Amalan Sunnah di Bulan Dzulhijjah

KhazanahAmalan Sunnah di Bulan Dzulhijjah

Kita telah memasuki bulan terakhir dari kalender Hijriah, yaitu Dzulhijjah yang kerap disebut sebagai bulan haji. Bulan ini termasuk dari empat bulan yang dimuliakan; Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, Rajab atau yang dikenal dengan istilah Asyhur al-Hurum. Hari-hari di bulan Dzulhijjah mengandung keistimewaan, terutama pada sepuluh hari pertamanya. Allah SWT amat menyukai amal saleh yang dilakukan pada hari-hari ini. Maka dari itu, terdapat sejumlah amalan yang sangat dianjurkan untuk ditunaikan pada waktu-waktu tersebut.

Keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijjah dapat dibaca dari sabda Nabi yang diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin ‘Abbas, beliau bersabda, Tidak ada satu hari yang lebih dicintai Allah SWT untuk diisi dengan amal saleh sebagaimana (kesukaan-Nya) pada hari-hari ini, yakni sepuluh hari pertama dari Dzulhijjah. Mereka (para sahabat) bertanya,”Tidak pula jihad, wahai Rasul?” Rasulullah menjawab, “Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar berjihad dengan jiwa dan hartanya, dan ia tidak kembali dengan sesuatu apapun”. (HR. Bukhari).

Karena Dzulhijjah adalah momen istimewa, maka amal saleh di dalamnya menjadi lebih utama. Pertama, puasa merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan untuk dijalani pada tanggal satu hingga sembilan Dzulhijjah. Mengacu pada hadis yang menyatakan bahwa, “Rasulullah SAW biasa berpuasa pada sembilan hari pertama Dzulhijjah, di hari Asyura (10 Muharram), puasa pada tiga hari setiap bulannya, dan awal bulan di hari Senin serta Kamis.” (HR. Abu Dawud).

Lebih spesifik lagi, puasa yang ditekankan adalah puasa Tarwiyah di hari ke-8 dan puasa Arafah yang jatuh pada 9 Dzulhijjah. Terdapat hadis khusus terkait keutamaan puasa Arafah. Abu Qatadah berkata, Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, kemudian beliau menjawab, bahwa puasa tersebut melebur dosa satu tahun yang telah berlalu dan yang akan datang. (HR. Muslim).

Lebih dari itu, ibadah puasa sendiri sangat spesial di sisi Allah, sebab puasa hanya untuk-Nya dan Dia langsung yang akan memberi balasannya. Hal ini mengisyaratkan, bahwa puasa pada sembilan hari pertama Dzulhijjah akan menuai keutamaan berlipat.

Kedua, pada kesempatan emas ini, kita didorong untuk memperbanyak zikir. Berzikir merupakan medium untuk mengunjungi ingatan akan Tuhan dan kuasa-Nya. Sebab, telah menjadi kesepahaman bersama bahwa manusia adalah tempat lalai dan lupa, tak terkecuali pada Tuhannya. Al-Quran menyebutkan, Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan. (QS. Al-An’am [6]: 28). Mayoritas ulama memahami kalimat “hari-hari yang telah ditentukan” ialah tanggal pertama hingga ke sepuluh Dzulhijjah.

Baca Juga  Bagaimana Shalat Rasulullah Sebelum Isra’ Mi’raj

Nabi SAW sendiri menyatakan, Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari-hari ini (sepuluh hari pertama Dzulhijjah), karenanya, perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid. (HR.Ahmad).

Ketiga, dalam bulan Dzulhijjah, umat Muslim disunnahkan untuk berkurban selagi mampu. Sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Kautsar [108]: 2, Maka kerjakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah. Ibadah ini adalah warisan agung yang dikisahkan oleh Nabi Ibrahim as dan putranya, Nabi Ismail as. Dari sana kita diperlihatkan unggulnya kualitas tauhid Ibrahim dan Ismail. Kepercayaan dan kesetiaan keduanya terhadap Tuhan diuji dengan tantangan yang pelik, yakni mengorbankan sang putra tercinta, padahal kelahirannya telah dinantikan Ibrahim sejak lama.

Peristiwa ini mengajarkan kepasrahan utuh dan tulus pada Tuhan. Manusia harus berperang untuk merdeka dari belenggu cinta pada makhluk yang berpotensi melemahkan iman. Yang dalam konteks ini, Ismail adalah titik terlemah Ibrahim, maka Allah menjadikannya sebagai medium ujian ketaatan. Sebab kecintaan dan pengabdian pada Allah adalah yang mutlak dan harus diutamakan.

Selain itu, dari kacamata sosial, ibadah kurban adalah kata lain dari bersedekah, dengan menyembelih hewan ternak, seperti kambing, unta, ataupun sapi. Hari raya kurban menjadi momentum untuk menghadirkan kebahagiaan bagi fakir miskin. Mereka berkesempatan untuk menikmati makanan mewah (daging) yang jarang mereka santap.

Keempat, shalat Idul Adha yang ditunaikan pada pagi hari 10 Dzulhijjah. Pelaksanaannya diutamakan dengan berjamaah. Akan tetapi, dalam situasi pandemi sekarang ini, jauh lebih baik untuk menunaikannya di kediaman masing-masing demi mencapai maslahat yang lebih besar, yakni keselamatan jiwa. Bulan ini juga menjadi momen puncak ibadah haji. Lagi-lagi jangan berkecil hati karena pandemi masih menjadi kendala pelaksanaan haji sebagaimana normalnya.

Beramal saleh sejatinya diperintahkan untuk dilakukan kapanpun itu. Hanya saja, bulan Dzulhijjah adalah waktu yang memiliki nilai lebih di sisi Allah, sehingga amal baik yang dilakukan dalamnya pun memiliki derajat istimewa. Namun demikian, bukan berarti ibadah yang disunnahkan terbatas hanya pada empat hal di atas. Amal-amal tersebut dapat dipahami sebagai ibadah yang paling ditekankan atau ibadah khusus yang hanya bisa dilakukan di bulan Dzulhijjah. Hadis riwayat Imam Bukhari yang tersebut sebelumnya menunjukkan makna umum, yang berarti mengakomodir segala bentuk amal saleh. Mari manfaatkan kesempatan ibadah ini untuk memperkaya spiritualitas personal dan komunal. Wallahu a’lam.

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait