Ujaran Damai, Bukan Ujaran Kebencian

KhazanahHikmahUjaran Damai, Bukan Ujaran Kebencian

Di kala agama datang untuk menyuarakan perdamaian, justru di jagat media sosial, agama kerap kali tampil sebagai bumerang kebencian. Kiranya  di media sosial, nilai-nilai agama seperti apa yang layak dihadirkan untuk memerangi kebencian. Ini masalah krisis penjiwaan terhadap nilai-nilai agama. Sebab menggaungkan perdamaian adalah tuntutan untuk mengikis ujaran kebencian, khususnya di media sosial.

Agama yang diberikan kepada manusia, sejatinya mempunyai misi besar untuk menciptakan perdamaian di dunia. Pada dasarnya setiap agama memerintahkan pemeluknya untuk berbuat baik. Nilai-nilai agama yang diajarkan kepada manusia adalah bagian dari refleksi sebagai makhluk sosial, seperti tolong menolong, sikap saling menghargai, menghindari keburukan, berbakti pada orang tua, mengakkan keadilan dan kebenaran.

Meski, setiap agama mempunyai ajaran masing-masing. Paling tidak, semua agama tentu sepakat, bahwa ucapan yang baik atau ujaran damai perlu ditradisikan.  Kendati banyak orang yang beragama, mengapa di media sosial kita masih sering melihat banyak ujaran yang mengandung kebencian dibanding ujaran yang damai. Padahal, kita mengetahui kebencian dapat menimbulkan kerugian, baik diri sendiri maupun orang lain.

Media sosial sudah menjadi bualan para netizen untuk menebarkan kebencian, hoaks, dan mempertontonkan konten yang tidak bermanfaat, terlebih mengajak pada hal yang negatif. Sebabnya, perlu digalakkan kembali atas kesadaran manfaat media sosial untuk membangun komunikasi yang bebas dan tetap mempunyai batas. Dalam arti komunikasi bisa terjalin dengan siapapun tetapi mengetahui batas-batas atau etika dalam bertutur kata atau menulis pesan.

Jika media sosial sudah menjadi konsumsi kolektif masyarakat urban, harusnya ia bisa lebih memberikan manfaat. Demi mengantarkan pada tujuan terciptanya media sosial. Saya yakin, tujuan para ahli membuat media sosial selain menjadi tuntutan manusia untuk berkembang dan maju dalam menguasai ilmu pengetahuan. Harapan terciptanya media sosial adalah menjadi alat bantu manusia untuk melihat dunia yang lebih berwarna, membangun jaringan yang luas, dan dapat berkomunikasi dengan baik dan menyenangkan, serta intens tanpa alasan jarak.

Baca Juga  Islam Membebaskan Perempuan

Dampak negatif dari munculnya media sosial, memang tak dapat dihindari. Oleh sebab itu, menurut survei Pew Research Center dari 93 persen penduduk Indonesia yang menganggap agama sangatlah penting bagi kehidupan. Sejatinya, sebagai pemeluk agama yang taat tentu bisa menjiwai nilai-nilai agama yang diajarkan .

Dengan demikian, sebagai orang yang memiliki agama, kiranya ujaran damai merupakan salah satu kiat menjadi penganut agama yang taat atau patuh kepada perintah Tuhannya. Dalam Islam, kalimat yang direstui oleh Allah SWT adalah kalimat thayyibah yaitu perkataan yang baik. Kalimat thayyibah mempunyai nilai-nilai luhur, ia memiliki akar kebenaran yang kokoh dan memberikan kemaslahatan bagi manusia.

Seandainya, di media sosial kita tengah diperlihatkan ujaran kebencian hendaknya penganut agama yang baik bisa menepis dengan ungkapan yang santun atau memilih mengabaikan perkataan tersebut. Untuk mengingatkan umat Islam, Rasulullah SAW bersabda, Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam. (HR Bukhari).

Berangkat dari kesadaran sebagai pemeluk agama yang patuh pada nilai-nilai ajarannya, maka berkata yang baik merupakan suatu keniscayaan. Biasakan, melontarkan kata yang mengandung kedamaian, baik melalui lisan atau tulisan. Jelasnya, sebarluaskan ujaran damai, bukan ujaran kebencian.

Artikel Populer
Artikel Terkait