Perkuat Persaudaraan untuk Persatuan Bangsa

KolomPerkuat Persaudaraan untuk Persatuan Bangsa

Di tengah derasnya arus informasi digital, kini rasa persaudaraan kita kian luntur. Maraknya ujaran kebencian di media sosial, dakwah intoleran, aksi-aksi kekerasan dan anarkis kian menjadikan rasa persaudaraan tersebut musnah. Persaudaraan tidak lagi menjadi fundamen penting dalam upaya membangun kemanjuan negeri ini ke depan. Padahal, tanpa adanya rasa persaudaraan, mustahil persatuan bisa dirajut. Tanpa adanya persatuan, tak mungkin kemajuan dapat kita rebut. Untuk itulah kita perlu memperkuat rasa pesaudaraan untuk memupuk persatuan demi kemajuan bangsa.

Jauh-jauh hari, Bung Karno sudah mengingatkan bahwa persaudaraan menjadi dasar kita dalam berbangsa dan bernegara. Sebagaimana pidatonya dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945, “Kita mendirikan negara Indonesia yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua! Bukan Kristen buat Indonesia, bukan golongan Islam buat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buat Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukan Nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi Indonesia buat Indonesia! Semua buat semua!”

Pidato Bung Karno di atas menitipkan pesan agung terkait pentingnya persaudaraan di antara sesama anak bangsa dalam membangun negara Indonesia, yaitu persaudaraan yang tidak membedakan antara suku, agama, ras, dan antargolongan. Hal ini penting, karena tanpa adanya rasa persaudaraan antaranak bangsa, tak akan mungkin lahir negara sebesar ini, yakni negara yang menghargai perbedaan dan keragaman.

Persaudaraan menjadi dasar penting bagi kita untuk melanjutkan perjuangan pahlawan terdahulu. Seperti yang diucapkan Bung Karno bahwa perjuangan pahlawan melawan penjajah terbilang mudah. Mereka semua tahu, mana kawan mana lawan. Namun, perjuangan hari ini akan lebih berat, karena berhadapan dengan saudara sendiri, setanah air, seperjuangan, serta sebangsa dan senegara.

Kiranya, ucapan Bung Karno tersebut perlu menjadi refleksi kita bersama bahwa tanpa didasari rasa persaudaraan yang kuat kita tak akan mampu melanjutkan perjuangan para pendahulu untuk memajukan dan mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Tanpa adanya rasa persaudaraan yang kuat, kita hanya akan terjebak pada kubangan pertikaian dan perseteruan antarsesama anak bangsa. Lebih dari itu, kita tak akan mencapai kemajuan yang berarti. Sebaliknya, kita hanya akan terperosok pada konflik yang tak berkesudahan.

Persaudaraan harusnya ditempatkan di atas segala-galanya, termasuk di atas kepentingan politik dan kekuasaan. Dalam hal ini, kita bisa belajar dari Bapak Guru Bangsa, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Gus Dur yang saat itu menjabat sebagai presiden, rela dilengserkan demi tidak terjadinya pertumpahan darah antarsesama anak bangsa. Bagi Gus Dur, tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian, termasuk jabatan presiden sekalipun.

Baca Juga  Pelatihan Menulis Artikel Keislaman Bersama Dubes Zuhairi Misrawi

Di sini, Gus Dur mengajari kita semua tentang pentingnya arti persaudaraan dibanding perebutan kekuasaan dan politik. Gus Dur secara eksplisit telah memberikan preseden yang baik bagi generasi penerus agar terus mengedepankan dan mendahulukuan rasa persaudaraan, sehingga persatuan dan kesatuan bangsa tetap utuh terjaga. Inilah kenapa, rasa persaudaraan perlu ditempatkan di atas segala kepentingan apapun.

Islam pun mengajarkan pentingnya menjaga persaudaraan di antara umat manusia. Pasalnya, persaudaraan menjadi penyangga tatanan kehidupan yang kokoh dalam sebuah masyarakat. Tidak akan terbentuk sebuah masyarakat dan bangsa yang maju, bila di dalamnya tidak ada semangat gotong royong, kebersamaan, dan persaudaraan. Al-Quran menegaskan agar umat manusia selalu membangun tali persaudaraan di antara mereka (QS. al-Nisa [4]: 1).

Ayat di atas, secara eksplisit menyeru kepada setiap manusia, tidak hanya umat Muslim saja, tetapi seluruh umat manusia tanpa terkecuali untuk membangun tali persaudaraan. Artinya, al-Quran tidak hanya memerintahkan untuk membangun ukhuwwah Islamiyyah saja, tetapi juga ukhuwwah basyariyyah dan ukhuwwah wathaniyyah.

Maka dari itu, rasa persaudaraan ini sudah seharusnya menjadi modal kita bersama untuk membangun Indonesia yang lebih maju. Sebaliknya, kita harus mengubur dalam-dalam rasa benci dan curiga terhadap sesama anak bangsa. Kita harus berhenti menebar ujaran kebencian, perilaku intoleran, serta aksi-aksi kekerasan dan anarkis. Sebab, kebenciaan dan kecurigaan hanya akan membuat kita saling berselisih paham dan menghabiskan energi kita bersama, sehingga kita tertinggal jauh dengan kemajuan yang tengah dicapai oleh bangsa-bangsa lain.

Yang seharusnya kita lakukan sekarang adalah membangun optimisme bersama dengan rasa persaudaraan yang tinggi. Kita perlu memperkuat rasa persaudaraan sesama anak bangsa. Jangan ada lagi rasa curiga dan benci di antara kita, karena kita ini saudara sebangsa dan setanah air. Sebagaimana yang dikatakan Bung Karno bahwa bangsa adalah satu jiwa (une nation est un ame). Satu bangsa adalah suatu solidaritas yang besar yang diikat kehendak hidup bersama. Walhasil, memperkuat persaudaraan menjadi keniscayaan saat ini. Tanpa adanya persaudaraan, muskil akan terwujud persatuan dan kemajuan bangsa.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.