Ngaji Maraqi Al-‘Ubudiyah: Menjaga Lisan (Bagian 2)

KhazanahNgaji Maraqi Al-‘Ubudiyah: Menjaga Lisan (Bagian 2)

ISLAMRAMAH.CO, Berusahalah sekuat tenaga untuk menjaga lisanmu agar tidak menjerumuskanmu ke dalam dasar neraka Jahannam. Dalam sebuah hadis disebutkan, seseorang telah mengucapkan perkataan yang membuat teman-temannya tertawa. Kemudian ia dijerumuskan ke dalam neraka jahannam selama 70 tahun karena di dalam perkatannya terdapat dosa-dosa yang dilalaikan, dan ia tidak bertobat darinya.

Adapun maksud “perkataan” dalam hadis itu adalah perkataan yang menyakiti seorang Muslim hingga membuat teman-temannya tertawa, bukan sekedar bercanda yang diperbolehkan. Sedangkan maksud dari “70 tahun” dalam hadis tersebut untuk menunjukkan waktu yang sangat lama, bukan pembatasan waktu. Demikianlah keterangan yang dinukil al-‘Azizi dari al-Manawi.

Syahdan, ada seorang yang gugur sebagai syahid dalam perang ‘Uhud, lalu di perut orang itu ditemukan sebuah batu untuk menahan rasa lapar. Kemudian Ummul Fadhl mengusap debu yang melekat di wajah orang itu sembari berkata, “Sungguh beruntung ia masuk surga.” Rasulullah Saw menjawab, “Dari mana engkau tahu? Barangkali ia pernah membicarakan sesuatu yang tidak perlu baginya atau kikir dengan apa-apa yang perlu baginya.” Artinya, membicarakan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhiratnya, atau membicarakan sesuatu yang mendatangkan keburukan dan petaka baginya. Begitulah yang disebutkan dalam kitab asy-Syifa’.

Salah seorang ulama berkata, “Perkataan itu ada empat macam; ada yang bermanfaat, ada yang menimbulkan mudarat, ada yang menimbulkan manfaat dan mudarat, dan ada yang tidak menimbulkan keduanya. Adapun yang menimbulkan mudarat, atau yang menimbulkan mudarat dan manfaat sekaligus, harus ditinggalkan. Sedangkan yang tidak menimbulkan manfaat maupun tidak menimbulkan mudarat, maka itu adalah perkataan yang sia-sia, dan suatu kerugian bila diucapkan.

Oleh sebab itu, yang tersisa adalah satu macam perkataan yang bermanfaat sekaligus menggugurkan tiga macam perkataan lainnya. Walaupun demikian, perkataan yang bermanfaat ini juga memiliki mudarat jika disertai dosa, seperti riya, kepura-puraan, dan lain sebagainya. Luqman berkata kepada puteranya, “Andaikata bicara itu perak, maka diam adalah emas.” Ibnu Mubarak menjelaskan maksud perkataan Luqman bahwa seandainya berbicara dalam menaati perintah Allah itu adalah perak, maka berdiam diri dari mendurhakaiNya adalah emas.”

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.