Ngaji Maraqi Al-‘Ubudiyah: Pujian Kepada Allah dan Nabi Muhammad

KhazanahNgaji Maraqi Al-‘Ubudiyah: Pujian Kepada Allah dan Nabi Muhammad

ISLAMRAMAH.CO, Asy-Syaikh al-Imam al-‘Alim al-‘Allamah Hujjatul Islam, yang menjadi berkah bagi umat manusia, Zainuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali At-Thusi lahir di wilayah Thus (Khurasa, Iran), pada tahun 450 H. Di kota itu pula beliau wafat pada subuh, hari Senin, tanggal 14 Jumadal Akhir tahun 550 H, dalam usia 55 tahun. Nisbah beliau yaitu al-Ghazali –dibaca tanpa tasydid- dari kata ghazala, sebuah perkampungan di wilayah Thus; semoga Allah Swt menyucikan ruhnya dan menerangi kuburnya, Amin.

Al-Ghazali berkata, “Alhamdulillah”, segala puji meliputi pula yang dipanjatkan para malaikat pembawa ‘Arsy, para malaikat pembawa Kursi, dan pujian yang dipanjatkan oleh segenap penghuni langit. Demikian pula segala puji yang dipanjatkan para nabi semenjak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad Saw, dan segala puji yang dipanjatkan para wali dari golongan ulama serta pujian dari segenap makhluk.

“….dengan sebenar-sebenar pujian” atau pujian yang bersifat umum. Adapun untuk pujian yang terperinci maka tidak ada satu pun makhluk yang sanggup melakukannya.

Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada makhluk Allah yang paling mulia, Muhammad Saw, utusan Allah kepada seluruh makhluk; dia adalah hambaNya, sang pemilik derajat tertinggi (shahibul manaqib).

Al-Bahr al-Basith, seorang penyair pernah mengungkapkan puisi mengenai Rasulullah Saw dengan struktur atau gaya Bahr al-Basith:

Nabi Muhammad tidak pernah bermimpi junub, tidak pula pernah menguap selama hidupnya, binatang-binatang pun tidak lari menjauh darinya, dan seekor lalat tak pernah hinggap di tubuhnya yang indah, yang ada di belakang tampak nyata seperti di hadapannya, tiada pernah terlihat bekas air seni yang dikeluarkannya, meski matanya terpejam namun hatinya selalu terjaga, orang berakal tiada melihat bayangannya di bawah cahaya sang surya.

Pundaknya tampak lebih tinggi dari pundak kaumnya saat duduk bersama, ketahuilah saat terlahir ia sudah dalam keadaan dikhitan, perhatikanlah berbagai keistimewaan ini, engkau akan aman dari bahaya api, para pencuri, dan fitnah kehidupan, dan semoga dilimpahkan pula kepada para Ahlul Bait dan para sahabat yang datang sesudah beliau, ‘Amma ba’du

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.