Ku coba untuk bangkit, bumi ke langit.
meski terasa sulit, dari bumi ke langit,
terbang melayang, bumi ke langit
dari bumi ke langit, dari bumi ke langit
— Bondan Prakoso & Fade 2 Black
Sesosok jiwa besar yang tenang,
seorang yang mau tidak mau harus dijunjung tinggi.
Muhammad diciptakan untuk menerangi dunia,
begitulah perintah Sang pencipta dunia.
— Thomas Carlyle, Sejarawan
Iftitah
Senja hari dan rintik-rintik hujan terasa aduhai dikawal secangkir kopi. Terasa ada atmosfer riang gembira teringat buku lawas berjudul The Idea of History, karya filsuf dan sejarawan besar Inggris R.G Collingwood. Ia mengatakan bahwa untuk menulis sosok penting dalam sejarah dengan baik, kita membutuhkan empati dan imajinasi. Perihal menulis kekasih Tuhan, kekasihmu dan kekasih kita, dambaan cinta; Nabi Muhammad SAW.
Ya, memang butuh empati dan imajinasi. Filsuf eksistensialis Jean Paul Sartre pernah berucap bahwa imajinasi sebagai kemampuan untuk memikirkan apa yang tidak ada. Umat manusia adalah makhluk religius karena mereka imajinatif. Mereka amat cerdas sehingga terdorong untuk mencari makna tersembunyi dan ingin mencapai sebuah ekstase yang membuat mereka benar-benar hidup. Sang Nabi tetap hidup di hati kaum beriman di negeri para wali, Indonesia.
Muhammad Sang Nabi ada dan berada di bumi manusia. Sang Nabi diutus dengan impian indah dan ramah. Menjadi berkah masa-masa gelap jahiliyah. Mewarnai abad ketujuh, menggarungi masa lalu. Tapi juga berkah untuk masa kini dan masa depan, hari kebangkitan yang dinanti, ditakuti. Tentunya sebuah kisah tetap terkenang, bagaimana Sang Nabi waktu subuh merindukan umatnya, yang ngga berjumpa tapi beriman kepadanya. Sebuah kabar gembira di jiwa, yang gundah gulana mencemaskan hari demi hari, dilanda wabah. Maulid Sang Nabi datang menyadarkan, tak ada yg dicemasi selain syafaatmu yang kita rindu.
Setiap Muslim di penjuru bumi dari masa ke masa, hari ke hari, dan dari abad ke abad, sudah mengenangmu, memperingati Maulid Sang Nabi. Manusia terindah yang senantiasa jadi dambaan hati, menjulang tinggi kemuliaannya dari bumi ke langit. Kisahnya merupakan sebuat kombinasi yang dahsyat dari manusia, zaman dan budaya. Dan hal ini memberikan sebuah pertanyaaan radikal, sederhana juga sih. Kenapa harus Dia, Muhammad Sang Nabi?
Bagaimana pria yang semasa kanak-kanaknya tersisih ke pinggiran masyarakatnya sendiri (seseorang yang ngga’ penting), demikian musuh-musuhnya memanggil dirinya) berhasil dan sukses merevolusi dunia?
Bagaimana sang bayi yang dijauhkan dari keluarganya itu tumbuh dewasa untuk merubah struktur, konsep dan tribalisme suku menjadi sesuatu yang jauh lebih besar, Umat Islam? Bagaimana seorang saudagar menjadi pemikir radikal, baik mengenai Tuhan, dunia dan masyarakatnya. Bahkan menantang secara langsung struktur sosial dan politik yang sudah mapan di Jazirah Arabia dikuasai bos-bos oligarki?
Bagaimana pria yang terusir dari Tanah Airnya, kampung halamannya, dari Mekkah menuju Madinah. Mengubah pengasingan menjadi awal baru dan penuh kemenangan, untuk disambut kembali hanya depan delapan tahun kemudian menjadi pahlawan? Bagaimana Sang Nabi berhasil menghadapi badai, cuaca kejahatan dan kebengisan manusia di zamannya?
Bagaimana seorang pria, outsider ini akhirnya menjadi insider utama di bumi manusia sepanjang sejarah dengan segenap problemnya?.
Hari Demi Hari
Masa kecilnya menanamkan dalam dirinya kepedulian seumur hidup terhadap penderitaan para janda dan yatim piatu. Rasa saling menghormati dan kasih sayang antara Muhammad dan Khadijah membuat keduanya melangsungkan pernikahan atas nama cinta. Sebagai orang dewasa, anak yatim cucu terkasih Sayyidina Abdul Muthalib membangun kehidupan pribadi dan bisnis yang cukup sukses. Beliau memperoleh reputasi karena keahlian diplomatik dan pihak-pihak yang berselisih seringkali memintanya untuk bertindak sebagai juru damai yang lihai dan keren.
Namun, ketika Muhammad mendekati usia empat puluh tahun, ya 40 tahun, beliau mulai menderita apa yang kini sebut krisis diri. Beliau selalu bertanya-tanya tentang makna kehidupan dan negatifitas zaman. Memandang sekelilingnya, melihat sebuah dunia yang bergelimang kekayaan. Namun di tengah semua kemakmuran itu, memandang banyak janda yang hidup miskin dengan hanya menggandalkan sumbangan dan derma. Para anak yatim harus berjuang untuk sekedar mendapatkan makanan untuk hidup. Mengapa hal ini bisa terjadi di tengah pernik-pernik harta yang melimpah rua di gurun Arabia?
Beliau mengembangkan kebiasaan menyendiri pada waktu-waktu di dalam gua Hira di gunung untuk bermeditasi. Di sana, suatu hari, beliau mendapatkan pengalaman ruhani yang sangat penting, mengalami epifani.“Aku percaya padamu,”Kata Khadijah al-Kubra, kekasihnya. Dengan demikian menjadi pengikut pertama Muhammad sang nabi, Muslim pertama.
Pada mulanya, Sang Nabi berdakwah hanya kepada teman-teman akrab dan kerabat dekat. Lambat laun, ia menyampaikan risalahnya kepada publik, masyarakat Mekkah, “Hanya ada satu Allah. Tunduk kepada kehendak-Nya”. Mengabarkan menyangkut apa saja ketundukan kepada Allah meninggalkan pesta pora, mabuk-mabukan, kekejaman, dan tirani, menyayangi orang lemah, dan tak berdaya, membantu orang miskin, menegakkan keadilan dan beramal shaleh.
Carut marut sejarahnya dianggapnya sangat tidak pas, keluar dari pakem manusia sejati ciptaan Allah. Tidak sesuai dengan maunya Sang Pencipta. Sang Nabi berdiri, tersenyum dan bergerak. Menemui kekasihnya di langit tinggi, untuk kembali mengurusi umatnya yang teraniaya, tersesat dari kompas agama dan kehidupan.
Di antara kuil di Mekkah, ada bangunan berbentuk kubus dengan sebuah batu yang dimuliakan dipojoknya, sebuah batu hitam yang mengkilap yang jatuh dari langit. Kuil itu di sebut Ka’bah, Nabi Ibrahim dan putranya Ismail yang membangunnya. Sang Nabi adalah keturunan Nabi Ibrahim sebagai penyebar monoteisme yang tanpa kompromi. Ayahandanya Fathimah diutus untuk memperbarui apa yang disampaikan Nabi-Nabi sebelumnya sehingga memusatkan perhatiannya pada Ka’bah. Inilah, yang mesti menjadi satu-satunya tempat suci Mekkah: Baitullah.
Muhammad Sang Nabi mengajarkan ada satu Tuhan yang mencakup semua dan universal sehingga tidak bisa dihubungkan dengan gambaran, atribut, batasan tertentu. Hanya ada Allah dan semua yang lain adalah ciptaan Allah: inilah pesan yang disampaikan kepada manusia di bumi, kepada pimpinan gangster kapitalis Arab jahiliah macem Abu Jahal, Abu Lahab, Abu Sofyan dan Abu-Abu lainnya.
Jalan Terjal Putra Sayyidah Aminah
Seindah dan sedahsyat apapun buah pikiran dan perjuangan dalam terjalnya batu cadas kehidupan tidak akan lebih hebat dari buah pikiran dan perjuangan Muhammad Sang Nabi. Sang Nabi adalah pelaku, merasakan penderitaan yang hebat, takkan pernah dialami manusia selainnya. Melepaskan belenggu yang mengikat fisik dan pikiran manusia. Sang Nabi sudah pernah mengalami kerasnya situasi dan masuk di dalamnya. Menyelesaikan huru-hara angkara manusia. Berdarah-darah.
Sang Nabi menjadi pemandu, arsitek ruhaniah manusia yang terdampar dalam rawa-rawa syahwat Jahiliah. Beliau mampu membedakan antara orang yang sekedar hidup (yahya), dan membuat manusia hidup (yuhyi). Beliau adalah sang sejarah, yang nantinya ‘diwariskan’ kepada pewaris sejarah pilihannya. Sebuah risalah cakrawala kenabian untuk mencipta manusia agar mengerti tujuan hidupnya. Sang nabi adalah pemandu, bintang petunjuk, dambaan manusia dalam mempercayakan spiritualitas nasib dengan segala teka-tekinya. Mengajarkan setiap jiwa agar mengenal dan melihat Tuhan dalam dirinya sendiri.
Sungguh benar sekali pitutur guru sufi bernama Jalaluddin Rumi,“ akan tetapi tanpa adanya seorang pemandu, hal itu tidak akan terjadi”. Ketika Bani Israil mematuhi Nabi Musa as, semua jalan dibukakan pada mereka, menyeberang Laut Merah dari kejaran ribuan pasukan Fir’aun. Lumpur disingkirkan dari lautan untuk perjalanan mereka, exodus menuju Tanah Yang Dijanjikan. Tapi jika mereka saling berbeda pendapat, maka mereka akan tetap mengembara di jalan-jalan gurun pasir jahiliah.
Kisah Muhammad Sang Nabi lebih mengharukan dan mendebarkan sepanjang sejarah. Sang Nabi bertahun-tahun lamanya, mengajari perihal kebaikan manusia agar selamat dalam bencana besar kehidupan dan hari Akhir yang menakutkan guys.
Interval
Pernahkah anda tahu bahwa Muhammad Sang Nabi pernah diloby dengan harga yang sangat tinggi oleh group Kapitalis Arabia. Konglomerat itu bernama Walid bin Mughirah dari Klan Quraisy, ahli sastra dan jago diplomasi selevel dengan Abu Jahal. Mereka menawari Sang Nabi untuk menghentikan perjuangannya, mengganti berhala Tuhan jahiliah. Petinggi Quraisy itu merayu dengan kadar yang sangat tinggi, setelah gangguan dan ancaman serta kekerasan tidak mempan terhadap suaminya Khadijah yang dermawan.
Orang kaya raya itu berkata,“Wahai Muhammad, apa yang telah terjadi? Apa yang sedang engkau perjuangkan dalam hidupmu? Perjuanganmu sudah membuat kami tercerai-berai, bangsa Arab terpecah. Sudah terjadi perpecahan antara ibu, bapak, anak-anak, antara suami dan istri serta berbagai khabilah.”
Tokoh kapitalis itu melanjutkan kata-katanya,”Jika engkau, Muhammad ingin sebuah kemuliaan, akan kami jadikan dirimu sebagai pemimpin utama kami, pimpinan Bangsa Arab. Jika engkau ingin kekuasaan, kami akan angkat dirimu jadi penguasa tunggal di Arabia ini. Jika engkau ingin kekayaan harta, akan kami kumpulkan seluruh harta benda sehingga engkau jadi orang paling kaya di kawasan ini. Kalau dirimu ingin wanita tercantik, akan kami kasih dirimu dengan wanita paling tercantik di Tanah Arab. Singkat kata,” Apa yang dirimu inginkan, wahai Muhammad, akan kami berikan semua. Hanya satu permohonan kami, yaitu hentikanlah dakwahmu, menyebarkan agama Islam itu.
Apa jawaban Sang Nabi? Beliau tersenyum indah dan balik bertanya kepada kapitalis Arab,“Sudahkah engkau sampaikan semua wahai Paman?” Sejenak dia diam, kemudian Sang Nabi membacakan sebuah ayat al-Quran yang sering kita baca dan dengar di majelis pengajian. Ahli diplomasi handal Arabia itu tertegun, mendengar bacaan indah Sang Nabi, dia takjub. Dia tak bisa berkata apa-apa lagi kepada Sang Nabi, operasi diplomasinya gagal untuk menggetarkan hati Muhammad Sang Nabi. Putra Sayyidina Abdullah terlalu kuat untuk dinego dengan apapun, harta, tahta dan nama. Kapitalis Arab itu ngacir dengan segala kegagalannya melobi, padahal ia adalah pelobi kelas wahid.
Pendekatan iming-iming dan negosiasi tak mampu menaklukan jiwa Sang Nabi yang terbakar api Tauhid. Sebaliknya, pelobi itu menceritakan apa yang didengar olehnya dari ucapan Muhammad Sang Nabi. Kata-kata yang baru ia dengar adalah kata-kata yang baik, indah, agung dan takkan ada yang mampu menandingi kata-kata indah Muhammad. Demikian kisahnya bro!.
Bagaimana dengan kita sebagai umatnya? Bagaimana dengan pemimpin negeri dan politikus saat ini? Seperti kata Bung Karno,” apa kau tahu bahwa menjadi seorang politikus itu tidak mudah! Apalagi kalau kau mau jadi politikus yang berpegang teguh pada kepentingan rakyat”. Kita harus mengakui bahwa kita telah melakukan kesalahan besar yang takkan diampuni oleh sejarah. Mengorbankan Islam kita demi mengejar dunia. Dunia adalah nomor satu, kita adalah pecinta dunia jauh dari teladan Muhammad Sang Nabi. Beliau tak gentar dengan godaan dan jilatan kenikmatan dunia, harta, tahta dan nama.
Kelak beliau, manusia terbaik yang dilobi dengan kadar sangat tinggi itu menyampaikan pemikiran dan buah pikirannya. Perjuangan yang jadi obat mujarab bagi semua penyakit yang diderita manusia masa lalu, masa kini dan masa depan. Di era pandemi saat ini, waktu yang tepat untuk merenungi dan mengamalkannya.
Sabda-sabanya jadi penebar rahmat bagi seluruh alam semesta, menyempurnakan akhlak manusia yang tengelam dalam rawa-rawa syahwat. Ucapan dan jejak langkahnya adalah satu dan menyatu. Sebagaimana warisan terpenting dari tokoh pergerakan republik, Tirto Adhie Soeryo,” pikiran, tulisan, ucapan dan tindakan, yang saling terkonfirmasi, tidak saling mengkhianati”.
Menjadi pecinta Muhammad Sang Nabi adalah juga sebuah ujian dan cobaan. Akankah tergoda oleh pesona dunia? Atau memaki-maki kekurangan zaman abad 21? Ataukah akan tetap melawan situasi dunia yang penuh tipu-daya, banjir konsumerisme era digital? Ataukah berdiri tegak dan tersenyum sebagaimana akhlak baik Nabi Muhammad saw meruntuhkan kesombongan kapitalis Arabia wa ashabihi ajmain.
Manusia Terkeren
Jika kita membaca karya Michael Hart, penulis Barat yang berjudul The Hundred, maka kita mendapatkan urutan daftar tokoh-tokoh yang berjumlah seratus sebagai manusia besar dan keren, yang punya pengaruh besar dalam panggung sejarah. Hart, adalah penulis dari keluarga Kristen dan punya background pendidikan yang memadai, tapi yang menarik dalam daftar tokoh di bukunya itu, nama Yesus Kristus tidak menempati nomor satu, justru Muhammad. Ia punya prinsip yang diyakini dalam semua hal dalam pendekatan apapun, nama yang istimewa daripada yang lainnya yakni Muhammad Sang Nabi.
Sang Nabi baginya adalah sosok manusia yang masuk gelanggang sejarah “sukses dalam bidang keagamaan maupun dunia dengan sangat menggagumkan”. Bahkan pakar sejarah dari kerajaan Inggris, Thomas Caryle namanya yang sering dikutip Bung Karno, mengatakan bahwa Muhammad adalah tokoh kemanusiaan yang sangat terkemuka di jagat raya. “Muhammad adalah pahlawan para nabi, the great man,” katanya dia om and tante.
Sang Nabi tampil perkasa, beredar dengan cinta. Masyarakat Mekkah yang tidak dilihat dalam radar geopolitik dunia waktu itu, kawasan yang sangat terbelakang dan dusun purba. Berdiri, bangkit, dan membangkitkan dirinya untuk melepaskan kaumnya dari masalah ketuhanan yang spesial dan melepaskan belenggu cinta dunia. Beliau adalah filsuf radikal dan biangnya aktivis revolusioner, tapi bukan anarko.
Pahamilah tulisan pakar-pakar Islam di negeri Barat yang menjelaskan kehidupan Sang nabi secara apik, salah satunya adalah Prof. Philip K. Hitti,” Muhammad terlahir dalam sorotan sejarah seutuhnya”. Sang Nabi melakukan sebuah revolusi sampai detik ini, abadi dalam keabadian, dalam sejarah.
Sang Nabi meniti hari demi hari, waktu demi waktu, tahun demi tahun selama 63 tahun. Perjalanan lintas ruang dan waktu dilaluinya dengan penuh pesona yang membikin decak kagum, mencengangkan akal dan menggairahkan kalbu. Membangkitkan jiwa menuju kecintaan terhadap sesama, keluarga dan negara. Menggerakkan sabda-sabdanya.
Sejak kelahirannya hingga detik-detik wafatnya, kehidupannya terangkai dalam rentetan peristiwa yang sangat indah, mendebarkan, bersinar terang dengan fitrah yang diciptakan secara sempurna oleh Sang pencipta. Kehidupannya menjadi suri tauladan bagi seluruh manusia dan jadi bintang penuntun, a star is born. Menjadi cahaya kekinian bagi segenap anak-anak manusia di zaman kemarahan (the age of anger) yang melanda di Amerika, Timur-Tengah, India sampai Indonesia.
Khatimah
Akhirnya, dengan rasa bahagia dan ridha terhadap apa pun yang ditakdirkan Tuhan, melewati lorong gelap kehidupan, umatnya selalu gemetar setiap berdiri tegak di gerbang labirin tahun demi tahun. Cemas dari hari ke hari yang berganti, kini yang dilanda wabah. Tetapi jika ingat tangan lembutmu Sang Nabi, selalu menggapai setiap manusia yang bermaksiat dan tersesat jauh. Setiap memandang pameran akbar dunia, pecintamu sangat takut kehilangan senyumanmu duhai Sang Nabi. Senyuman manis Sang Nabi adalah segalanya bagi penghuni langit dan bumi. Tak ada yang penting selain dirimu, Sang Nabi.
Senandung rindu hanya kepadamu Sang Nabi, seperti halnya dahulu Nabi Adam dan Nabi Yusuf as berdo’a waktu memohon pertolongan cinta Tuhannya. Engkau tersenyum manis ketika ada yang menggerakkan shalawat, untukmu dan keluarga sucimu, saat ummat berlumuran dosa-dosa setiap detik-detiknya; Ya Rasulullah, Khud Biyadi.
Ala kulli hal, selama bertahun-tahun, banyak hamba mencari harum semerbak wujudmu. Karena engkau adalah rahmat Allah Ta’ala yang berwujud. Melacak, menelesuri kisahmu Duhai Rasulullah Saw di antara berbagai kisah, cerita, legenda dan jalan hidupmu. Kadang-kadang, jutaan hamba terisak tangis mengharu-biru dan terkadang hancur, remuk redam oleh penyesalan dan kejahilan selama ini.
Sang Nabi, engkau adalah panutan dan inspirasi kehidupan. Kala manusia menjalani laku di antara beton-beton kota dunia yang perkasa. Mengarungi samudra jiwa yang membara di tengah gemerlap perhiasan dunia yang menyiksa. Memburu nafsu terbesar kita sebagai manusia: harta, tahta dan nama. Pernak-pernik dunia yang saat ini jujur kita perebutkan. Menggengam dunia.
Setelah semua itu, ingin sekali pecintamu bersimpuh di depan pusaramu, Sang nabi, mendekat beberapa meter dari pemakaman yang terang oleh terik syahdu matahari. Inilah umatmu yang hina penuh dosa, lalai, tertidur, durhaka, fakir dan yatim, mendambamu, syafa’atmu; Cintamu Ya Rasulullah SAW kekasih Allah Ta’ala.
Di hati dan pikiran tertancap, sesungguhnya Engkau Ya Rasulullah SAW selalu terjaga dan kami yang tidur di atas ranjang kelalaian dan kebodohan. Engkau masih terus terjaga mengkhawatirkan manusia menghadapi banjir bandang jahiliah abad ke-21. Duhai kekasih, bimbing kami keluar dari malam kebodohan menuju fajar cinta pengetahuan. Tuntunlah tangan kami, dan ajari kami bagaimana cara hidup dan mati. Pancarkan sinar surya Mu kepada kami dan cairkan keegoisan kami Ya Rasulullah. Shalawat dan salam semoga dicurahkan kepada Engkau, Junjungan kami Baginda Nabi Muhammad Saw.
Assalamu’alaika Ya Rasulullah, Assalamu’alaika Ya Habiballah, Assalamu’alaika Ya Imamurrahmah, Ya Sayyidana wa Maulaanaa, Inna tawajjahna was tasyfa’naa. watawassalna bika ilallaah, Waqaddamnaaka baina yadai Haajaatina. Ya Wajihan ‘indallah, isyfa’lanaa ‘indallah Ya Rasulullah isyfa’lanaa, Ya Rasulullah isyfa’lana.
Sebagaimana harapan musisi bernama Astrid dalam lagu Tentang Rasa, mewakili semua yang ngaku-ngaku umatmu, duhai Sang Nabi. Sebuah pengakuan; Aku tersesat menuju hatimu, beri aku jalan yang indah. Cinta kita kekal abadi, sesampainya akhir nanti, selamanya.
Demikian, Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.
Tak terasa ada kehangatan jiwa,
ada binar cinta.
Mengenang Maulidmu, dalam singgasana akal dan kalbu.
Ambyarr secangkir kopi di senja hari.
Srupuut!
Shollu alannabiy.[]