Krisis Akhlak al-Karimah di Kalangan Remaja

KolomKrisis Akhlak al-Karimah di Kalangan Remaja

Kemarin, 29 September 2020, aksi vandalisme oleh anak berusia 18 tahun terjadi di Mushalla Darussalam, kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang, Banten. Warga digegerkan dengan kerusakan, coretan dan tulisan-tulisan berbunyi ‘Saya Kafir’, ‘anti-khilafah’, dan ‘anti-Islam’ di al-Quran, sajadah, lantai, dinding, serta papan tulis Mushalla. Krisis akhlak al-karimah remaja jelas terpampang di depan mata, lalu bagaimana cara kita mengatasinya?

Kejadian di Perumahan Villa Tangerang Elok tersebut diketahui warga saat pengurus Mushalla hendak mengumandangkan adzan ashar. Dilansir dari media online CNN Indonesia (30/09/2020), AKP Fikry Ardiansyah menyatakan, pelaku berinisial S, kerap belajar agama lewat aplikasi agama dan youtube. Ia diduga terpapar suatu aliran yang didapatkannya lewat daring.

Peristiwa tersebut menunjukkan, belajar agama sembarangan tanpa bimbingan seorang ahli agama atau ustadz ‘ramah’ secara langsung, dapat mengakibatkan kesalahpahaman akan ajaran agama. Tulisan-tulisan yang dicoretnya di pelbagai fasilitas Mushalla membuktikan kesalahpahamannya, bahwa menurutnya Islam hanya tentang khilafah dan kekafiran.

Akhlak adalah salah satu hal yang diajarkan agama-agama. Bahkan, moralis yang tidak beragama sekalipun mengakui pentingnya akhlak. Nabi Muhammad SAW berpesan, “sesungguhnya sebagian dari apa yang telah dikenal orang dari perkataan kenabian yang pertama adalah ‘bila engkau tidak malu, maka lakukan apa yang engkau inginkan.” (HR Bukhari)

Hadist yang disampaikan oleh sahabat Nabi, Abu Mas’ud Uqbah al-Anshari di atas begitu penting bagi setiap Muslim, sebab Rasulullah SAW mengingatkan malu sebagai sifat dasar manusia atau sifat bersandarnya akhlak. Suatu waktu Prof. Quraish Shihab (2020) menyampaikan, semua agama menyepakati pentingnya memelihara amanat, menghormati orang tua, dan menegakkan keadilan, dengan menumbuhkan rasa malu melanggar, malu melakukan keburukan, dan malu mempermalukan orang lain.

Baca Juga  Pemikiran Ibnu Khaldun: Tujuh Kesalahan Sejarawan (Bagian 2)

Ajaran Islam sangat menekankan akhlak al-karimah. Sampai Nabi Muhammad SAW bersabda, “aku tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak”. Maka dari itu, Islam adalah akhlak, tidak tepat jika umat Muslim mengutamakan perjuangan politik berlandaskan Islam, sebab akhlak manusia adalah hal pokok yang hendaknya diperbaiki dan diperjuangkan di masa sekarang.

Akhlak banyak macamnya, tidak hanya pada satu aspek. Pandangan yang mengatakan ‘jika seseorang hidup sendirian maka ia tidak butuh akhlak’ itu keliru, karena walaupun sendirian, kita tetap memerlukan akhlak. Akhlak terhadap lingkungan, akhlak terhadap waktu, serta akhlak terhadap diri sendiri.

Bahkan, baik tidaknya akhlak dapat memengaruhi kepercayaan seseorang terhadapnya. Orang yang merefleksikan akhlak yang baik dipercaya dan didengarkan perkataannya. Sebaliknya, orang yang akhlaknya buruk cenderung ditinggalkan dan tidak dianggap perkataannya. Kasus ini di dalam ilmu hadist dikenal dengan ilmu rijal al-hadist. Akhlak perawi (sebutan bagi orang yang menceritakan hadist) menjadi tolak ukur diterima atau tidaknya hadist yang disampaikannya.

Oleh sebab itu, jika akhlak al-karimah merasuk ke dalam jiwa dan perilaku remaja, maka dapat dipastikan remaja mampu meningkatkan peradaban generasi selanjutnya. Memahamkan ajaran agama yang sesungguhnya, menghapuskan krisis akhlakul karimah pada remaja.

Artikel Populer
Artikel Terkait