Keistimewaan Doa

KolomKeistimewaan Doa

Gelaran doa bersama dan istighosah virtual untuk keselamatan bangsa serta umat manusia dari wabah kovid cukup menjamur beberapa waktu terakhir. Sebuah sinyal positif untuk mengimbangi upaya yang bersifat material, fisik, ataupun medis. Olah rohani tidak bisa diabaikan begitu saja dan dieliminir dari kerangka kehidupan manusia, karena dengan berdoa, mengadu kepada Tuhan, kita akan melepaskan segala kecemasan, rasa putus asa, juga ketakutan. Menyerahkan porsi akhir suatu urusan kepada Yang Maha Kuasa akan memberikan kenyamanan batin.

Doa adalah jalur yang bisa diakses manusia untuk berkomunikasi dengan Tuhannya. Tanpa sadar, ruang menghamba itu tersedia di tiap jengkal kehidupan kita. Segala aktivitas mulai dari tidur, makan, bepergian, urusan di toilet, bahkan bercermin, di sana ada doa yang bisa kita panjatkan. Perlu diketahui, arti dari shalat sendiri pun adalah doa. Menunjukkan bahwa Allah selalu ingin diingat setiap waktu dan menjadi tempat bergantung hamba-Nya.

Betapa doa adalah hal istimewa yang amat disukai Allah SWT. Rasulullah SAW pernah menyampaikan bahwa, Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah daripada doa. (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad). Persisnya, menurut al-Mubarakfuri doa adalah ibadah qauliyah (ucapan) yang memiliki kedudukan mulia di sisi-Nya.

Doa merupakan ekspresi pengharapan seorang manusia. Allah SWT senang ketika ada seorang hamba yang berdoa, mengetuk pintu pertolongan-Nya. Kemurahan Allah dalam mengabulkan doa tergambar dari sabda Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa Dia malu jika menolak doa hamba yang memohon kepada-Nya. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah.

Dalam surat Ghafir [40]: 60 Allah pun secara eksplisit menyuruh hamba-Nya untuk menengadah berdoa kepada-Nya. Dan Rabbmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku niscaya akan aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.

Saat seseorang berdoa, berarti ia sedang mengakui setidaknya dua hal, yaitu keagungan Tuhannya dan kerendahan dirinya sendiri. Komunikasi spiritual ini akan menyadarkan betapa lemahnya kita, sedang Allah Maha Segalanya. Menegaskan pula bahwa sombong adalah hak Tuhan semata, bukan manusia. Apabila hak tersebut diambil alih manusia, maka tertera jelas neraka dan kehinaan akan menjadi balasannya.

Ayat di atas juga memerlihatkan jaminan Tuhan bahwa Dia akan menjawab doa hamba-Nya. Didukung pula dengan penggalan ayat yang berbunyi, Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa jika ia berdoa kepada-Ku. (QS. Al-Baqarah [2]: 186).

Baca Juga  Tetap Menuntut Ilmu, Walau Sudah Jadi Guru

Namun demikian, berdoa harus disertai pengharapan penuh dan keyakinan bahwa doa itu akan diterima. Segala harapan akan diijabah apabila didahului dengan rasa yakin. Bagaimana mungkin Tuhan akan mengabulkan suatu permohonan jika masih ada celah keraguan pada hamba-Nya. Bukankah Dia tergantung pada prasangka seorang hamba kepada-Nya? Maka, tiap kita harus berbaik sangka pada Allah bagaimanapun keadaannya, sebagai bentuk adab seorang hamba pada Tuhan.

Tercatat dalam hadis riwayat Al-Hakim, bahwa doa merupakan senjata orang beriman. Disebut senjata karena dengan berdoa, sesiapa yang percaya, bisa mengantongi kebaikan dan terhindar dari marabahaya atas izin Allah. Doa ibarat perangkat yang digunakan untuk melawan musuh dan memanen harapan.

Doa bukan ucapan biasa. Ia mulia karena muatan ibadah ada di dalamnya. Allah suka mendengar rintihan dan keluh kesah hamba kepada-Nya. Adanya pernyataan keimanan dan pengakuan akan kuasa  Allah serta lemahnya manusia, membuat doa menjadi sesuatu yang istimewa.

Jika ditarik pada alasan penciptaan manusia, kita akan menemukan kesesuaian. Bahwa Allah adalah Dzat Maha Segalanya, Dia menciptakan manusia karena ingin dikenal. Allah tidak suka dilupakan, maka diciptakan-Nya tatanan sedemikian rupa agar manusia selalu kembali pada-Nya. Dan doa menjadi ekspresi dari kebergantungan hamba pada Tuhannya.

Selain itu, doa menjadi istimewa karena merupakan wujud rahmat Tuhan pada sang hamba. Suatu bentuk perhatian Tuhan, sebab seorang hamba akan merasa bahwa Allah tahu persis apa yang ia butuhkan. Manusia diberi medium dan perangkat untuk mendekat pada Tuhan serta meminta apapun. Kita cukup bermodal yakin, usaha, dan tidak melanggar aturan-Nya.

Terkadang wujud dikabulkannya doa tidak selalu sesuai dengan kehendak manusia. Namun itulah alternatif terbaik bagi kita menurut pengaturan Allah. Manusia dilarang berputus asa dari rahmat-Nya. Berdoa mengajarkan kita akan optimisme. Sepelik apapun kondisi pandemi saat ini, kita harus bertahan dengan keyakinan terbaik pada Tuhan. Dengan kekuatan doa para hamba-Nya, semoga Allah berkenan segera mengentaskan pandemi Covid-19 ini.

Doa menjadi pertanda tawakalnya manusia pada Allah, sebab orang berdoa berarti sedang meminta pertolongan-Nya dan hanya menyerahkan urusan pada-Nya. Mempercayakan persoalan pada Tuhan merupakan proses menjemput ridha-Nya. Bukan untuk kepentingan Tuhan, tapi doa adalah kebutuhan manusia. Munajat yang dilakukan dengan yakin dan tawaduk akan menanggalkan rasa congkak serta mengundang ketenangan jiwa. Doa akan menghasilkan (placebo effect) atau efek sugesti dalam diri seseorang karena merangsang pikiran dengan harapan kebaikan dan hal-hal yang positif. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait