yang sangat patut digali kemuliaannya. Mereguk teladan kebaikan tidak perlu pandang bulu. Ia adalah milik bersama seluruh umat. Tidak perlu kita menonjolkan disparitas antara Sunni-Syiah selama di antara keduanya bisa ditemukan benang merah.

Sejalan dengan sabda Nabi Muhammad SAW bahwa, “Hikmah adalah sesuatu yang hilang dari seorang mukmin. Ia akan mengambilnya jika mendapatkannya”. (HR. Al-Baihaqi). Hal ini menunjukkan bahwa seorang yang beriman akan selalu berpikiran terbuka untuk mengambil hikmah dan manfaat, bahkan dari perkara yang dianggap remeh sekalipun.

Meminjam istilah dalam pewayangan, Imam Ali ibarat kawah candradimuka keilmuan. Ia adalah penghulu dari segala pengetahuan. Ditegaskan dalam riwayat yang kemudian sering kita dengar menjadi sebuah shalawat Madinatul-‘Ilm. Sabda Nabi Muhammad SAW berbunyi, “Aku adalah kotanya ilmu, dan Ali adalah pintunya. Siapa yang hendak mengunjunginya, datangilah dulu pintunya.”

Statement Nabi ini adalah pengakuan sekaligus kesaksian atas kepakaran Imam Ali. Al-Shan’ani dalam al-Tanwir Syarhu al-Jami’ al-Shaghir melanjutkan, bahwa sabda tersebut memotivasi kita untuk menimba ilmu darinya, karena dengan menyambung mata rantai keilmuan dengannya, tujuan kita akan tercapai, yakni ilmu Rasulullah SAW.

Penobatan Imam Ali sebagai pintu dari segenap khazanah ilmu tidaklah hal yang berlebihan. Mengingat sejak kecil ia telah tersentuh oleh didikan Nabi Muhammad SAW. Ibarat kata, bertahun-tahun ia langsung ditangani oleh lumbung ilmu dan kemuliaan yang dipilih Tuhan. Bertalaqqi secara intens dan menyaksikan langsung ilmu amali yang disuguhkan Nabi Muhammad SAW. Bahkan, beberapa kali ketika Nabi menerima wahyu, ia berada di dekat beliau dan merasakan pendar cahaya risalah serta semerbak nubuwwah.

Dalam mukadimah syarahnya atas kitab Nahjul-Balaghah, Ibnu Abi al-Hadid menuliskan, “Apa yang harus kukatakan tentang seorang laki-laki (Imam Ali) yang musuhnya tak mengenalnya kecuali dengan keutamaannya. Dan di saat yang sama mereka tidak dapat mengingkari dan menyembunyikan kebaikan itu”. Testimoni tersebut menyimpan makna mendalam, bahwa zahir batin Imam Ali diliputi oleh kebaikan. Sampai musuh tak memiliki celah untuk mencari keburukan.

Lebih lanjut ia mengatakan,”Apa yang harus kukatakan mengenai seseorang yang merupakan sumber keutamaan dan keistimewaan bagi tiap manusia dan setiap mazhab. Semua sumber kebaikan bermuara kepadanya. Ia paling terkemuka dan paling unggul di antara yang lainnya.”

Baca Juga  Kemuliaan Dua Cucu Nabi

Imam Ali adalah mata air pengetahuan yang menjadi penawar dahaga para pencarinya. Dalam ilmu alat misalnya, kita mengenal Abu al-Aswad al-Duali sebagai Bapak ilmu nahwu kenamaan. Di balik popularitasnya sebagai perumus ilmu nahwu, ada jasa besar Imam Ali selaku gurunya yang mengajarkan kaidah dasar ilmu alat tersebut.

Sebagai seorang yang mumpuni dalam ilmu bahasa, menjadikannya fasih pula dalam beretorika dan pandai dalam berorasi. Nahjul Balaghah yang merupakan Magnum Opus Imam Ali, menjadi bukti atas kecakapan dalam gaya bahasa yang dipadu dengan kedalaman serta keluasan ilmu.

Ilmu penyucian jiwa yang kemudian terlembaga menjadi ilmu tarekat atau tasawuf juga berujung pada Imam Ali. Para ulama tasawuf seperti Junaid al-Baghdadi, Abu Yazid al-Busthami, dan Syibli menisbatkan silsilah ilmu ini padanya.

Ibnu Abi al-Hadid menyebutkan lagi, bahwa para ulama dari pelbagai disiplin ilmu, seperti ilmu kalam, fikih, dan tafsir, sanad keilmuannya berpangkal dari Imam Ali. Ia juga piawai dalam cabang eksakta seperti matematika.

Banyak ulama yang bersaksi atas keunggulan Imam Ali, termasuk Nabi sendiri. Pengakuan Nabi adalah semacam bahasa penghormatan yang dikhususkan untuknya. Namun demikian, bukan berarti penafian terhadap keutamaan para sahabat yang lain. Keteladanan para sahabat yang lain ini dijamin oleh keberadaan sabda Nabi yang menyebut bahwa, “Sahabatku ibarat bintang, dengan siapa saja kamu ikuti, niscaya akan kalian dapati petunjuk.”

Pengakuan tersebut salah satunya datang dari sahabat Umar bin Khatab dalam kisah seorang pendeta Yahudi yang menguji sang khalifah dengan beberapa pertanyaan. Amirul Mukminin berucap, “Yaa Abal Hasan (Imam Ali), tiap ada kesulitan besar engkau selalu kupanggil”. Ungkapan tersebut terlontar setelah Imam Ali berhasil menaklukkan pertanyaan rumit Yahudi tadi yang mengancam citra Islam dan Nabi Muhammad SAW.

Salah satu ungkapan yang berseliweran di sekitar kita, seperti al haqqu bila nidzamin qad yaghlibihu al-bathil bi nidzamin, yang berarti “kebenaran yang tak terorganisir, terkadang dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir”. Kalimat yang kemudian kita kenal sebagai mahfudzat (kata mutiara) ini, adalah ucapan padat hikmah Imam Ali yang awet hingga saat ini.

Sahabat, sepupu, dan menantu adalah tiga lapis status yang melekat pada Imam Ali sekaligus. Kedudukannya sangat tinggi di hadapan Nabi Muhammad SAW. Selain kapasitas keilmuan yang tak lagi diragukan, ia adalah figur yang bertakwa, bijak, dermawan, dan segudang kemulian akhlak lainnya. Imam Ali adalah samudera kearifan dan keilmuan. Ucapannya mengandung mutiara hikmah yang senantiasa relevan untuk dijadikan pegangan hidup bagi semua kalangan. Wallahu a’lam.

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait