Puluhan ribu anak Indonesia menjadi yatim karena pandemi. Anak yang ditinggal wafat orang tua sebelum usia balig ini tentu butuh pertolongan dan kasih sayang. Kehilangan figur ayah atau ibu membuat mereka tak berdaya dan rentan terperdaya. Sebab itu, mereka adalah golongan yang mendapat perhatian khusus dari Rasulullah SAW. Sebagaimana diketahui, Nabi amat mencintai orang-orang lemah dan terpinggirkan. Setumpuk kemuliaan menanti orang yang berbesar hati mengasuh mereka.
عن سهل بن سعد رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أنا وكافل اليتيم في الجنة هكذا وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئا (رواه البخاري)
Dari Sahl bin Sa’d radiyallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kafilu al-yatim) berada di surga seperti ini”. Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah, lalu beliau membuka sesuatu di antara keduanya. (HR. Bukhari).
Dalam wasiat tersebut Nabi mengisyaratkan agar kita memperhatikan anak yatim, mengasuh dan berbuat baik pada mereka, serta bertanggung jawab atas urusannya. Rasulullah SAW menekankan hal-hal tersebut karena keadaan mereka yang lemah. Kuatnya anjuran ini berbanding lurus dengan besarnya balasan yang akan diperoleh pengasuh yatim. Kemuliaan agung menantinya, yaitu kedekatan dengan Rasulullah kelak di surga yang digambarkan dengan posisi jari telunjuk dan jari tengah.
Al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitabnya Fath al-Bari Syarhu Shahih al-Bukhari mengutip perkataan Ibnu Bathal, bahwa orang yang mendengar hadis ini berhak mengamalkannya agar bisa menjadi teman Nabi Muhammad SAW di surga. Karena tidak ada kedudukan di akhirat yang lebih utama daripada dekat dengan Nabi.
Ibnu Hajar menambahkan, mengutip dari pensyarah al-Tirmidzi. Bahwa, bisa jadi hikmah dari masuk surganya pengasuh yatim, atau kedudukannya di surga dekat dengan Rasulullah adalah diibaratkan pada status Nabi sendiri yang merupakan utusan. Beliau diutus kepada suatu kaum yang tak tahu urusan agama, sehingga beliau didaulat sebagai pengasuh (kafil) kaum tersebut, menjadi pengajar dan penunjuk arah bagi mereka.
Demikian halnya seorang pengasuh anak yatim, tugas mereka adalah mengurus dan mengajari anak-anak yang belum tahu urusan agamanya, atau bahkan belum mengerti perkara duniawi dan cara hidup di tengah realitas sosial. Untuk itu, tugas seorang pengasuh adalah mengajari urusan agama dan duniawi, serta mendidik akhlak mereka. Dari sini nampak kesesuaian antara tugas Nabi dan seorang pengasuh yatim yang menyebabkan keduanya bisa berdekatan di surga nanti.
Ganjaran kemulian bagi penyantun anak yatim juga tergambar dari hadis lain yang menyatakan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa di antara Muslim yang menanggung kebutuhan makan dan minum anak yatim hingga tercukupi (mandiri), maka wajib baginya surga. (HR. Ahmad). Balasan surga kembali terekam dalam hadis Nabi bagi orang yang mau mengurus anak yatim.
Berbuat baik kepada anak-anak yatim adalah perintah syariat. Tertera dalam al-Quran penggalan surat An-Nisa’ [4]: 36 yang berbunyi, Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin…
Anak-anak yatim adalah tanggung jawab kita bersama. Jangan sekali-kali menzalimi mereka, karena itu adalah dosa besar (An-Nisa’ [4]: 2). Mengurus anak yatim ibarat jembatan yang akan mengantarkan seseorang pada derajat kemuliaan, berupa kedekatan dengan Rasulullah di surga-Nya.
Masih banyak teks syariat yang mengafirmasi keutamaan mengasuh anak yatim. Lebih dari itu, bulan Muharram yang sebentar lagi tiba, adalah waktu utama untuk memuliakan mereka. Mengetahui hal ini, semoga semakin banyak yang menaruh perhatian dan tergerak membantu anak-anak malang tersebut, terlebih di situasi pandemi seperti sekarang. Wallahu a’lam. []