Mempopulerkan Filsafat ala Fahruddin Faiz

BeritaMempopulerkan Filsafat ala Fahruddin Faiz

Bagi banyak kalangan, filsafat ibarat bangunan tinggi yang sulit dijangkau dan rumit. Ada juga yang menyangsikan manfaat mempelajari filsafat. Selain secara prospek karir dinilai tak jelas, mereka yang mempelajari filsafat bahkan dianggap sesat. Filsafat yang berperan sentral dalam mengelola cara berpikir kritis dan nalar manusia telah jauh disalahpahami serta dipenuhi skeptisisme.

Di tengah posisi filsafat yang masih terpinggirkan, ada nama Dr. Fahruddin Faiz yang giat mempopulerkannya dalam format kajian rutin, yang diorganisir oleh MJS (Masjid Jendral Sudirman) Colombo Gejayan, Sleman, Yogyakarta sejak 2013 silam. Serial kajian filsafat tersebut dapat dengan mudah diakses melalui kanal Youtube MJS Channel.

Materi kajian yang disajikan pun beragam. Mulai dari pemaparan para filsuf beserta teorinya, kajian tematik, ataupun materi tentang ideologi-ideologi dunia. Selain itu, ketika memasukkan kata kunci Fahruddin Faiz di Youtube, akan muncul banyak kanal yang memuat audio petuah-petuah dan kebijaksanaan hidup yang disampaikannya. Doktor bidang filsafat yang memiliki banyak karya ini pun kini dikenal sebagai “kiai filsafat” yang memiliki ribuan pendengar.

Mengapa filsafat penting untuk dipelajari? Terlebih dahulu kita perlu menyingkirkan kecurigaan dan stigma atasnya. Tidak seperti yang disangkakan sebagian pihak, filsafat sejatinya akan membekali pola berpikir agar kita mengerti makna kehidupan yang dijalani. Faiz menyebut, bahwa filsafat akan melatih berpikir benar, dan hal itu adalah perintah agama.

Saat ini kita sedang hidup dalam suasana disruptif dan serba tumpang tindih. Dunia digital berperan besar dalam kerancuan yang sulit diurai. Orang terlihat menjalani kehidupan tapi lupa bagaimana menjadi manusia. Roda zaman yang berputar sedemikian cepat, menjebak manusia pada rutinitas material dan kompetisi keras yang meletihkan batin hingga mengoyak identitas asasi diri.

Etika pun menjadi perkara yang kian langka. Kita tidak akan kesulitan mendapati umpatan, amarah, hujatan, ataupun sikap tak manusiawi di ruang maya yang kini menjadi sentral aktivisme umat manusia. Sikap reaksioner yang memenuhi kolom-kolom di media sosial adalah sepotong cerminan dari manusia yang enggan atau bahkan tidak berpikir. Rasionalitasnya tertutupi oleh kabut emosi dan kegagapan menghadapi realitas yang baru.

Dalam situasi semacam ini, kemampuan untuk menata dan mengontrol pola pikir menjadi hal yang mendesak dan tak bisa ditawar. Tradisi berfilsafat harus diarusutamakan, sebab filsafat menawarkan alternatif cara berpikir konseptual, kritis, dan mendalam.

Filsafat yang berarti cinta kebijaksanaan, jelas menunjukkan orientasi filsafat itu sendiri, yakni terciptanya sikap bijak umat manusia dan kemampuan mereka untuk menangkap hikmah dari tiap jengkal peristiwa. Seseorang yang mengoperasikan filsafat, akan berpikir luas dan menarik napas panjang sebelum bertindak. Maka dari itu, perilakunya relatif terukur dan tidak serampangan.

Baca Juga  Keliru Memahami Agama, Aksi Teror Imbasnya

Beberapa kali menyimak uraian Faiz dari Youtube, yang saya dapati adalah perasaan takjub dan bahagia. Pertama, kagum karena keluasan dan kedalaman wawasannya. Kedua, senang karena ada pembelajaran filsafat yang terjangkau. Keberadaan sosok seperti Faiz ini amat dibutuhkan untuk mengawal nalar dan akal sehat publik agar tetap waras.

Di tangan doktor kelahiran Mojokerto ini, filsafat terasa sederhana dan dekat dengan kita. Ia kerap menyelipkan guyonan dalam pemaparannya. Tembok besar stigma kerumitan filsafat pun runtuh. Dengan pembawaannya yang halus dan tenang, Faiz dapat memaparkan materi secara runut dan relatif mudah dicerna. Cocok didengarkan ketika sedang bersantai atau di kala senggang. Sejenak menutrisi pikiran selepas beraktivitas atau pun di awal hari.

Kajian yang diunggah di Youtube tersebut mudah diakses serta sesuai dengan animo pasar sekarang. Dengan kemasan demikian, diharapkan filsafat kian menjadi kajian yang populis dan dikenal masyarakat luas.

Gelaran kajian filsafat di masjid ini menjadi suatu gerakan kultural yang menarik. Menggambarkan bahwa masjid tidak hanya dimengerti sebagai tempat peribadatan, tapi juga basis intelektualisme sebagaimana fungsi masjid di masa Rasulullah SAW. Kegiatan tersebut juga menunjukkan inklusivisme masjid, di mana bukan kitab samawi saja yang dipelajari, tapi juga materi yang bahkan disangsikan oleh kebanyakan orang, yakni filsafat.

Yang perlu dimengerti, belajar filsafat di sini bukan praktis untuk menghafal satu per satu nama filsuf, tidak pula ditujukan untuk menguasai sejarah filsafat, atau dalam hal ini menempatkan filsafat sebagai kajian ensiklopedis. Tujuan utama dari belajar filsafat, selain untuk memahami metodologi berpikir, adalah untuk memungut kebijaksanaan-kebijaksanaan yang kerap tercecer, terlebih di tengah hiruk pikuk dunia saat ini. Dalam ungkapan Eric Weiner, mengkaji filsafat adalah upaya menjaga kewarasan di tengah ketidakpastian.

Filsafat memberikan manfaat metamateri, suatu peran substansial yang melintasi ruang dan waktu. Kita akan menjadi manusia yang lebih menginsafi diri serta tahu bagaimana cara hidup yang bajik juga bijak. Mengenal hakikat realitas adalah sebentuk pencerahan, enlightment dalam konteks mikro yang menenangkan.

Kajian yang digiatkan Faiz tersebut merupakan langkah strategis untuk mempopulerkan filsafat. Ia menyesuaikan cara dengan perkembangan masa dalam mengenalkan filsafat kepada khalayak. Penuturannya yang terstruktur dan ringan menjadi kekuatan yang mematahkan stigma pelik terma filsafat, sehingga mudah dicerna oleh awam sekalipun. Filsafat bukan perangkat penyesat. Dengannya, jalan pikir kita akan lebih sehat. Diharapkan, disiplin filsafat bisa mendapat perhatian lebih banyak kalangan, agar terdiaspora semakian luas. Wallahu a’lam.

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait