Rahasia Mindset Kaya

KhazanahHikmahRahasia Mindset Kaya

Kesejahteraan individu maupun masyarakat sangat ditentukan oleh pola pikir dan sikap yang tepat terhadap harta dan kekayaan. Di dalam al-Quran, Allah SWT menyebut diri-Nya sebagai Maha Pemurah (al-Karim) dan Maha Luas (al-Wasiʿ). Melalui pemahaman nama-nama ini, kita harusnya memiliki optimisme yang tinggi bahwa, pasti ada cukup ‘rezeki’ untuk setiap orang, diri kita sendiri maupun orang lain. Sayangnya, tidak sedikit dari kita yang terbawa pola pikir serba kekurangan, yaitu merasa bahwa apa yang ada tidak akan cukup semua orang, tidak cukup jika berbagi. 

Faktanya, rasa kekurangan seringkali berbentuk mindset yang harus dipatahkan. Mental merasa miskin berdampak pada perilaku ekonomi yang merugikan. Seperti mendorong berhutang untuk membeli apa diinginkan. Atau, berjudi untuk mendapatkan kekayaan dengan cepat. Pada tingkat lebih halus, rasa kekurangan akan menghalangi seseorang untuk beramal, seperti enggan bersedekah atau menyumbang karena takut rugi. Pada akhirnya, orang yang merasa kekurangan dibanding dengan orang lain, cenderung membuat keputusan berisiko yang tidak rasional, dan  mengorbankan keputusan jangka panjang yang lebih baik. 

Al-quran membahas bias ini secara langsung dalam Surat al-Baqarah, Setan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya, lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah: 268). Dari sini, kita diberitahu bahwa mental miskin atau takut kekurangan merupakan tipu daya setan, untuk menjerumuskan seseorang dalam perilaku keuangan yang merugikan, seperti pelit, kikir, atau mengandalkan pinjaman berbunga.

Sebaliknya, kita diajarkan untuk membangun mental kaya, yaitu pola pikir berkecukupan yang melahirkan sifat kedermawanan. Dalam ayat di atas, Allah telah menegaskan pemberian ampunan dan anugerah-Nya yang berlimpah sebagai motivasi terbaik untuk terlibat dalam perilaku keuangan yang bermoral, sebagai antitesis dari rasa kekurangan yang dibisikkan setan.

Baca Juga  Grand Syaikh al-Azhar: Kebhinnekaan Indonesia Adalah Berkah

Jadi, mental miskin harus dipatahkan dengan menumbuhkan dan memelihara mental kaya, yaitu sebuah pola pikir keberlimpahan yang membawa pikiran kita untuk selalu cukup, bersyukur, dan mampu berbagi. Dengan begitu tidak perlu mengejar dan menumpuk-numpuk kekayaan ata mengejar keinginan ego, sebab yang terpenting ialah menjadi orang yang dermawan. Dengan mempraktekkan kedermawanan, berapapun kecilnya amal tersebut, akan berdampak besar bagi diri kita sendiri.

Selain itu, Kita juga memiliki gagasan tentang ‘berkah’ yang telah menjadi inti kepuasan orang beriman dalam beramal. Sesuatu yang Berkah akan menjadi lebih produktif, efisien, bergizi, atau berharga daripada nilai materialnya. Melalui kesadaran bahwa segala sesuatu dapat memiliki nilai lebih dari apa yang bisa dihitung, kita sekali lagi dimotivasi untuk menjadi dermawan, senang berbagi dan tidak takut kekurangan. Itulah sebabnya Nabi SAW mengajarkan kepada para sahabat bahwa, makanan satu orang cukup untuk dua orang, makanan dua orang cukup untuk empat orang, dan makanan empat orang cukup untuk delapan orang. (HR. Muslim)

Penting sekali untuk memahami bahwa nilai suatu komoditas tidak tetap dan intrinsik wujudnya. Melainkan, dapat meningkat berdasarkan manfaat yang telah diberikan. Mari kita temukan motivasi lainnya dalam sabda Nabi SAW, yang bersabda, Orang yang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari api neraka. Orang kikir itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat dengan api neraka. Orang jahil dan dermawan lebih dicintai Allah SWT daripada ulama yang pelit.

Singkatnya, dengan memelihara mental kaya dalam diri kita, kesanggupan diri untuk beramal dan memberikan manfaat bagi masyarakat akan meningkat. Rahasia mental kaya ialah memiliki sifat dermawan. Mari bangun pola pikir keuangan yang dermawan, yang sangat dibutuhkan di dunia yang sangat memanjakan diri ini.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait