Buya Arrazy Hasyim: Meningkatkan Level Syukur

BeritaBuya Arrazy Hasyim: Meningkatkan Level Syukur

Segala yang kita miliki tak lepas dari campur tangan Allah. Kesehatan, harta kekayaan, anggota badan yang utuh, keluarga yang menyenangkan, teman yang setia, dan sebagainya merupakan karunia Tuhan. Sebagai imbalannya, kita harus bersyukur. Selagi bersyukur, Allah akan menambah karunia nikmat-Nya. Karena itu, rasa syukur adalah pengikat nikmat.

Dalam kajian kitab al-Hikam yang saya ikuti tempo hari, Buya menjelaskan macam-macam syukur. “Syukur itu ada dua jenis. Yaitu syukru al-ni’mah dan syukru al-mun’im”, jelas Buya. Pertama, syukur nikmat. Yakni sebagaimana umumnya rasa syukur ketika seseorang mendapat nikmat. Biasanya bertumpu pada ayat yang menjanjikan lipatan nikmat bagi orang yang bersyukur. Menurut Buya, karakter jenis ini cenderung ‘materialistis’, karena seseorang bersyukur agar ditambah nikmatnya.

Tentu hal tersebut tidak salah. Namun, Buya mengajak kita untuk beranjak menuju level syukur yang lebih tinggi, yaitu syukru al-mun’im. Yang berarti kita harus bersyukur karena memang Allah layak disyukuri. Kita berterimakasih pada yang memberi karunia. Dia Maha Pemberi dan Maha Kasih. Pada level ini, rasa syukur kita tak terkesan transaksional. Tidak hanya memandang nikmat, tapi juga Sang Pemberi.

Buya memberikan sebuah analogi. Apabila kita diberi barang oleh orang yang kita cintai, sesederhana apapun itu pasti akan berkesan dan kita jaga. Demikian halnya, ketika berhasil menjadikan Allah sebagai pusat perhatian dan cinta, maka sekecil apapun nikmat yang Dia berikan akan sangat terasa nikmatnya. Karena yang memberi adalah Yang Terkasih. Syukru al-mun’im akan mengantarkan kita pada kesadaran Ilahiah. Menganggap-Nya sebagai Maha Pemberi adalah cara terbaik untuk membalas karunia Tuhan. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.