Zuhairi Misrawi, Jubir Arab Saudi

KolomZuhairi Misrawi, Jubir Arab Saudi

Tersebar berita, bahwa Kiai Zuhairi Misrawi atau yang akrab disapa Gus Mis ditunjuk oleh Presiden Jokowi sebagai Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi. Sebagian orang yang belum mengenal baik pribadi, kualifikasi, dan kepakarannya mungkin bertanya-tanya atau bahkan, menolak keputusan tersebut.

Berbanding terbalik dengan orang-orang yang membaca secara utuh sejumlah tulisannya, baik berbentuk digital, maupun non-digital yang mewarnai banyak media nasional. Sudah tentu mengiyakan dan mendukung penuh pengangkatan itu. Sebab keahlian, kepiawaian, dan keaktifannya menulis, khususnya buah karya tentang dua kota suci di wilayah utara Jazirah Arab, Makkah dan Madinah membuktikan, bahwa Gus Mis adalah juru bicara Arab Saudi.

Tepatnya pada tahun 2009, buku Makkah dan Madinah karya Zuhairi Misrawi diterbitkan. Ratusan ribu eksemplar kedua buku tersebut dicetak dan mewarnai pemahaman warga tentang dua kota suci, dan Arab Saudi pada umumnya. Mekkah dan Madinah merupakan dua kota suci yang membangun keadaban dan peradaban dunia.

Melalui bukunya Makkah, Gus Mis hendak menyadarkan masyarakat, bahwa kota Makkah lebih luas dari sekadar ka’bah dan hajar aswad. Ia menyampaikan dan mengajak masyarakat untuk melihat serta menyelami sejarah peradaban di kota suci tersebut. Tidak hanya pada masa pra-Islam, tetapi juga pada masa Nabi, sampai pada masa modern. Bahkan, bagaimana ia menjabarkan seluk beluk kota yang memesona ini bak menceritakan kota kelahirannya, yakni dari segi sosial, ekonomi, ideologi, dan politik.

Untuk itu, setelah masyarakat Tanah Air membaca dan memahami isi dari buku Makkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim, tidak ada lagi yang hanya termotivasi untuk mencium hajar aswad. Melainkan juga terdorong untuk menelusuri jejak-jejak Nabi SAW, seperti tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW, gua Hira, rumah Khadijah, gua Tsur, dan Dar al-Arqam. Atau, menghayati peradaban di setiap sudut kota, sehingga perjalanan mereka tidak lagi kering, tetapi menjadi hidup dan menyenangkan. Mereka dapat merasakan ruh peradaban yang terpancar dari setiap tempat di kota itu.

Begitu pula dalam bukunya yang berjudul Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad SAW. Peradaban di setiap masa dan wilayah dituliskannya secara sederhana, tetapi elegan. Menurut Gus Mis, “Masjid merupakan jantung peradaban Madinah dan jantung semua masjid itu adalah Masjid Nabawi”. Di dalamnya, Gus Mis juga menerjemahkan piagam Madinah yang sangat monumental.

Baik bukunya yang membicarakan kota Makkah, maupun Madinah, di mana keduanya merupakan pusat peradaban Bumi Hijaz, membuktikan bahwa Gus Mis adalah juru bicara Arab Saudi. Sebab itu, pengangkatannya sebagai dubes Arab Saudi itu tepat dan sesuai. Di samping keahliannya dalam kajian Timur Tengah.

Sebagai analis pemikiran, dan politik Timur Tengah, Gus Mis rutin menulis di kolom Detik.com setiap hari Kamis. Tulisan teranyarnya yang berjudul Poros Global Moderasi Islam Indonesia-Arab Saudi menjelaskan, bagaimana hubungan Indonesia-Saudi diperkuat dengan semangat moderasi Islam, bahkan moderasi agama yang menjunjung tinggi kemanusiaan, keadian, dan kedamaian.

Baca Juga  Meneladani Sayyidah Nafisah, Guru Imam Syafi’i

Adapun terkait Arab Saudi yang menjadi obyek kritiknya dalam beberapa tulisan adalah sebuah hal yang wajar, karena posisinya sebagai pengamat. Ia mampu membaca dengan baik sosial politik dan pemikiran yang berkembang di wilayah Timur Tengah, termasuk Arab Saudi. Profesionalitas dan totalitasnya sebagai jubir Arab Saudi memperkuat Gus Mis untuk mengemban mandat kenegaraan. Membantu Presiden untuk menjalin hubungan diplomasi dengan Arab Saudi. Mengabdi demi mengharumkan negeri tercinta ini.

Di sisi lain, terdapat narasi yang menyebutkan, bahwa Gus Mis membenci ibadah umrah. Narasi tersebut muncul sebab cuitannya yang berbunyi, “di kampung kalau mau berdoa cukup baca Yasin atau ziarah kubur. Sekarang harus ke Makkah dengan biaya tinggi. Beragama jadi mahal”. Dan menurutnya pula, “secara sosiologis, ziarah kubur itu menjadikan biaya beragama relatif lebih murah daripada harus umrah ke Mekkah.”

Mengherankan ketika seseorang yang membenci umrah, justru telah menunaikan ibadah tersebut berkali-kali. Lebih mengherankan lagi, ketika narasi yang sebenarnya bermaksud baik dibelokkan sedemikian rupa agar terlihat tidak baik di mata masyarakat religius Tanah Air.

Ketika cuitan itu diunggah, fenomena semangat beragama marak di ruang publik, termasuk di daerah perkampungan. Banyak orang menjual tanahnya atau harta berharga miliknya demi berangkat umrah. Padahal, jika barang berharga itu dijual, maka akan menyulitkan kehidupannya dan keluarganya di masa mendatang.

Fenomena tersebut memancing sejumlah oknum untuk membuka praktik umrah bodong, sehingga travel umrah bodong menjamur di mana-mana. Sementara telah kita ketahui bersama, bahwa ibadah umrah adalah ibadah sunnah, bukan wajib. Lebih lanjut, amalan sunnah Nabi SAW itu banyak sekali, bukan hanya umrah.

Sementara Rasulullah SAW berpesan, sesungguhnya agama itu mudah. Dan selamanya agama tidak akan memberatkan seseorang, melainkan memudahkannya. Karena itu, luruskanlah, dekatilah, dan berilah kabar gembira! Minta tolonglah kalian di waktu pagi-pagi sekali, siang hari di kala waktu istirahat dan di awal malam [HR Bukhari & Muslim].

Oleh karenanya, tidak heran jika Gus Mis memberikan jalan keluar kepada masyarakat yang sebenarnya belum mapan secara finansial untuk membaca Yasin atau ziarah kubur yang tidak menguras banyak biaya. Tak ayal, seseorang yang menganalisa cuitan terkait umrah tersebut sebagai pelecehan syariat tampak sangat berlebihan dan offside.

Sebaiknya untuk memahami Gus Mis, hendaknya membaca buku Makkah dan Madinah, serta tulisan-tulisannya di media nasional. Sejak lama Gus Mis sudah menjadi juru bicara Arab Saudi. Di samping pengetahuan dan kepakarannya dalam kajian politik Timur Tengah, ia juga merupakan seorang profesional yang menjalankan tanggung jawab sesuai posisi dan porsi. Saya yakin, Gus Mis akan menjadikan hubungan Indonesia-Arab Saudi semakin baik di masa mendatang, karena kedua negara ini mempunyai hubungan historis dan relijius yang sangat kuat. Gus Mis sangat cocok menjadi Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi. []

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.