Single Mother Inspiratif dalam Al-Quran

KhazanahHikmahSingle Mother Inspiratif dalam Al-Quran

Keluarga merupakan unsur masyarakat terkecil dan paling intim. Isu keluarga selalu melibatkan ayah, ibu, dan anak sebagai suatu kesatuan.  Namun pada kenyatannya, struktur keluarga tidak selalu ideal. Dalam sosiologi keluarga, diakui pula adanya struktur keluarga yang hanya terdiri dari ayah dan anak, atau ibu dan anak, yang disebut dengan orang tua tunggal atau single parents. Orang tua tunggal merupakan fenomena sosial yang tidak hanya terjadi di kota-kota besar saat ini.

Setidaknya, kita dapat berkaca pada kasus perceraian yang cukup tinggi dan terus meningkat di negeri ini. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat 439.002 kasus perceraian sepanjang tahun 2019. Angka tersebut meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga kemungkinan terbentuknya keluarga dengan struktur orang tua tunggal pun tidak kecil. Bahkan selain perceraian, terdapat faktor lainnya, seperti salah satu pasangan meninggal dunia, atau melalaikan tanggungjawabnya yang semakin membuat masyarakat tidak mungkin menutup mata dari fenomena ini.

Sayangnya, struktur keluarga dengan orang tua tunggal masih kurang mendapat perhatian. Misalnya saja, RUU Ketahanan Keluarga yang kembali dibahas pada September kemarin. RUU kontroversial itu disinyalir mengabaikan keberadaan dan peran orang tua tunggal. Selain itu, pandangan umum masyarakat terhadap single parents masih cenderung negatif dan kurang terbuka. Hal ini semakin membuat individu yang berperan sebagai orang tua tunggal menghadapi tekanan stress yang tidak ringan dalam kesehariannya, terutama bagi perempuan yang berstatus sebagai single mother.

Perempuan yang berperan sebagai ibu tunggal memiliki beban yang berlipat-lipat lebih berat, dibanding ibu normal pada umumnya yang memiliki pasangan. Masalah ekonomi, emosional, stigma sosial, dan isu-isu keluarga, mau tidak mau harus dihadapi oleh ibu tunggal dalam sistem sosial masyarakat kita saat ini. Hal tersebut juga mengakibatkan beban psikologis berupa kekecewaan berat, frustrasi, putus asa, dan kecemasasan dalam diri seorang ibu tunggal. Apabila tidak dikelola dengan baik akan memperburuk kondisinya.

Tantangan yang dihadapi ibu tunggal merupakan realitas sosial dan psikologis. Al-Quran mengakomodir keadaan riil yang dialami single mother sebagai perjuangan dan kesulitan, penggambaran tersebut sangat dekat dengan kenyataan Ibu tunggal manapun saat ini. Walaupun figur Ibu tunggal dalam al-Quran merupakan ibu seorang Nabi dan wanita istimewa. Namun, masalah-masalah yang mereka alami merefleksikan esensi permasalah yang dihadapi oleh ibu tunggal masa kini.

Kesulitan dan perjuangan seorang ibu tunggal dalam al-Quran, dialami oleh Maryam AS, ibunda Nabi Isa AS. Keadaan sulit dan menghimpit bahkan mengharuskannya untuk pergi menjauh dari keluarga dan kampungnya, dalam kondisi mengandung seorang anak, lalu dia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh (QS. Maryam: 22). Maryam AS sendirian dalam penderitaan dan kesakitan, dan kekhawatiran. Maryam AS terbayang cemoohan masyarakat setelah mengetahui dirinya melahirkan tanpa memiliki suami. Dalam sakitnya melahirkan seorang diri, dia meratap “Wahai, betapa baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.” (QS. Maryam: 23). Keadaan Maryam AS demikian sedih dan ucapannya menggambarkan kecemasan yang mendalam.

Baca Juga  Obrolan Nabi seputar Mental Sehat

Melalui surat lain di dalam al-Quran, ibu Nabi Musa AS juga dikisahkan sebagai seorang Ibu tunggal majazi. Ia berperan sendiri sebagai orang tua tunggal karena tinggal jauh dari suaminya. Seorang ibu tersebut melahirkan Nabi Musa AS di tengah kondisi yang tidak aman bagi keberlangsungan hidup bayinya. Ibu Nabi Musa AS diliputi rasa kekhawatiran yang tinggi setelah melaksanakan perintah yang diilhamkan Allah SWT padanya, demi keselamatan bayinya. Konflik batin yang dialaminya sangat menyakitkan sebagai seorang ibu yang harus menghanyutkan bayinya di sungai, Hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman kepada janji Allah (QS. Qashash: 10).  

Al-Qur’an menampilkan kedua ibu tunggal itu sebagai wanita yang beriman dan percaya kepada Tuhannya. Mereka menjalani perjuangan itu dengan ikhlas, disertai ketaatan dan keimanan kepada Allah SWT. Maryam AS kembali kepada masyarakatnya yang heran dan terkejut atas kelahiran puteranya. Namun, ia tidak melarikan diri atau bersembunyi, Maryam AS menghadapinya dengan keyakinan pada pertolongan Allah SWT. Begitu pula Ibu Nabi Musa, ia hampir tidak sanggup menahan siksaan batinnya, tetapi ketabahan dan keteguhan hatinya, pada akhirnya, membawanya pada kebahagiaan bersatu dengan bayinya.

Maryam dan Ibu Nabi Musa AS memiliki keberanian besar dalam perjuangannya. Mereka berdua memiliki komitmen yang kuat di jalan yang Allah berikan. Kita tentu melihat kedua ibu tunggal ini memiliki karakter yang berani, percaya diri, teguh, dan berkomitmen. Beberapa potong kisah ibu tunggal inspiratif, yang dimuat di dalam al-Quran ini memancarkan motivasi dan harapan untuk menjalani hari-hari dengan kualitas spiritual yang lebih baik.

Dengan demikian, Kisah-kisah al-Quran sesungguhnya menyuguhkan susunan dan relasi sebuah plot yang indah, yang mampu menggerakkan kesadaran manusia terhadap kebenaran dan petunjuk yang hakiki. Di tengah berbagai tantangan yang dialami seorang ibu tunggal, penting untuk meraih dan mempertahankan keseimbangan dirinya,  melalui sumber-sumber spiritual. Salah satunya dengan melakukan tadabbur, meneladani figur yang memerankan episode kehidupan yang mirip dengannya, yaitu para ibu tunggal yang diabadikan di dalam kitab suci al-Quran.[]

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait