Memahami Fenomena Habib

KolomMemahami Fenomena Habib

Peristiwa habib yang terjadi dikalangan masyarakat, memang sedang menjamur. Ada yang menjadi perbincangan karena akhlaknya. Adapula membicarakan karena kasus kontroversialnya dalam memahami peristiwa di Indonesia.

Sebab itu, memahami habib dikalangan masyarakat masih banyak yang keliru. Kata habib, sayyid, syarif, dzuriyyat ataupun ahlulbait, merupakan beberapa istilah yang melekat kepada keturunan Rasulallah SAW, baik dari jalur sayyidina Husen atau jalur sayyidina Hasan. Namun, dari beberapa istilah diatas, kata ‘’habib’’ menjadi panggilan umum di Indonesia untuk para keturunan Rasulallah.

Organisasi pencatat keturunan Nabi Muhammad Saw di Indonesia, Rabithah Alawiyah, menilai, masih banyak masyarakat salah kaprah dalam menyebut habib. Sayyid Zen Umar bin Smith, selaku ketua umum Rabithah Alawiyah, menyatakan, habib itu mempunyai arti keturunan Nabi yang dicintai, tapi tidak setiap keturunan Nabi bisa disebut habib.

Menyikapi perkataan ketua umum Rabithah Alawiyah, bahwa habib itu adalah keturunan nabi yang dicintai. Dakwahnya para habaib (jamak dari kata habib) sangat menyejukkan, menentramkan dan selalu penuh pesan yang menggembirakan. Sesuai dengan metode dakwah yang diajarkan oleh Nabi “Mudahkanlah setiap urusan dan janganlah kamu mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan kamu membuatnya lari, dan bersatu padulah” (Shohih Bukhor, No,69).

Dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabir, karangan At-Thabrani, dari Ibnu ‘Abbas RA berkata: Ketika turun ayat (QS.42:23) Para sahabat bertanya: wahai Rasulallah, siapakah keluargamu yang wajib kita cintai untuk mereka? Beliau menjawab: “Ali, Fatimah, dan kedua putra mereka”.

Mencintai habib sebuah kewajiban, dengan mencintai mereka sama halnya kita mencintai Rasulallah SAW. Kecintaan menjadi hal utama dalam dakwah para habib di Indonesia. Sehingga bisa kita temui, begitu cintanya habib terhadap Indonesia. Para habib di Indonesia sangat menjalankan dan mengaplikasikan cara dakwahnya Nabi Muhammad SAW. Itu bisa terlihat bagaimana para habib di Indonesia dakwahnya bisa diterima dikalangan masyarakat. Denga dakwah yang begitu ramah, sejuk dan damai. Akhlak menjadi pondasi utama dikalangan para habib. Seperti almarhum Habib Munzir bin Fuad al-Musawa, Habib Jindan, Habib Luthfi bin Yahya. Mereka adalah contoh dengan metode dakwahnya yang lemah lembut, penuturan katanya sangat menyejukkan dan banyak dicintai masyarakat.

Baca Juga  Puasa, Saleh Ritual dan Saleh Sosial

Sangat disayangkan jika ada keturunan Rasulallah SAW berbeda dalam metode dakwahnya. Menebar kemarahan, caci makian, saling menghujat dan membuat keonaran di tengah masyarakat. Fenomena yang sedang menerpa para habib, kita harus cerdas dalam menyikapinya.

Secara keturunan, habib wajib kita cintai karena ada darah Nabi Muhammad SAW yang mengalir di dalam dirinya. Namun, jika ada sikap para habib menyeleweng dari ajaran para datuknya, wajib bagi kita untuk menegur dan tidak mengikutinya.Sebab, memahami al-Quran dan Hadis, tidak bisa terlepas dari menggunakan akal sehat kita. Jika ada seorang pendakwah, baik itu habib, kyai dan penceramah lainnya, menggunakan dalil al-Quran dan Hadis, namun bertentangan dengan akal dan hati kita, perlu adanya kehati-hatian dalam memahami dan menjalankannya. Jangan sampai kefanatikan kita terhadap sesuatu, menutup semua kebenaran yang lain.

Oleh: Asep Supandi

Artikel Populer
Artikel Terkait