Tirakat ‘Uzlah di Tengah Pandemi

KhazanahHikmahTirakat ‘Uzlah di Tengah Pandemi

Adanya varian virus baru covid-19, pandemi kian terlihat meluas dan merata menjangkit banyak masyarakat. Oleh karena itu, anjuran shalat Idul Adha di rumah dengan ditutupnya masjid-masjid oleh MUI dalam sementara waktu selama PPKM merupakan kebijakan masif pemerintah untuk menekan tersebarnya virus. Salah satu tirakat sufi yang bisa diterjemahkan dalam masa pandemi adalah ‘uzlah, yakni sebuah upaya memisahkan diri dari keramaian agar mencapai kekhusyukkan beribadah dengan melakukan sosial distancing dan physical distancing.

Mengutip buku Mengenal Tasawuf karya Haidar Bagir, ‘uzlah sesungguhnya adalah ajaran dan pengalam para nabi. Sebelum usia Nabi Muhammad Saw menjelang empat puluh tahun, beliau memiliki kebiasaan menyendiri (ber-tahannus) atau melakukan ‘uzlah ke Gua Hira di Jabal Nur (berjarak kira-kira dua mil dari Mekkah). Kemudian dijumpai pula kisah Nabi Musa a.s  yang melakukan khalwat selama tiga puluh hari, lalu menambahkannya sepuluh hari sehingga genap empat puluh hari. Dengan ‘uzlah diharapkan hawa nafsu dalam diri kita terputus dari godaan duniawi dan dengan demikian ia lebih mudah ditaklukan.

Melalui tirakat ‘uzlah dapat dipahami memisahkan diri dari keramaian ini bersifat sementara. Beda halnya dengan khalwat, maqam spiritual ini bersifat permanen dengan dzikir da’im atau terus menerus, meskipun hal tersebut harus dilakukan di tempat yang ramai.

‘Uzlah, di dalamnya terdapat upaya untuk muhasabah (mengadili dengan terus mengevaluasi diri), muraqabah (menanamkan kesadaran terus-menerus bahwa Allah mengatasi kita), dan riyadhah (berbagai kegiatan ibadah fardhu dan sunah). Kiranya tirakat ‘uzlah yang biasa dilakukan para sufi ini menyadarkan kita dalam beribadah dan beramal. Sebab boleh jadi sebelum pandemi ini kita beramal di depan banyak orang, sehingga mudah memunculkan sikap riya’ tanpa kita sadari.

Baca Juga  Rasulullah pun Berolahraga

Kendati bersedih hati karena kita tidak bisa shalat Idul Adha bersama-sama di masjid, tetapi yakinlah tak ada pahala yang Allah swt kurangi karena di rumah kita masih bisa berjamaah dengan keluarga. Jika ikhtiar shalat Idul Adha di rumah merupakan bukti kepatuhan kepada Allah Swt karena situasi darurat, maka di sini makna kepatuhan kita tengah teruji sebagaimana makna kepasrahan dalam nilai kurban yang sesungguhnya.

Saat ini ibadah ritual kita tengah teruji dengan mengasingkan diri dari banyak orang. Social distancing dan pisyical distancing dalam tirakat ‘uzlah di masa pandemi sangat erat kaitannya. Di satu sisi memberi kekhusyukan dalam nilai ibadah ritual, tanpa menafikan ibadah sosial juga sangat diperlukan sebagai solidaritas kemanusiaan di masa krisis. Sementara di lain sisi, tirakat ‘uzlah menjadi langkah kepatuhan pada protokol kesehatan yang disemarakkan tenaga medis dan pemerintah untuk mengantisipasi meluasnya penyebarannya virus.

Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan, dunia adalah tempat untuk mencari ilmu dan hikmah bagi orang-orang yang ingin meraihnya, tempat beribadah bagi sahabat-sahabat Allah dan bagi para malaikat. Sebagaimana yang diungkapkan Imam Ali, sejatinya anjuran tirakat ‘uzlah di masa pandemi adalah instrumen bagi mereka yang hendak meraih keikhlasan dan hikmah karena setiap keadaan pada dasarnya ada pelajaran kebaikan yang bisa kita ambil, sekalipun seseorang merasa pada setuasi terpuruk.

Artikel Populer
Artikel Terkait