Kiai Kholil Bangkalan Meneriaki Kiai Wahab Chasbullah Macan

KhazanahHikmahKiai Kholil Bangkalan Meneriaki Kiai Wahab Chasbullah Macan

ISLAMRAMAH.CO, Hampir seluruh santri Kiai Kholil Bangkalan kelak menjadi ulama-ulama besar yang tersebar di berbagai penjuru nusantara, bahkan dunia. Hal itu karena Kiai Kholil Bangkalan, memiliki syarat dan ujian yang cukup berat bagi siapapun yang hendak menjadi santrinya.

Pernah suatu ketika, setelah pengajian rutin pondok pesantren selesai, Kiai Kholil mengumungkan kepada para santri bahwa akan ada seekor macan besar yang akan datang. Oleh karena itu, para santri harus waspada dan penjagaan pondok diperketat. Para santri pun percaya terhadap pesan sang Kiai. Apalagi, di sebelah timur Kabupaten Bangkalan, terdapat hutan yang luas dan merupakan sarang binatang buas.

Dengan kewaspadaan yang maksimal, para santri berjaga-jaga setiap hari, bahkan ketika malam hari penjagaan semakin diperketat. Mereka tampak begitu waspada dan siap menyambut kedatangan seeokor macan itu. Berhari-hari para santri menunggu, seeokor macan itu belum juga datang. Meskipun demikian, sebagai bentuk ketaatan kepada sang Kiai, para santri tetap waspada penuh untuk mengantisipasi kedatangan macan yang tak terduga.

Sampailah pada minggu ketiga, seorang pemuda kurus dengan menenteng kopor besar datang di komplek pesantren. Pemuda itu mengucapkan salam, dan ketika Kiai Kholil membuka pintu rumahnya untuk melihat siapa yang datang, tiba-toba Kiai Kholil berteriak, “macannya datang, macannya datang!” Para santri pun bergegas menuju kediaman Kiai Kholil sambil membawa apapun yang bisa dibawa, seperti pacul, sabit, celurit, pisau, panci, tongkat dan lain-lain.

Menyaksikan wajah para santri yang garang dan sangar, seorang pemuda itu merasa takut, wajahnya pucat. Merasa dirinya terancam ia bergegas meninggalkan tempat itu dan lari pontang-panting. Keesokan harinya pemuda itu kembali datang, lagi-lagi Kiai Kholil menyambut kedatangan pemuda itu dengan teriakan, “macannya datang, macannya datang!” Para santri pun datang beramai-ramai dan pemuda itu lari terbirit-birit.

Baca Juga  Tokoh Intelektual NU: Pemikiran Moderat NU Harus Mendunia

Karena didorong oleh tekad yang besar dan keinginan yang kuat untuk menjadi santri Kiai Kholil, ia tetap memberanikan diri datang ke pesantren. Kali ini ia datang tengah malam. Ia menyelinap menuju surau, dan tampaknya pemuda itu kecapekan sampai tertidur di bawah kentongan. Kiai Kholil yang mengetahui pemuda itu tertidur, segera beranjak membangunkannya dan mengajaknya ke rumah.

Kiai Kholil merasa pemuda itu memiliki tekad dan keinginan yang kuat untuk menjadi santrinya. Maka, tidak ada alasan lain kecuali Kiai Kholil menerima pemuda itu untuk belajar di pesantren yang ia bina. Pemuda itu pun tampak lega dan bergegas menuju salah satu bilik pondok.

Pemuda itu kelak setelah dewasa menjadi ulama besar yang disegani oleh ulama-ulama Nusantara. Ia adalah Kiai Wahab Chasbullah, salah satu pendiri organisasi terbesar di Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama. Ia dikenal sebagai ulama yang cerdas, politikus andal, pembaharu Islam, dan singa podium.

Atas kontribusi besar Kiai Wahab Chasbullah terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia dan perjuangannya melawan penjajah, Presiden Jokowi pun memberi gelar Kiai Wahab sebagai pahlawan nasional.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.